LUNE WALLACE -- soorang wanita cantik yang mengalami koma selama hampir 5 tahun lamanya.
Dia merasa diberikan kesempatan untuk hidup kembali karena ingin mencari cinta dalam hidupnya hingga akhirnya bertemu LOUIS VUITTON KINGSFORD.
(Alur mundur)
Instagram author : @zarin violetta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Bab 5
"NO!! NOOOO!!!" teriak Lune dalam tidurnya.
"Lune, wake up!! LUNE!!" teriak Sasha dan sedikit mengguncangkan bahunya.
Lalu Lune membuka matanya dan nafasnya terdengar cepat.
"Are you oke?" tanya Sasha dengan wajah khawatir.
"Tunggu, aku akan ambilkan minum," ucap Sasha.
Lalu Sasha keluar dari kamar dan mengambil air minum di dapur dengan segera.
Lune terduduk dan memegang kepalanya.
Lune mengambil obat di atas meja nakasnya dan membukanya.
Sasha memberikan segelas air pada Lune dan Lune meminum obatnya.
"Are you oke?" tanya Sasha setelah Lune meminum obatnya.
Sasha mengambil gelas itu.
"No," ucap Lune yang memegang kepalanya.
"Perlu kubawa ke dokter?" tanya Sasha.
"Bukan itu," jawab Lune
.
"Lalu?" tanya Sasha.
"Sejak kapan kau mengenal Lana?" tanya Lune.
"Sejak tiga tahun yang lalu. Ada apa?" jawab Sasha.
"Itu artinya kau tak mengenalku sebelumnya," ucap Lune.
"Ada apa, Lune?? Mungkin aku bisa mendengar ceritamu," kata Sasha.
Lune memeluk lututnya dan menopang dagunya di lutut.
"Aku tak mengenal diriku yang dulu dan itu membuatku tersiksa karena aku sering bermimpi buruk tentang kecelakaan itu," jawab Lune.
"Apakah keluargamu tak menceritakan kejadian itu?" tanya Sasha.
"Tidak karena aku tak menanyakan hal itu pada mereka. Aku yakin mereka tak menceritakan hal itu untuk kebaikanku. Mungkin ada hal buruk yang terjadi sebelumnya hingga aku kecelakaan," jawab Lune.
"Tapi kau penasaran dengan hal itu, ya kan? Itu yang membuatmu tak tenang," ucap Sasha.
"Ya, aku sering bermimpi seorang pria yang tak kukenal. Apakah menurutmu ini adalah masa laluku?" tanya Lune.
"Mungkin saja. Kau tak ingin mencari tahu?" tanya Sasha.
Lune terdiam dan berpikir.
"Jika hanya sakit yang kudapat bagaimana?? Mungkin keluargaku menyembunyikan hal ini karena aku akan terluka jika mengingatnya," jawab Lune.
Lalu Sasha memeluk Lune dan mengusap punggungnya.
"Maka tak perlu berusaha mengingatnya jika itu yang kau yakini," ucap Sasha.
"Hmm, tapi wajah pria itu terlihat jelas di dalam mimpiku," sahut Lune.
Sasha melepas pelukannya.
"Kau tak mengingat namanya?" tanya Sasha.
"Tidak, setiap aku akan mengatakannya, aku akan selalu lupa apa yang ingin aku ucapkan. Dalam sebulan ini aku sering sakit kepala. Apakah menurutmu aku akan mengingat dia lagi pada akhirnya?" ucap Lune.
"Mungkin saja. Kau siap dengan hal itu?" tanya Sasha.
"I don't know," sahut Lune lirih.
"Kau tak mengatakan hal ini pada Lana sekalipun?" tanya Sasha.
"Tidak," jawab Lune.
Sasha memegang tangan Lune.
"Perlu kutemani tidur?" tanya Sasha.
"Tidak, aku baik baik saja sekarang. Jam berapa sekarang, Sasha ?" tanya Lune.
"Jam tiga dini hari," jawab Sasha.
"Baiklah, aku tak bisa tidur lagi. Sepertinya aku akan mengambil cemilan di kulkas," ucap Lune.
"Ingat, jam 9 pagi kita akan menghadiri seminar. Kau harus fit, Lune," kata Sasha mengingatkan.
"Ya, aku tahu itu," jawab Lune dan beranjak dari ranjang.
Lune dan Sasha keluar dari kamar dan menuju dapur.
*
*
"Kau benar. Aku mengantuk saat ini, Semoga saja aku tak tertidur di seminar nanti," ucap Lune yang sudah bersiap akan berangkat ke acara seminar.
"Kau tak akan mengantuk karena pembicara seminar adalah pria tampan yang kaya raya," jawab Sasha sembari membuka pintu apartemen.
Lune dan Sasha keluar dan menuju lift.
"Ck, kita mendengarkan materinya bukan melihat orangnya, Sasha. Fokuslah," sahut Lune.
"Itu menjadi bonus bagi mata dan pikiranku, Lune," jawab Sasha.
Lune tertawa kecil lalu mereka berdua masuk ke dalam lift.
"Memangnya siapa yang menjdi pembicar di seminar bisnis nanti?" tanya Lune.
"Ada tiga orang dan di antaranya ada pria tampan itu. Dia adalah bos besar kakakku. Namanya Louis Kingsford dan dia masih single," jawab Sasha.
"Louis? Nama itu tidak asing di telingaku," ucap Lune.
"Oh my ... Di bumi ini banyak yang bernama Louis, Lune. Bahkan teman kantor kita ada yang bernama Louis," jawab Sasha.
Lune tertawa mendengar hal itu.
"Ya, maksudku juga itu. Louis teman kerja kita di Singapura," ucap Lune.
TING ...
Pintu lift terbuka dan mereka berjalan menuju basement parkir.
Mereka masuk ke dalam mobil dan keluar dari parkiran.
Tampak mendung gelap menyelimuti kota New York pagi ini dan hujan rintik pun tampak terlihat.
"Kau masih belum berani menyetir mobil, Lune?" tanya Sasha.
"Ya, dan sepertinya aku tak akan bisa lagi menyetir. Alam bawah sadarku menolakku," jawab Lune.
Sasha hanya mengangguk dan mengusap lengan Lune.
"It's okey," ucap Lune tersenyum.
*
*
"Aku berangkat dulu," kata Louis pada Claire setelah mereka makan pagi bersama di mansion.
"Ya, hati hati," sahut Claire dan mengecup bibir Louis.
"Nanti malam akan ada undangan makan malam yang diadakan oleh pihak seminar itu. Jadi kita akan pergi bersama. Bersiaplah," ucap Louis.
"Baiklah, Tuan," sahut Claire dan tersenyum.
"Bye," ucap Louis dan keluar dari mansionnya.
Hujan gerimis membuat Louis seperti tak terlalu bersemangat menjalani hari ini.
Tapi dia harus tetap menghadiri seminar itu karena ini sudah janjinya pada teman bisnisnya yang mengadakan seminar bisnis itu.
"Huuuffttt ..." Louis melihat ke arah langit hitam dan menghembuskan nafasnya.
*
*
"Ini sangat ramai sekali, Sasha. Aku tak menyangka pegunjungnya akan seramai ini," ucap Lune ketika tiba di tempat seminar itu.
"Ayo masuk. Lima belas menit lagi acara akan dimulai," kata Sasha.
"Ya, ayo," jawab Lune.
Lalu mereka berdua masuk ke dalam ruangan yang sangat besar itu.
Di depan stage ada 5 orang yang duduk di sofa yang sudah disediakan di sana.
"Dia belum datang," bisik Sasha.
"Siapa?" tanya Lune.
"Louis Kingsford. Bintang seminar hari ini," jawab Sasha.
Lune hanya mengangguk saja hingga akhirnya seminar itu dimulai meskipun sang bintang seminar belum datang.
*
*
Louis baru datang di gedung seminar dan langsung keluar dari mobilnya di depan lobby. Sang asisten sudah menyambutnya di depan pintu lobby.
"Sepertinya aku terlambat," ucap Louis.
"Hanya beberapa menit saja, Tuan," jawab sang asisten.
Lalu Louis pun masuk ke pintu samping ruangan besar itu.
Louis tampak menjadi pusat perhatian karena dia berjalan menuju tempat duduknya yang sudah disiapkan untuknya di atas stage.
"Hei, dia sudah datang," bisik Sasha dan Lune melihat ke arah samping.
Matanya terpaku pada sosok pria tampan itu yang kini berjalan gagah menuju kursi stage.
Dada Lune berdebar tak karuan ketika melihat pria itu hingga tak berkedip sekalipun.
Tak hanya Lune rupanya yang terpesona dengan Louis melainkan hampir semua wanita yang ada di sana fokus pada Louis saja.
"Bagaimana? Dia benar benar mempesona, bukan? Kau bahkan tak berkedip, Lune," ucap Sasha.