Nyonya Misterius itulah julukkan yang diberikan oleh Arzian Farelly kepada Yumna Alesha Farhana.
Hari yang paling mengejutkan pun tiba, Yumna tiba-tiba meminta Arzian menikah dengannya. Arzian tidak mungkin menerima permintaan wanita itu, karena wanita yang ingin Arzian nikahi hanyalah Herfiza, bukan wanita lain.
Demi melanjutkan misinya hingga selesai, Herfiza memaksa Arzian menikah dengan Yumna demi cintanya. Untuk cintanya, Arzian mampu melakukan apapun termasuk menikah dengan Yumna.
Mampukah Arzian mempertahankan Cintanya kepada Herfiza, atau ia malah terjebak pada cinta Nyonya Misterius yang tidak lain adalah Yumna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MNM -07- Gagal Lagi
Saat ingin mencari keberadaan Dodi dan Reni di pasar, Arzian justru melihat siluet seorang perempuan yang ia kenal baru saja keluar dari sebuah mobil yang terparkir tidak jauh dari tempatnya berada. Walaupun menggunakan kaca mata hitam, Arzian tetap bisa mengenali siapa perempuan tersebut.
"Yakin banget, itu pasti Nyonya Yumna. Apa gue ikutin aja, ya?" monolog Arzian dengan wajah yang tampak berpikir. Takut tertinggal jauh, Arzian pun langsung berlari pelan mengikuti langkah sang Nyonya, tetapi ia tetap menjaga jarak agar tidak ketahuan sebab kali ini ia tidak ingin kehilangan jejak lagi.
Arzian terus mengikuti ke mana Yumna berjalan, hingga perempuan itu terlihat masuk ke dalam toilet umum. Namun, anehnya, Arzian justru melihat Yumna keluar dari toilet umum dengan baju yang berbeda dengan yang digunakannya saat masuk tadi.
Saat masuk menggunakan baju branded yang harganya puluhan juta, keluar malah memakai baju biasa. Bahkan cenderung baju lusuh.
Arzian lanjut mengikuti Yumna yang berjalan ke sebuah perkampungan kumuh. Ia semakin bertanya-tanya apa yang sedang ingin Yumna lakukan sebenarnya.
Ponsel Arzian terus berbunyi, membuatnya kesal setengah mati. Mau tidak mau, akhirnya Arzian memutuskan mengangkat telfonnya.
"Heh Arzian, loe di mana? Ini udah pukul berapa? Loe enggak amnesia 'kan? Kita bertiga ke pasar ditugaskan buat belanja, tapi loe malah nggak tau ke mana. Izinnya ke toilet malah nggak balik-balik. Enggak kabur kan loe?" Suara Dodi terdengar sangat marah.
"Gue ada urusan bentar, tunggu ya," jawabnya.
"Enggak ada tunggu-tungguan, loe mau kabur atau gimana? Loe kira bisa kabur, ketahuan kabur dari mansion, hidup loe enggak akan bisa tenang."
"Sebentar aja, gue janji bakal balik kok."
"Balik sekarang! Kalau enggak mau, gue bakal adukan ke Bu Dinda. Tentu Bu Dinda bisa langsung bilang ke Nyonya Yumna. Pilihannya ada di tangan loe sendiri."
"Iya, gue balik. Cepet sherlock." Arzian tidak benar-benar ingin ke tempat Dodi dan Reni, ia masih penasaran dengan sang Nyonya. Namun, sayangnya saat menengok setelah menutup telfon. Arzian tidak melihat lagi keberadaan Yumna.
"Sial! Lagi-lagi kehilangan jejak." Arzian mendesah pelan, merutuki kebodohannya sendiri. Melihat ada seorang tukang ojek, pria itu memilih naik ojek ke tempat Dodi dan Reni berada. Agar tidak terlalu capek jalan, serta tidak membuat kedua orang itu menunggu lama.
"Loe dari mana aja sih? Bilangnya ke toilet, tapi lamanya seabad." Ketika sampai di depan kedua teman sesama pelayan, Arzian langsung mendapatkan omelan dari Reni.
"Ada urusan bentar tadi."
"Urusan apa sih? Sampai buat loe ngilang? Gue sama Reni doang kan jadinya yang belanja? Enak banget loe nggak ikut belanja," kesal Dodi tak terbendung. Siapa pun yang berada di posisi Dodi pasti akan sangat kesal pada temannya yang tiba-tiba menghilang saat sedang bekerja. Apalagi pekerjaannya harusnya dikerjakan bersama.
"Loe enggak perlu tau."
"Karena loe udah ngilang, gue tetap bakal adukan ke Bu Dinda. Dan loe siap-siap akan dapat hukuman yang sangat berat," ujar Reni tanpa belas kasihan. Mendadak bibir Arzian kelu, ia tidak tahu akan mendapatkan hukuman apa. Bagaimana jika dipecat, atau hukumanan yang menakutkan lainnya.
"Tolonglah Ren, jangan adukan gue. Gue tadi beneran ada urusan penting banget, jadi mau nggak mau gue pergi. Yang penting kan gue udah balik. Gue enggak mau dihukum, ini hari kedua gue kerja loh." Arzian sengaja mengiba, agar Reni dan Dodi kasihan padanya.
Reni dan Dodi malah saling pandang, sampai Dodi berkata. "Oke, kalau loe enggak mau gue sama Reni ngadu. Loe bawa semua barang ini, gue mau cari taksi. Sampai mansion juga loe semua yang akan bawa masuk semua belanjaannya, anggap aja sedikit hukuman. Dari pada Bu Dinda yang kasih hukuman, atau Nyonya Yumna jelas hukumannya sangat berat."
Arzian mengangguk, tidak ada pilihan lain selain setuju. Jika dia langsung dipecat sebelum mendapatkan apapun, pasti juga enggak akan bagus. Apalagi kini Arzian jadi semakin penasaran dengan sosok Yumna yang menurutnya cukup misterius, mengingat kejadian semalam dan yang baru saja dilihatnya.
Tak butuh waktu lama, Dodi sudah mendapatkan taksi. Arzian seorang diri yang memasukkan barang belanjaannya ke bagasi taksi. Setelah semua tertata rapi, Arzian baru masuk taksi.
Sepanjang perjalanan ketiga pelayan itu diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Arzian baru ingat, Reni adalah pelayan yang sudah lama bekerja di mansion Kavendra. Mengapa sejak tadi ia tidak berusaha mengorek informasi darinya.
"Ren," panggilnya. Umur Arzian, Dodi dan Reni memang tidak jauh berbeda. Makanya mereka memanggilnya dengan nama saja.
"Kenapa?" tanyanya malas.
"Kan loe udah lama ya kerja di mansion Kavendra."
"Iya, terus?"
"Berapa lama sih?"
"Udah enam tahun lebih." Arzian mengangguk, enam tahun bekerja itu waktu yang cukup lama. Mungkin Reni tahu banyak hal tentang mansion atau bahkan tentang Yumna.
"Gue mau tanya dong, loe selama kerja pernah liat hal yang aneh enggak?"
"Hal aneh? Maksudnya?" Bukan hanya Reni yang terkejut dengan pertanyaan yang Arzian ajukan, tetapi Dodi yang sejak tadi menyimak pun ikut terkejut.
"Gue semalam malam-malam liat Nyonya Yumna pergi dari mansion, ke hutan. Aneh banget kan? Ngapain juga ke hutan malam hari. Walau katanya hutan itu hutan mati," ceritanya.
"Gue enggak pernah liat apa-apa kok. Loe mimpi kali itu, mana mungkin Nyonya Yumna keluar malam-malam. Enggak usah buat orang malah mikir aneh-aneh deh," balasnya cepat.
"Serius tau, bukan mimpi atau ngelindur. Orang pas di hutan gue juga ikutin, walau akhirnya kehilangan jejak dan membuat gue tersesat. Untungnya sih ada Pak Alien, katanya asisten pribadinya Nyonya Yumna juga. Adakan yang namanya pak Alien?"
"Iya, emang ada Pak Alien. Kalau pun bener Nyonya Yumna pergi ke hutan, ya biarin ajalah. Kita pelayan enggak perlu ikut campur sama urusan majikannya."
"Gue setuju sih sama Reni, buat apa juga kita kepo sama urusannya Nyonya Yumna. Toh kalau ke hutan, enggak ngerugiin kita ini atau orang lain kan?" ujar Dodi mengemukakan pendapatnya.
Arzian cemberut, kedua temannya ternyata tidak bisa ajak kompromi. Padahal ia sedang membutuhkan banyak infomasi.
"Udah lupain aja, kalau ketahuan loe kepoin bahkan buntuti Nyonya Yumna seperti cerita loe. Ati-ati aja, loe bakal nyesel sendiri. Karena ya Nyonya Yumna kadang baik, kadang bisa jadi sangat kejam. Makanya gue nggak mau cari masalah, mau kerja seperti biasa aja cukup."
Mereka sampai juga di depan mansion Kavendra, Dodi dan Reni turun duluan dan langsung masuk ke mansion. Sedangkan Arzian yang harus menurunkan barang belanjaan lalu akan di bawa masuk ke mansion, lebih tepatnya di bawa ke dapur.