Sebuah kejadian yang membuat seorang Anaya Putri (23tahun) harus hamil tanpa seorang suami. Naya harus merelakan kehormatannya ketika insiden tidak disengaja yang ditimbulkan karena salah alamat dan menjadi cinta satu malam bersama dengan pria asing.
Naya hidup sebatang kara, dia harus melahirkan, membesarkan dan merawat anaknya. Saat sang anak sudah besar, ternyata dia memiliki sifat yang sangat genius dan berusaha menyatukan kedua orangtuanya.
Mampukah Anaya menjalani kehidupannya?
Akankah kebahagiaan menyapanya di akhir kisah nanti? Dan siapa pria yang sudah membuat Naya menjadi berbadan dua?
YUK SIMAK KELANJUTANNYA 🥰
JANGAN LUPA SELALU MEMBERIKAN JEJAK MANIS DI SETIAP BAB NYA 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab #18
Semuanya berdiri dari tempat duduk ketika mereka melihat wanita yang datang dengan tatapan setajam elang itu. Wanita tersebut berjalan menghampiri keluarga Abi karena dia merasa jika dirinya sangat direndahkan dengan batalnya perjodohan. Elvira tidak terima akan semua itu, dia merasa harga dirinya jatuh saat sang Papa mengatakan bahwa Abi akan menikah dan memutuskan perjodohan.
Abi beserta keluarga heran akan kedatangan Elvira. Elvira mengeraskan rahang dan dia menatap Naya dengan benci, El merasa jika semua ini gara-gara Elvira.
"Mau apa kamu datang kesini?" Abi segera membuka suara karena penasaran dengan kemunculan Elvira.
"Aku ingin meminta pertanggungjawaban!" jawab El dengan sedikit bentakan.
Semuanya saling tatap karena bingung dan tidak mengerti akan perkataan Elvira.
"Tanggungjawab? Apa maksudmu?" Abi berjalan mendekati El.
"Kenapa kamu tega memutuskan perjodohan kita, Abi? Kamu sudah sangat menghina diriku, setelah bertahun-tahun aku menunggumu dan akhirnya ini yang kamu berikan padaku? Hah! Aku gak terima, aku gak bisa menerima semua ini!" teriak Elvira tanpa rasa malu.
Abi hanya diam saja seraya melipat kedua tangan di depan dada.
"Jangan menjadi wanita murahan dengan menunjukkan kekecewaanmu ini, El "
"Apa aku salah bersikap seperti ini?"
Papa El tidak mengetahui kedatangan Elvira ke rumah keluarga Pamungkas, Papa El sudah mengatakan jika Abi memutuskan perjodohan karena sesuatu hal dan Abi beserta keluarganya sudah meminta maaf yabg sebesar-besarnya, tetapi Elvira tetap bersikeras ingin menikah dengan Abi, dia hanya menginginkan Abi dan tidak ada yang lain.
Papa El hanya mampu menghela nafas ketika dia melihat sikap keras kepala Elvira, Papa El pun tidak tahu harus bagaimana lagi untuk membuat El mengerti. Sedari kecil Elvira memang memiliki sikap keras kepala dan tidak ingin mengalah.
"El, bukankah Tante sudah menjelaskan semuanya pada Papamu? Lalu apa ini?" Mama Abi mendekati Elvira dan mencoba menenangkan.
"Tapi El merasa direndahkan, Tante! El sudah berharap menikah dengan Abi." Elvira meneteskan air mata.
"Kalian tidak berjodoh, Nak. Tolong mengerti, Tante yakin di luaran sana banyak pria yang lebih daripada Abi."
"Tapi—" ucapan El terpotong bahkan suara Abi mampu membuat El terkejut.
"Cukup, El! Dari awal aku sudah mengatakan jika aku tidak akan pernah mau menikah denganmu meskipun tidak ada Naya!" Abi pun terpancing emosi.
Naya hanya diam saja menyaksikan perdebatan ini, dia tidak tahu menahu tentang perjodohan Elvira dan Abimanyu.
Elvira menatap Naya dengan tajam seakan-akan ingin menguliti, El memindai wajah Naya dengan lekat untuk menandai jika dia ingin membalaskan rasa sakit hatinya pada Naya.
Perdebatan itu membuat Al penasaran dan dia turun ke lantai bawah.
"Mama!" panggilnya sambil berlari ke arah Naya.
Naya memeluk putranya dengan erat dan memberikan kode jika semua baik-baik saja.
"Kamu kenapa turun?"
"Al penasaran karena suara berisik dari lantai bawah ini, Ma." Al mendongak guna menatap Anaya.
"Tidak ada apa-apa, semua baik." Naya tersenyum tipis agar Al tidak semakin penasaran.
Al menatap Elvira yang menatapnya juga dengan raut kesal dan benci.
'Jadi itu anak yang diisukan jika dia adalah darah daging Abi?' batin El hingga ide jahat terlintas dibenaknya.
Tanpa mengatakan sepatah katapun, Elvira langsung pergi dari hadapan mereka semua yang ada di ruang tamu.
"Aku pasti akan membalas perbuatan kalian semua, lihat saja." tekan El dengan sorot kebencian.
Setelah Elvira pergi, Mama Abi melirik Anaya dan mengatakan sesuatu.
"Naya, malam ini kamu tidur disini saja ya? Tante ingin lebih banyak ngobrol dengan kamu."
Anaya mengangguk karena hari juga sudah larut malam.
Dua jam kemudian.
Anaya berada di dalam kamar bersama dengan Alvarendra dan juga ditemani oleh Mama Abi.
Mama Abi melirik Al yang sudah terlelap, dia memulai pembicaraan serius dengan Anaya.
"Naya, kamu sudah melihat bagaimana cara orang lain ingin memisahkan kalian berdua bukan? Tante harap kamu cepat memberikan keputusan kapan kamu akan menikah dengan Abi. Tante ingin hubungan kalian diresmikan secepat mungkin agar tidak ada satu orangpun yang bisa memisahkan kalian berdua lagi. Apa kamu tidak kasihan dengan Al?''
Naya melirik Al sejenak. "Saya akan secepatnya memberikan keputusan, Tante. Tetapi, saya mohon beri saya waktu untuk memikirkannya lagi."
"Tante harap kamu bisa mengambil keputusan yang bijak dan tidak salah."
Anaya hanya mengangguk dengan senyuman tipis di bibirnya.
"Kalau begitu Tante permisi dulu, kamu tidurlah." Mama Abi mengelus pundak Naya dengan lembut seraya beranjak dari ranjang, dirinya berjalan keluar dari kamar tamu.
Anaya melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam, dia menatap pintu balkon dan dirinya memutuskan untuk menghirup udara segar di malam hari.
Anaya membuka pintu balkon, dia berjalan dan langkahnya terhenti tepat di pembatas balkon. Anaya menatap ke langit, dia melihat begitu banyak bintang disana begitupun dengan cahaya rembulan yang sangat indah. Sudut bibirnya terangkat ke atas membentuk sebuah senyuman indah, ada rasa bahagia, sedih, bingung bercampur aduk di dalam hatinya.
"Jawaban apa yang harus aku berikan? Ibu, Ayah, jika kalian masih ada bersamaku pasti semuanya tidak akan menjadi seperti ini." gumam Naya sambil menunduk sedih jikalau dia mengingat tentang kenangan bersama kedua orangtuanya.
"Jangan bersedih karena aku selalu ada bersamamu."
Anaya mendongak dan menoleh kesana-kemari ketika dirinya mendengar suara seseorang.
Dari kejauhan, Abi hanya tersenyum lucu melihat Anaya yang sedang dilanda kebingungan.
"Suara siapa tadi?" gumam Naya seraya meraba tengkuknya yang merinding.
Anaya memutuskan masuk ke dalam akan tetapi suara seseorang itu datang lagi.
"Apa kamu takut?"
Langkah Anaya terhenti dan dia membalikkan badan, dirinya terkejut ketika melihat Abi yang sudah berada di belakang tubuhnya.
"Setan!" pekik Naya sambil menutup mata.
Abi terkekeh pelan. "Mana ada setan setampan diriku." ucapnya percaya diri dan hal itu membuat Anaya membuka kelopak mata.
"P—pak, Abi? Sejak kapan Bapak berada disini?"
"Baru saja, panggilan hati yang sudah membawaku datang kesini."
Anaya hanya menatap Abi dengan heran dan gelengan, pasalnya dia tidak tahu jika dari balkon kamar Abi bisa melompat ke balkon kamar milik Anaya. Sementara Abi, hari ini dia kembali merasakan keindahan rasa cinta bersama dengan Anaya setelah hubungannya dengan Carolline putus di tengah jalan.
Visual Elvira
•
**TBC
namanya juga bom.. pastinya unsur kesengajaan dan terencana..🤣🤣🤣 kalau itu sih nggak perlu diselidiki lagi
nunggu jawaban kasih waktu seminggu..
tapi diawal chapter ditulis 8 bulan kemudian 🤔🤔🤔