Elea Inglebert putri semata wayang Delia Djiwandono dan Jarvas Inglebert yang memiliki segalanya namun kurang beruntung dalam hal percintaan. Cintanya habis pada cinta pertamanya yang bernama Alan Taraka. Alan Taraka merupakan seorang CEO Perusahaan Taraka Group yang didalamnya berkecimpung dalam bidang pangan, hotel dan perbankan. Tak hanya itu, Alan Taraka juga berkecimpung dalam dunia bawah yang dimana ia memperjual-belikan senjata api serta bom rakitan dan menjualnya kepada negara-negara yang membutuhkannya. Hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui Alan di dunia bawahnya, dan ia lebih dikenal di dunia bawah dengan sebutan “TUAN AL”. Akankah Elea Inglebert bersatu dengan cinta pertamanya yang merupakan seorang CEO sekaligus MAFIA terkejam di Negeri ini? Lets read!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Endah Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31
“Sayang, maaf aku harus bergegas!” Ucap Alan terburu-buru.
“Pergilah dan tepati janjimu! Doaku selalu mengiringi setiap langkahmu!” Ucap Elea sambil memeluk Alan.
“Terima kasih sayang” ucap Alan.
CUP
Satu kecupan mendarat di bibir Elea. Lena yang melihat hal itu langsung menundukkan pandangannya.
“Kau jaga dia!” Titah Alan. Dengan tergesa-gesa Alan segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
“Aku akan bertemu dengan kedua orang tuaku terlebih dahulu! Dimana Sarah?” Tanya Elea pada Lena.
“Sarah sedang mempersiapkan beberapa senjata” jawab Lena cepat.
“Sayang… Hiks… Hiks…” Delia berlari memeluk putrinya.
“Mutti, aku merindukanmu! Tenanglah Mutti… Dimana Vati?” Tanya Elea.
“Aku disini sayang. Mari kita berangkat menuju kediaman Tn. Taraka” Ajak Jarvas pada keluarganya.
“Tidak Vati. Aku… Aku akan menyusul Kak Alan. Saat ini Kak El dan Kak Denis menjadi sandera! Aku tidak bisa berdiam diri!” Tolak Elea tegas.
“Tidak! Tidak! Kau anakku satu-satunya. Bagaimana bisa aku memberimu izin untuk hal seperti ini! Tidak Elea! Tidak!” Tolak Delia.
“Vati…” Elea mencari dukungan pada Jarvas.
Jarvas menarik nafasnya berat. Ia sebenarnya tak ingin melihat putrinya ini ikut campur dalam masalah ini. Namun, lambat laun Elea juga akan masuk dalam kehidupan Alan dan soal musuh pasti menjadi santapan setiap hari.
“Baiklah. Dengan satu syarat! Kau harus kembali dengan selamat!” Tekan Jarvas.
“TIDAK!! KAU INGIN MELIHAT PUTRIMU TERLUKA? TIDAK! AKU TIDAK MENGIZINKAN!” Delia bersikeras menolaknya.
“Mutti, ku mohon… Hiks… Hiks… Aku ingin membantu calon suamiku dan kedua kakakku. Jika sesuatu terjadi pada mereka dan aku hanya berdiam diri, aku bisa gila! Hiks… Hiks…” Elea bersujud tepat dibawah kaki Delia dan menitikan air matanya yang sudah tak terbendung lagi.
Delia menatap Jarvas lekat. Ia tak tega dengan tindakan putrinya itu. Jarvas hanya menganggukkan kepala pada Delia.
“Bangunlah! Mengapa kau melakukan hal seperti itu…” Delia akhirnya mulai melunak.
“Baiklah, tapi kau harus tepati janjimu itu!” Delia luluh.
“Terima kasih Mutti… Vati… Walau berat aku mengatakan hal ini namun aku harus. Bagaimana pun doa dari kalian menjadi perisai bagi diriku. Aku akan pergi. Sampaikan salamku untuk keluarga Kak Alan” ucap Elea pamit pada keduanya.
“Berhati-hatilah Nak…” Ucap Jarvas sebelum Elea melangkahkan kaki keluar dari rumah.
“Tanpa kau minta, aku selalu mendoakanmu sayang… Pergilah! Aku tak ingin melihat kepergianmu!” Sahut Delia sambil memunggungi Elea.
Elea mengusap kasar air mata yang membasahi pipinya. Ia dan Lena segera menyusul Alan. Kali ini Elea yang mengendarai mobil supercarnya. Mereka akan bertemu Sarah di gudang itu.
Di kediaman Alan…
Branz membukakan pintu menyambut kedatangan Jarvas. Ia terkejut tidak menemukan kekasih Tuannya. Ingin bertanya pun sungkan.
“Masuklah dan cepat bergabung dengan keluarga Tn. Taraka dan Tn. Ashkara” ucap datar Branz pada Jarvas. Ya, Jarvas mengenali Branz karena pada suatu waktu pernah meminta bantuan pada Alan hingga Branz-lah yang menjadi bodyguard Jarvas kala itu.
“Hmm!” Jawab singkat Jarvas.
Delia yang masih menitikan air matanya tak bersuara banyak. Ia pun sangat takut dengan situasi seperti ini. Jarvas telah menceritakan siapa keluarga Taraka dan kedua anak lelakinya yang sebenarnya pada Delia. Semakin tercekat-lah Delia saat ini.
“Branz, tunggu!” Jarvas memanggilnya saat Branz ingin mengunci pintu kamar Alan.
“Ya Tuan” jawab Branz.
“Tolong jaga putriku! Dia pergi menyusul Alan!” Jelas Jarvas.
“Jadi Nona Elea pergi kesana? Apa yang akan dilakukan olehnya? Apakah cinta bisa membuat seseorang berbuat nekat?” Batin Branz.
Branz hanya mengangguk kemudian mengunci pintu kamar Alan dari luar. Ia segera pergi ke gudang itu menyusul Alan. Mansion Tn. Taraka sudah aman, Alan memberi 33 anak buahnya untuk berjaga dikediamannya.
Dengan gerakan cepat, Jarvas berhasil membuka pintu lemari hitam milik Alan. Ia dan Delia berlari menyusuri jalan setapak itu.
“Sayang, apakah masih jauh? Aku takut sekali” tutur Delia.
“Lihat, ada cahaya!” Ucap Jarvas.
“Jarvas!” Panggil Ashkara hingga seluruh orang yang berada didalam ruangan itu menoleh ke arah Jarvas.
Bergegas Jarvas dan Delia menghampiri suara Ashkara.
“Minumlah!” Titah Taraka pada Jarvas dan Delia.
“Mengapa kau berlari, bodoh!” Disini aman dan kau tinggal mengikuti jalan ini! Lihatlah istrimu! Kau membuatnya semakin ketakutan!” Hardik Taraka pada Jarvas.
“Ini pertama kalinya bagiku!” Balas Jarvas.
“Kau harus terbiasa dengan ini! Calon menantumu itu akan membuat banyak kejutan dalam kehidupanmu!” Ejek Taraka pada Jarvas. Ashkara yang melihat hal itu hanya tersenyum mengejek melihat kondisi Jarvas saat ini.
“Sayang, kau bawalah Delia beristirahat. Jika ia menginginkan penjelasan, jelaskanlah dari awal padanya” tukas Taraka pada istrinya.
Lyly dan Hana segera memeluk Delia. Mereka tahu bahwa batin Delia terguncang dengan adanya kejadian ini yang merupakan pertama kali bagi dirinya. Tanpa berkata apapun, Delia menuruti ajakan Lyly dan Hana menuju ruang terdalam.
“Saat kita muda, aku tak ingin ikut terjun ke dalam dunia bawah mengikuti perintah Ayahmu. Karna nyaliku tak sebesar kalian berdua. Namun hari ini, ternyata aku tetap terlibat! Dixon, ucapan Ayahmu ternyata benar. Aku mengingatnya dengan jelas ucapan demi ucapan yang terucap untukku!” terang Jarvas.
“Ya! Aku pun heran dengan Ayahku sendiri! Setiap ucapannya mengapa selalu menjadi kenyataan! Apakah Ayahku mengalir titisan cenayang?” Kekeh Taraka hingga kedua sahabat semasa kecilnya itu tertawa.
BRAAK!!
GLEK!!
Ketiga sahabat itu terkejut ketika ada seseorang yang sedang mendobrak pintu ruangan ini.
“Ashkara, kunci ruangan keluarga kita!” Titah Dixon.
“D, Diz! Paman percayakan sepenuhnya pada kalian untuk menjaga ruangan ini! Liam, sembunyikan mereka ke ruangan akhir!” Titah Ashkara.
BRAAK!!
“DIXON TARAKA! ANAK SIA*LAN!! KELUAR KAU!” Murka seseorang yang sedang berusaha membuka pintu itu.
“Tunggu! Apa itu…” ucap Jarvas tergantung.
BRAAAKKKK
“AYAH” Kompak ketiganya melihat kedatangan Carver Taraka dan Meghan Earthelinda (Grandpa dan Grandma Alan).
“Kemari kalian! Akan ku habisi kalian! Kalian masih bisa tertawa di ruangan ini! Pengecut! Anakmu, tidak, ANAK KALIAN AKAN BERTARUNG MEMPERTARUHKAN NYAWA DAN KALIAN TIDAK BERGERAK SEDIKIT PUN HAH!” Hardik Carver emosi melihat ketiganya.
D dan Diz serta Liam bergabung karena mendengar keributan namun suaranya sangat tak asing bagi mereka.
“Grandpa? Grandma?” Ucap si kembar.
“Kalian semua, ikut aku!” Titah Carver.
“Tidak Ayah! Biarkan Liam disini! Setidaknya ada satu orang lelaki dari keluarga kita untuk menjaga para wanita disini!” Jelas Dixon.
“Sayang, lindungilah mereka!” Carver percaya pada istrinya karna kemampuan Meghan setara dengan kemampuannya walau umur sudah tidak bisa dikatakan muda lagi.
“CEPAT! SUSUL ANAK KALIAN!” Seru Carver.
Mereka semua berlari kocar-kacir. Ya, mereka tak punya nyali jika Carver sudah dalam mode membu*nuh seperti ini.