Terbangun dari koma, status Alisha telah berubah menjadi istri Rafael. Saat dia masih terbaring tidak sadarkan diri, ayahnya telah menikahkan Alisha dengan Rafael, laki-laki yang menabraknya hingga koma dan mengalami kelumpuhan.
Alisha tidak bisa menerima pernikahan itu, terlebih sikap Rafael sangatlah jauh dari kata suami idaman. Alisha terus memaksa Rafael untuk menceraikannya. Namun, Rafael dengan tegas menolaknya.
Mampukah Alisha bertahan? Atau Rafael menyerah dan menceraikan Alisha?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ceraikan Aku ~ Bab 8
Alisha tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Akan tetapi, dia berusaha menahan air matanya yang hampir keluar. Dia berusaha menyuapkan makanan ke mulutnya. Meskipun hatinya terasa pilu, tetapi dia tetap mengunyah dan menelan makanannya.
Rafael menyaksikan semua itu. Dia tahu bahwa Alisha sedang menahan kesedihannya saat ini. Kehilangan orang tua dalam keadaan seperti Alisha memang sangat sulit, wajar jika dia merasa sedih.
“Besok pagi aku akan mengantarmu ke makam ayahmu,” ucap Rafael sebelum melanjutkan lagi makannya.
Alisha menatap suaminya yang kembali makan. Dia sendiri masih bersusah payah menelan makannya. Makanan yang seharusnya terasa enak itu entah kenapa terasa sangat hambar saat ini. Meski begitu, dia tidak mau mencari masalah dengan Rafael jika tidak menghabiskan makanannya.
***
***
***
Pagi-pagi sekali. Rafael sudah rapi dengan setelan jas berwarna kopi susu. Dia berjalan menuruni anak tangga yang menghubungkan lantai dua dan lantai satu rumahnya. Di bawah, sudah ada Felix yang menunggunya dengan tenang.
“Alisha?” tanya Rafael.
Felix menoleh pada kepala pelayan yang kemudian angkat bicara.
“Sudah siap, Tuan. Mungkin sebentar lagi akan keluar,” ucap wanita itu.
Rafael mengangguk lalu duduk di kursinya, menunggu sang istri keluar dari kamarnya. Tidak berapa lama, Alisha pun keluar dengan mata bengkak. Wanita cantik itu semalaman menangis karena itulah matanya bengkak seperti disengat lebah.
Rafael tidak mau banyak bertanya yang mungkin akan membuat Alisha kembali menangis. Hingga akhirnya, mereka bisa makan dengan tenang.
Sesuai janjinya, setelah sarapan bersama, Rafael mengantarkan Alisha ke makam ayahnya. Di mobil, Alisha duduk di samping Rafael, sementara Felix menyetir ditemani seorang perawat yang mendampingi Alisha sampai ke pemakaman.
Sepanjang perjalanan, Alisha hanya terdiam sampai Rafael memberikan sebuah surat untuknya.
“Ayahmu bilang, aku harus memberikannya padamu jika kamu sudah menerima pernikahan ini. Tetapi, aku tidak tahan melihatmu menangis seperti itu. Mungkin surat itu bisa mengobati perasaanmu pada ayahmu,” ucap Rafael.
Dengan tangan Alisha menerima surat itu dan mulai membacanya.
Alisha, putri ayah. Saat kamu membaca surat ini, itu berarti kamu sudah terbangun dari koma dan ayah sudah tidak ada di sisimu, Anak. Maafkan ayah yang tidak bisa menemani saat kamu sadar. Maaf juga karena ayah telah menikahkanmu tanpa izin darimu. Ayah hanya ingin kamu mendapat suami yang baik seperti Tuan Rafael. Dia memang sudah membuatmu seperti ini, tapi dia juga yang selalu datang setiap hari untuk mengetahui keadaanmu.
Alisha, ayah tidak tahu apakah ayah sudah menjadi ayah yang baik atau ayah yang kejam karena memaksamu. Ayah ingin saat ayah tiada, ada seseorang yang tetap menjagamu. Jangan mengharapkan Dito lagi, karena meski ayah mati, ayah tidak merestui dia menjadi menantu ayah. Restu ayah hanya untuk Tuan Rafael. Karena itu, berbaktilah dan berbahagialah bersamanya. Ayah akan bahagia saat pernikahanmu juga bahagia. Belajarlah mencintai suamimu.
Ayah sangat mencintaimu, putri kesayangan ayah. Ayah bisa tenang menemui ibumu.
Sepucuk surat itu kembali menyayat hatinya. Bahkan pesan terakhir ayahnya pun tetap menyuruhnya untuk bertahan dengan Rafael. Bagaimana jika dia meminta cerai? Apakah ayah dan ibunya akan sedih di atas sana?”
Hatinya berusaha kuat untuk menahan air mata yang nyatanya tidak mampu ditahan lebih lama. Rafael mengulurkan sapu tangannya tanpa banyak bicara.
Sampai akhirnya, mobil berhenti di area pemakaman. Karena tidak mungkin memakai kursi roda, Rafael terpaksa menggendong Alisha menuju makam ayahnya sementara Felix mengikuti di belakang mereka.
Saat berjalan menuju makam, Rafael sempat melirik Alisha yang melamun dalam gendongannya. Istrinya itu memang sangat cantik, sayang matanya yang bengkak sedikit mengurangi kecantikan itu.
“Aku harap setelah pulang dari sini kamu tidak akan menangis lagi. Terimalah kenyataan dan fokus untuk hidupmu ke depan. Orang meninggal tidak akan bisa hidup lagi, walaupun kamu menangis sampai air matamu kering,” ucap Rafael yang sebenarnya tidak ingin melihat Alisha menangis lagi.
Satu hal dalam dirinya yang sudah dilanggar. Dia mulai memperhatikan istrinya itu tanpa dia sadari.
Banyakin hadiahnya ❤
selebihnya mah jelmaan 😈
sadar diri saat sekarat doang
yakin lah pasti dimaafin kok
kan cuma kata maaf doang ya kan.
ogah banget bersimpati sama manusia laknat kayak gitu.
untung alisha tidak memiliki jiwa 😈 dan pendendam seperti saya.