Magika dan Azzrafiq tak sengaja bertemu di sebuah cafe, saat Magika sedang melakukan tantangan dari permainan Truth or Dare yang dia mainkan bersama teman-temannya.
Hanya dalam satu malam saja, Magika mampu membuat Azzrafiq bertekuk lutut, mereka melakukan hal-hal gila yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya, mereka melakukannya atas dasar kesenangan belaka.
Keduanya berpikir tak akan pernah berjumpa lagi dan hanya malam ini saja mereka bertemu untuk yang pertama sekaligus yang terakhir.
Namun takdir berkata lain, Magika dan Azzrafiq dipertemukan lagi, karena mereka diterima di kampus yang sama dan lebih tak disangka lagi mereka satu jurusan, tapi keduanya tidak saling mengenali karena saat pertemuan malam itu, mereka dalam pengaruh alkohol yang membuat keduanya tak ingat apa yang telah terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen Dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hallo From The Other Side
Mata kuliah yang Magika ambil hari ini akhirnya selesai, dan mereka kedatangan kakak tingkat yang masuk beriringan, mereka adalah anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi.
Mereka datang untuk memberikan informasi akan ada ospek jurusan, dan meminta seluruh Mahasiswa angkatan 2012 berkumpul di Aula fakultas.
Sesuai arahan yang diberikan kakak tingkat, Magika dan teman-teman sekelasnya keluar untuk bergabung dengan teman-teman satu angkatannya di Aula, melihat tempat duduk jajaran paling depan masih kosong, Magika dan ketiga temannya duduk di sana.
"Gee, tadi aku lihat ada cowok ganteng pas mau masuk kelas, kayaknya aku suka sama dia." Bisik Alin yang duduk di samping Magika.
Mendengar perkataan Alin membuatnya terperangah, mengingat Alin sedang dekat dengan kakak tingkat minggu lalu, dan begitu menggilai kakak tingkatnya itu.
"Loh bukannya kamu lagi dekat sama Kating berkacamata itu?" Tanya Magika bingung.
"Iya sih, tapi cowok yang aku lihat tadi lebih ganteng dari dia." Sela Alin.
"Oh gitu." Ucap Magika datar, seraya melihat ke arah pintu Aula, seolah-olah dia menunggu kedatangan seseorang yang entah itu siapa.
Mengetahui cerita Alin membuat Magika sedikit kesal, karena waktu pertama kali lihat Kakak tingkat yang disukainya, reaksi Alin sama persis seperti sekarang, dan masalahnya waktu itu juga Magika menyukai Kakak tingkatnya itu, tapi karena Alin lebih kelihatan ngebetnya, dia mengalah.
Jangan bilang lelaki yang mereka lihat itu, lelaki yang sama juga. Magika bergidik ketika membayangkannya, karena kalo sama, kali ini dia bertekad tidak akan mengalah lagi.
Azzrafiq dan teman-teman sekelasnya bergegas masuk ke Aula, dimana Mahasiswa Angkatan 2012 telah berkumpul, tentu saja ada perasaan was-was dalam hatinya karena pasti akan bertemu Nisrina, cewek yang selalu mengejarnya.
Ketika melangkahkan kakinya, Azzrafiq bertemu lagi dengan Magika, ternyata wanita berlesung pipi itu teman satu jurusannya, kabar yang sangat baik untuknya, dia langsung merogoh saku jaketnya, untuk mengambil charm berbentuk topi penyihir yang disimpannya.
"Jadi kita satu jurusan?" Gumam Azzrafiq sambil tersenyum menatap Magika yang sedang duduk bersama teman-temannya.
Magika sedikit terkejut ketika melihat Azzrafiq memasuki Aula, rupanya lelaki itu satu jurusan dengannya, meskipun sudah satu bulan kuliah, Magika belum tahu siapa saja teman satu angkatannya, lalu dia mengalihkan pandangannya agar tak dicurigai dirinya sedang memperhatikannya.
Azzrafiq berjalan menghampiri Magika yang tengah duduk di kursi barisan paling depan.
"Kayaknya ada yang lepas dari gelang kamu." Kata Azzrafiq.
"Oh, aku kira ilang dan gak akan ketemu lagi, makasih ya." Kata Magika senang karena charm yang tadi hilang sudah ketemu sampai tak menghiraukan lagi keberadaan Azzrafiq.
"Ok sama-sama." Tukas Azzrafiq.
Melihat Magika mengabaikannya, Azzrafiq melanjutkan langkahnya lagi dan mencari tempat duduk yang masih kosong. Tampak ada kursi yang masih kosong di belakang, dia langsung tertuju ke sana, dia memperhatikan wanita itu dari tempatnya. Azzrafiq benar-benar terpesona olehnya.
"Ganteng juga tuh cowok, siapa sih Gee?" Tanya Vanilla.
"Manusia." Jawab Magika datar.
Vanilla memperhatikan Azzrafiq yang duduk di belakang."Kayaknya dia teman satu kelasnya si Daphnie."
"Tahu dari mana?" Tanya Magika.
"Tuh mereka lagi ngobrol." Tunjuk Vanilla.
"Ish itu dia Gee, cowok yang aku suka, yang aku ceritain tadi, kamu kenal sama dia?" Kata Alin histeris.
Magika menoleh ke belakang untuk melihat Azzrafiq yang kebetulan sama sedang menatapnya juga, Azzrafiq yang sudah terlanjur memperhatikan Magika sedari tadi, tak sempat berkutik ketika tertangkap basah sedang memandanginya.
Lalu Magika membalikkan lagi kepalanya, dan menghembuskan nafasnya, lagi-lagi lelaki yang dia dan Alin sukai adalah orang yang sama.
Azzrafiq tersenyum ketika melihat gerak-gerik Magika. Perfect!! Siapa sih dia? Baru tahu punya teman satu jurusan yang se-charming itu. Batin Azzrafiq.
"Lo kenapa sih senyum-senyum gak jelas?" Tanya Maulana yang sedari tadi memperhatikan Azzrafiq.
"Gak boleh gue kelihatan senang?" Azzrafiq malah balik bertanya.
"Gue cuma khawatir aja sama lo, apa gara-gara onigiri tadi pagi, lo jadi aneh." Celetuk Maulana usil.
Azzrafiq berdecak. "Se aneh apa sih gue?"
"Aneh kayak orang kena pelet." Celetuk Daphnie.
Maulana tertawa dengan suara yang menggelegar, hingga semua orang yang ada di Aula memperhatikannya, termasuk Magika dan kawan-kawannya.
"Caper amat lo jadi orang." Gerutu Azzrafiq.
"Iya caper banget nih mending kalo ganteng." Tukas Daphnie.
"Lah emang gue ganteng, lo lagi ngincer cewek ya? Yang mana? Yang duduk di depan ya? Yang pake outter biru navy?" Tanya Maulana menggoda Azzrafiq.
Daphnie memperhatikan seseorang yang memakai outter biru navy, dan yang dilihatnya adalah Magika karena tak ada lagi yang memakai outter berwarna tersebut, dia tertawa karena kebetulan mengenalnya.
"Teman aku itu Fiq, mau di kenalin?" Daphnie menawarkan.
"Gak usah dikenalin Daph, nanti juga tuh cewek datang sendiri, daya tarik si Azzrafiq kan emang kuat banget." Celetuk Maulana.
"Sembarangan, teman aku yang itu gak sedangkal kayak cewek-cewek lain yang ngejar Azzrafiq." Gerutu Daphnie.
Maulana terkekeh sambil memperhatikan Magika yang duduk di depan."Semoga begitu ya, tapi emang manis juga sih tuh cewek, banyak yang ngincer dia, termasuk gue."
"Emang manis sih si Magika, aku yang cewek aja muji deh." Sahut Daphnie.
Sayangnya, Azzrafiq tak menanggapi ocehan teman-temannya itu, dia terlalu fokus memandangi Magika, pikirannya hanya tertuju pada wanita berlesung pipi itu.
Walau hanya dari belakang saja, Magika mampu membuatnya tak ingin berhenti memperhatikan setiap gelagatnya, tampak dari belakang Magika sedang berbincang dengan teman-temannya.
"Kalian berdua saling kenal? Kenalin aku sama dia dong Gee." Pinta Alin.
"Hmm nanti ya aku tanya dulu orangnya, mau gak dia kenalan sama kamu." Kata Magika tak sungguh-sungguh, dia saja belum tahu siapa nama lelaki itu.
Zea yang memperhatikan Alin memaksa Magika untuk berkenalan dengan Azzrafiq, merasa ikut kesal, karena Zea selalu jadi teman curhat Alin, Zea tahu bagaiman Alin begitu mengagumi sosok Kakak tingkat berkacamata itu, dan kini beralih dengan mudahnya.
"Bukannya baru kemaren, kamu nge date sama si Kating kacamata itu ya? Kok udah mau cari cowok lain lagi?" Tanya Zea heran.
"Play girl kita satu ini, kayaknya ngebet banget cari pacar, sampe semua cowok dia suka." Timpal Magika.
"Gak gitu Gee, tapi yang sekarang tuh beda." Sanggah Alin.
Magika menyahuti dengan ragu. "Nanti kalo udah gak penasaran, ditinggal lagi karena gak sesuai sama yang diinginkan."
Zea mengangguk, menyetujui perkataan Magika. "Betul, nanti inilah, itulah. Manusia kan gak ada yang sempurna Lin."
"Ya kamu kenalan aja sih langsung sama orangnya, kamu kan orangnya SKSD banget dan gak tahu malu Lin, tapi belum tentu mau juga sih cowoknya kenal sama kamu." Celetuk Vanilla.
Alin sudah terbiasa mendengar celetukkan Vanilla tentang dirinya, yang memang kadang suka benar ucapannya. Karena itu Alin sudah tidak kaget lagi atau merasa tersinggung.
Magika terkekeh mendengar ucapan Vanilla yang tak pernah disaring, kalaupun dia sudah tahu nama lelaki itu, dia tak akan pernah mengenalkan Alin padanya.
Dari awal berkenalan dengan Alin saat ospek Universitas, Magika memang tidak terlalu suka dengannya begitu juga sebaliknya, karena Alin itu anaknya caper, bukan hanya dia saja yang tidak menyukai Alin, melainkan teman-teman lainnya juga, tapi seiring berjalannya waktu mereka malah jadi satu circle. Awalnya, yang sering berbarengan itu Magika, Vanilla, dan Zea saja, tanpa diundang Alin datang mendekati, mencoba memisahkan Vanilla dan Zea darinya.
Karena Magika anaknya tidak ingin ambil pusing, dia tak menghiraukan diskriminasi yang dilakukan Alin.
Pada akhirnya, Alin sendiri kini merasa lebih dekat dengan Magika. Meskipun Magika tetap tak merasa Alin itu teman dekatnya. Kalo bukan karena Vanilla dan Zea, dia pun enggan dekat dengan Alin.
Toxic juga pertemanan Mereka.
Setelah selesai berkumpul untuk mendapatkan informasi mengenai ospek yang akan diselenggerakan minggu depan oleh anggota HIMA, teman-teman satu angkatan Magika berhamburan keluar Aula.
Sementara Zea dan Alin telah pulang, Magika dan Vanilla mencari makan siang ke kantin, sekalian mengerjakan tugas yang akan dikumpulkan besok.
Vanilla fokus mengerjakan tugas sambil menyeruput jus yang dipesannya, lalu menoleh ke arah Daphnie yang sedang memesan makanan di ujung kantin, seketika itu juga dia berteriak memanggil namanya.
Daphnie yang mendengar namanya dipanggil, langsung menghampiri sumber suara yang meneriaki namanya, dia sangat senang bertemu dengan Vanilla dan Magika.
"Kalian!! Ya ampun belum pada pulang? Masih ada kelas emangnya?" Tanya Daphnie yang kini ada di hadapan Magika dan Vanilla.
"Belum, kita lagi ngerjain tugas, sini Daph duduk." Kata Magika.
Magika menggeser laptopnya agar Daphnie lebih leluasa, dia teringat dengan Azzrafiq, sepertinya lelaki itu teman sekelas Daphnie, karena tadi di Aula dia melihat Azzrafiq tampak akrab dengan Daphnie.
"Daph, cowok di kelas kamu ada yang ganteng..." Magika menjeda ucapannya, dia berpikir sejenak, bagaimana cara menggambarkan sosok lelaki tersebut. "Yang tadi pake jaket denim.." Sambung Magika yang tidak jelas mendeskripsikan seseorang yang ditanyakannya.
"Siapa Gee? Di kelas aku cowoknya pada ganteng, tapi biasanya yang paling sering ditanyain tuh Azzrafiq." Ucap Daphnie sambil terkekeh, lalu mengambil ponsel di dalam tas nya.
"Gak kayak di kelas kita cowoknya pada buluk." Celetuk Vanilla.
"Yang ini bukan cowok yang kamu maksud?" Tanya Daphnie seraya menunjukkan foto lelaki itu dari media sosial facebook.
Vanilla menilik foto yang ditunjukkan Daphnie pada Magika, dia menarik ponsel Daphnie ke arahnya.
"Nah iya, yang itu Daph, si Alin sampe kayak kerasukan kuda lumping tadi, penasaran sama cowok itu. Tapi emang ganteng sih anaknya." Celetuk Vanilla setelah memperhatikan fotonya.
"Udah gak heran sih kalo Azzrafiq, banyak yang nanyain bahkan sampe kating cewek juga." Ucap Daphnie menanggapi Vanilla.
Daphnie memberitahu Magika dan Vanilla, bahwa Azzrafiq itu digemari banyak wanita, banyak teman wanita satu angkatan yang berbeda kelas dengan Azzrafiq, bahkan kakak tingkat datang untuk mencari perhatian lelaki itu dengan memberinya hadiah-hadiah kecil. Namun tak ada satupun diantara beberapa wanita itu yang Azzrafiq tanggapi.
Pantas saja radar Magika melihat lelaki tampan tidak pernah meleset padahal tadi pagi dirinya lagi buru-buru, ternyata yang menyadari ketampanan lelaki itu bukan hanya dirinya saja. Mendengar hal itu, kadar ketertarikannya pada Azzrafiq jadi berkurang.
Rasanya malas saja harus bersaing dengan banyak wanita lainnya. Sama seperti menyukai artis tampan kesukaannya. Mustahil untuk di dekati.
"Kamu suka Gee?" Tanya Daphnie menggoda Magika.
"Si Alin yang suka." Sahut Vanilla yang mewakili jawaban Magika.
"Yakin nih Gee kamu gak suka? Padahal tadi Azzrafiq juga lagi perhatiin kamu." Kata Daphnie seraya memotong-motong makanan yang akan dilahapnya.
"Oh ya?" Sahut Magika yang kini tampak tak peduli lagi mengenai Azzrafiq.
"Iya, tapi gak tahu juga soalnya pas bilang aku kenal sama kamu, dia gak respon apa-apa, tapi kelihatannya kalian cocok." Ujar Daphnie.
"Jujur sih doi emang ganteng, tapi bukan selera aku, mungkin juga bukan selera Magika, tapi selera si Alin." Tukas Vanilla.
"Alin tukang caper?" Tanya Daphnie dengan raut wajah yang kesal, dia baru menyadari bahwa yang minta info tentang Azzrafiq itu Alin bukan Magika dan Vanilla.
"Caper ada tukangnya ya?" Tanya Magika sambil tertawa kecil.
"Ya ampun, kasian Azzrafiq disukain sama cewek jenis begitu, diantara banyaknya cewek yang suka sama dia, si Alin yang paling gak banget" Cibir Daphnie.
"Kenapa sih perasaan semua orang pada kayak gak suka sama Alin?" Tanya Vanilla heran.
"Di kelas aku gak ada satupun cewek yang suka sama dia." Ujar Daphnie seraya melototkan matanya. "Bayangin aja tuh anak emang capernya udah kelewatan. Inget kan waktu ospek Universitas? Dia yang paling so tahu segalanya, sampe semua orang dikomentarin."
"Kalo aku, selama gak merugikan dan gak menyebalkan sama aku, ya gak masalah." Ucap Vanilla santai.
"Iya tapi kan ngeselin gitu. Males aja kalo ada dia." Pekik Daphnie seraya mengunyah makanannya. "Bilangin ke si Alin, Azzrafiq udah punya cewek, jangan ngarep, atau bilang aja Azzrafiq sukanya sama manusia bukan siluman." Sambung Daphnie.
Magika dan Vanilla saling bertatapan ketika melihat Daphnie yang sewot membicarakan Alin.
"Duh udah parah berarti si Alin kalo Daphnie udah nyerocos gitu." Celetuk Magika.
"Kamu bilang Azzrafiq udah punya pacar itu beneran? Apa kamu kebawa kesal aja?" Tanya Vanilla memastikan, walaupun tak penting juga untuknya mengetahui hal itu.
Daphnie nyengir seraya menggaruk-garukkan kepalanya. "Udah sih, statusnya bertunangan dengan Bianca Lupita, agak alay sih sebenernya, pokoknya bilangin aja gitu, biar dia gak datang dan caper ke kelas aku. Kayak anak kelas C siapa itu namanya, duh lupa, ngejar-ngejar si Azzrafiq kayak orang kesurupan, tiap hari datang ke kelas aku, bikin risi."
"Lah udah punya cewek mah ngapain mau dikenalin ke Magika?" Tanya Vanilla heran.
"Soalnya kelihatan lebih cocok sama Magika dibanding ceweknya hahaha, lagian kayaknya Azzrafiq sama ceweknya itu diambang kematian." Celetuk Daphnie.
"Sekarat dong?" Tanya Vanilla.
"Iya udah sekarat hubungannya." Jelas Daphnie
Mendengar status Azzrafiq yang sudah memiliki kekasih, semakin terkikis saja rasa suka Magika, itu berarti memang sudah seharusnya Magika mengubur perasaannya. Lagi pula dia masih berharap akan bertemu lagi dengan Edward, meskipun kemungkinannya sangat kecil.
Padahal Edward dan Azzrafiq adalah satu orang yang sama, yakin nih Magika tak tertarik lagi dengan Azzrafiq?