Cerita ini adalah spin off dari Jerat Cinta Alka.
Bercerita tentang kehidupan Sarah setelah tidak lagi bersama dengan Alka.
Sarah memutuskan untuk pulang kampung setelah ditipu oleh managernya.
Ia pulang tanpa membawa sepeser uangpun.
Masalah Sarah bertambah saat Ia tahu jika Ayahnya terlilit hutang, Ia dipaksa menikah dengan pria yang belum pernah Ia kenal sebelumnya.
Dan disinilah kisah Sarah dimulai...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Apri Ana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35
Arga tersenyum puas akhirnya Ia bisa merebut kembali rumah yang seharusnya memang miliknya.
Meskipun ini tengah malam namun Ia tetap mengelilingi rumah masa kecilnya itu dimana dulu pernah ada kehangatan keluarga semasa Ibunya masih ada.
Cukup lama Arga tidak menginjak kerumah ini, tepatnya setelah Ayahnya meninggal, Arga di usir oleh Ami hingga akhirnya tinggal di apartemen yang sempat dibelikan oleh Ayahnya padahal di surat wasiat tertulis jelas jika rumah mewah itu seharusnya untuknya, tapi karena kelicikan Ami, Arga bahkan tidak diberi kesempatan untuk tinggal disana.
"Apa Tuan akan mengajak Nona tinggal disini?" tanya Vandam yang sedari tadi mengikuti langkah Arga.
Arga terdiam cukup lama sebelum akhirnya menjawab, "Mungkin suatu hari nanti, tidak sekarang karena sekarang masih cukup berbahaya."
Vandam mengangguk paham, "Apa mungkin Nyonya akan melakukan balas dendam?"
Arga tersenyum, "Kita lihat saja nanti."
"Saya pastikan Nyonya tidak akan bisa melakukan itu Tuan."
Arga berdecak, "Jangan pernah meremehkan wanita tua itu, dia sangat licik."
Vandam tersenyum lalu mengangguk mengerti, "Baiklah Tuan."
Seorang Maid datang menghampiri keduanya, "Kami sudah mengeluarkan barang barang yang tertinggal milik Nyonya dan Tuan muda Steven Tuan."
"Jika sampai besok mereka tidak mengambil barangnya, kau buang saja." pinta Arga yang langsung diangguki oleh maid itu.
Arga memasuki gudang belakang rumah, Ia menyalakan lampu dan tersenyum lega karena barang barang serta foto milik Ibunya masih utuh disana. Bahkan ada beberapa foto dirinya sewaktu masa kecil.
"Besok pagi kumpulkan semua maid, aku ingin semua foto yang ada disini kembali dipasang." pinta Arga yang langsung diangguki oleh Vandam.
"Baiklah Tuan, besok pagi saya akan melakukan briefing dengan para maid disini."
"Sekarang istirahatlah, tidak perlu kembali ke club. Hari ini kita sudah melewati banyak hal."
Vandam mengangguk setuju, keduanya kembali masuk kerumah mewah Arga untuk istirahat.
...****************...
Berkali kali Ami mengomel saat melihat tikus melewati dirinya yang tengah mencoba untuk tidur.
"Diamlah Bu, aku tidak bisa tidur karena mendengar suaramu!" protes Steven yang memang saat ini keduanya tengah berbaring disatu ranjang yang sama.
Bukan tanpa sebab, karena rumah ini masih kotor dan terlihat seperti gudang, hanya ada satu ranjang yang bersih yang akhirnya mereka gunakan untuk tidur.
"Apa kau tidak lihat, sedari tadi tikus berkeliaran dibawah ranjang ini, benar benar menjijikan!"
Steven menghela nafas panjang, "Mereka hanya dibawah, tidak perlu takut akan naik ke atas."
Ami berdecak, "Jika kita biarkan semakin lama mereka akan naik dan mengigit kita!"
Steven akhirnya beranjak dari tidurnya, "Lalu apa mau Ibu? Tidak mungkin kita membersihkan tengah malam begini."
"Semua karena kau! Jika saja kau tidak membuat masalah mungkin kita tidak akan tinggal ditempat seperti ini!" omel Ami lagi yang langsung menyulut emosi Steven.
"Semua juga salah Ibu, jika saja Ibu tidak memberikan club malam itu pada Arga kita tidak akan mungkin jadi gembel seperti ini!" ucap Steven tak mau kalah.
Ami mengepalkan tangannya, apa yang dikatakan Steven memang benar. Jika saja Ia dulu lebih pintar mengelola club malam yang Ia rintis diam diam dibelakang mediang suaminya, mungkin Club itu tidak akan bangkrut hingga berakhir di kuasai oleh Arga.
Arga benar benar licik, diam diam anak itu mengalahkan dirinya.
"Sudahlah Bu, tidur saja. Kita bersihkan ini besok pagi." kata Steven kembali berbaring karena Ia masih mengantuk.
"Ibu tidak mau membersihkan tempat ini, besok kita cari orang saja untuk membersihkan tempat ini!" pinta Ami.
Steven memutar bola matanya malas, "Terserah Ibu saja yang penting jangan mengomel lagi karena aku ingin tidur dengan tenang."
Keduanya akhirnya sama sama terlelap, Ami tak lagi memperdulikan tikus yang berkeliaran dibawah ranjang mereka.
Dan pagi pagi sekali, Ami meminta beberapa orang untuk membersihkan rumahnya.
"Aku bisa membayar kalian, cepat bersihkan tempat ini." omel Ami melihat tatapan tak yakin para petugas kebersihan sewaan itu.
Padahal baru semalam Ia pergi dari rumah namun berita kebangkrutannya sudah menyebar kemanapun membuat Ami sangat kesal dan malu.
"Pasti semua ini ulah Arga, dasar anak sialan, lihat saja aku pasti akan membalasnya." umpat Ami sambil melihat para petugas kebersihan yang membersihka rumahnya.
Setelah selesai, Ami memberikan masing masing 100 ribu untuk para pekerja itu.
"Kenapa hanya 100 ribu?" protes kelima petugas kebersihan yang hampir 3 jam membersihkan rumah Ami.
"Lalu kalian minta berapa? Bukankah tarifnnya memang 100 ribu?"
"Coba Ibu baca di aplikasi, tarif 100 ribu untuk 1 jam bekerja dan kami berada disini selama 3 jam jadi seharusnya Ibu memberi kami 300 ribu."
Mata Ami melotot tak percaya mendengar permintaan kelima petugas kebersihan itu.
"Kenapa mahal sekali!"
Salah satu petugas tersenyum sinis, "Jika Ibu tidak bisa membayar kami, seharusnya tidak menyewa kami."
"Cepat bayar atau kami akan melaporkan anda ke polisi!"
Ami berdecak, terpaksa Ia mengeluarkan kembali uang untuk membayar kelima pria itu.
"Dasar kalian tukang peras!" omel Ami sambil mengulurkan uangnya.
Kelima pria itu tertawa sinis, "Lain kali jika tidak mampu membayar kami lebih baik jangan menggunakan jasa kami, Ibu bersihkan sendiri saja rumah kumuh ini!" kata salah satu pria lalu mereka pergi meninggalkan rumah Ami.
"Sialan, awas saja jika aku sudah kembali kaya, aku akan membuat kalian menyesal karena sudah berani menghina ku!" ancam Ami dengan tangan mengepal.
Hoammm... Suara Steven yang menguap membuat Ami semakin kesal. Ami menatap tajam ke arah Steven yang baru saja bangun itu.
"Dasar kerbau pemalas, bagaimana bisa kau baru bangun!"
Steven berdecak, "Ini masih pagi dan Ibu sudah mengomel?"
"Bagaimana Ibu tidak mengomel, Ibu memiliki putra sarjana dari luar negeri namun tidak bisa menghasilkan apapun!"
Steven kembali berdecak, "Bukankah Ibu yang selalu melarangku untuk bekerja, kenapa sekarang harus mengomel?"
Ami mengepalkan tangannya, Ia benar benar dibuat geram oleh Steven.
Rasanya Ami ingin memukul bibir Steven karena selalu membantah ucapannya.
"Dari pada Ibu mengomel, buatkan sarapan untuk ku, aku lapar sekali!"
"Kau pikir Ibu pembantu? Tidak ada makanan untuk hari ini karena Ibu sudah mengeluarkan uang 1 juta 500 ribu untuk membayar petugas kebersihan. Kita harus hemat!"
Mata Steven melotot tak percaya, "Apa Ibu gila? kita bisa mati jika tidak makan seharian!"
"Jika kau ingin makanan, pergilah keluar dan cari pekerjaan agar kau bisa membeli makanan, jangan merepotkan ku seperti ini!" ucap Ami lalu pergi meninggalkan Steven.
Steven hanya bisa melongo mendengar ucapan Ami.
Roda kehidupannya tengah berputar, dulu Ia menjadi anak yang paling dimanja dan di sayang oleh Ami namun sekarang... Semua memang akan berubah saat tak memiliki uang.
Ami bahkan tak lain menunjukan kasih sayang lagi untuknya.
Bersambung....
sepandai pandai tupai melompat akhirnya jatuh juga