Hai, kenalin! Ini adalah novel gue yang bakal ngajak kalian semua ke dunia yang beda dari biasanya. Ceritanya tentang Lila, seorang cewek indigo yang punya kemampuan buat liat dan ngerasain hal-hal yang nggak bisa dilihat orang lain. Tapi, jangan mikir ini cuma cerita horor biasa, ya!Lila ini kerja di kota besar sebagai jurnalis, sambil terus nyoba buat hidup normal. Sayangnya, dunia gaib nggak pernah jauh dari dia. Dari gedung-gedung angker sampai pesan misterius, Lila selalu ketarik ke hal-hal aneh yang bikin bulu kuduk merinding. Di tengah kesibukannya ngeliput berita, Lila malah makin dalam terlibat dengan makhluk-makhluk dari dunia lain yang seolah ‘nungguin’ dia buat ngungkap rahasia besar.Penasaran gimana dia bakal hadapin semuanya? Yuk, ikutin terus perjalanan Lila di "Bayangan di Kota: Kisah Gadis Indigo". Siap-siap deh, karena lo bakal nemuin banyak misteri, ketegangan, dan sentuhan supranatural yang bikin lo nggak bisa berhenti baca!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hansen Jonathan Simanjuntak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18: Pintu Terakhir
Setelah semua hal aneh yang mereka alami, Lila dan Rina berdiri di depan pintu besar yang tiba-tiba terbuka di ujung lorong. Suasana di sekeliling mereka terasa makin berat, tapi kali ini, nggak ada suara-suara aneh, nggak ada bayangan yang menyeramkan, nggak ada sosok hantu yang mengganggu. Hanya ada rasa tegang yang terus menghantui.
“Gue beneran nggak yakin sama ini, Lil. Serius deh,” bisik Rina sambil melirik Lila.
Lila menghela napas panjang. “Gue juga nggak yakin, tapi kita udah terlalu jauh. Kita harus tau apa yang sebenarnya ada di sini.”
Mereka berdua saling pandang, lalu tanpa berkata-kata lagi, Lila maju duluan, membuka pintu besar itu lebih lebar. Ruangan di balik pintu itu ternyata sangat berbeda dari apa yang mereka bayangkan. Dinding-dindingnya putih bersih, berkilau, dan sama sekali nggak berdebu. Lantai juga terlihat seperti baru dipoles, memantulkan cahaya remang yang berasal dari lampu-lampu kecil di langit-langit.
“Ini... aneh. Kayak bukan bagian dari gedung tua ini,” gumam Rina, bingung. “Tadi tempat ini berantakan, sekarang tiba-tiba bersih.”
“Gue juga heran. Tapi mungkin ini yang selama ini kita cari,” jawab Lila sambil melangkah masuk ke dalam.
Rina mengikuti dari belakang, langkah mereka berdua terasa sangat berat, seolah-olah ada sesuatu yang menahan mereka. Suara langkah kaki mereka bergema di ruangan kosong itu, tapi tetap saja, nggak ada tanda-tanda bahaya. Hanya sunyi.
Di tengah ruangan, ada sebuah meja kayu besar yang dikelilingi oleh kursi-kursi kosong. Di atas meja itu, ada sebuah buku tebal berwarna hitam, terlihat sangat tua, dengan sampul yang lusuh. Lila mendekat ke meja itu, matanya terpaku pada buku hitam tersebut.
“Ini kayak... buku catatan atau semacamnya?” tanya Rina sambil mengerutkan alis.
Lila mengulurkan tangannya untuk mengambil buku itu. “Mungkin ini jawabannya.”
Begitu Lila membuka buku itu, halaman-halamannya dipenuhi dengan tulisan tangan yang aneh. Tulisannya kecil-kecil, rapat, dan menggunakan bahasa yang Lila maupun Rina nggak kenal. Ada gambar-gambar simbol misterius di setiap halaman, seolah-olah buku itu menyimpan rahasia besar yang belum terungkap.
“Gue nggak ngerti sama sekali ini tulisan apa,” kata Lila sambil terus membuka halaman-halamannya.
Rina melongok ke arah buku itu. “Gue juga nggak paham, tapi kayaknya ini nggak biasa. Lu yakin kita nggak salah pegang sesuatu?”
“Tunggu dulu,” kata Lila. Dia terus membalik halaman demi halaman, sampai akhirnya dia menemukan sebuah gambar yang menarik perhatiannya. Sebuah gambar lingkaran besar dengan simbol-simbol di sekelilingnya, mirip seperti simbol-simbol yang mereka lihat di beberapa tempat di gedung ini.
“Ini... ini kayak petunjuk,” gumam Lila pelan.
“Petunjuk apaan lagi, Lil? Gue nggak ngerti,” tanya Rina, makin bingung.
Lila berhenti membuka halaman buku itu dan menatap Rina dengan serius. “Gue rasa ini ritual. Kayak semacam cara buat ngebuka sesuatu, atau mungkin, buat ngeluarin sesuatu.”
“Gue nggak suka arah pembicaraan ini,” kata Rina sambil mundur selangkah.
“Gue juga nggak suka, tapi kita nggak bisa mundur sekarang. Mungkin ini yang selama ini kita cari, Rin. Mungkin ini yang bikin tempat ini jadi penuh dengan hal-hal aneh.”
Rina terdiam, nggak bisa berkata apa-apa. Dia tahu Lila benar, tapi rasa takutnya nggak bisa diabaikan begitu saja. Mereka udah ngalamin banyak kejadian yang nggak bisa dijelaskan dengan akal sehat, dan sekarang mereka berdiri di depan sesuatu yang mungkin jauh lebih besar dari yang bisa mereka bayangkan.
“Kita nggak harus ngelakuin ini, Lil. Kita bisa aja keluar sekarang, lupain semuanya, dan balik ke kehidupan normal,” kata Rina akhirnya.
Lila menghela napas panjang lagi. “Gue pengen banget balik ke hidup normal, Rin. Tapi setiap kali gue mencoba, selalu ada sesuatu yang narik gue kembali ke sini. Mungkin ini takdir gue. Mungkin ini jawabannya.”
Rina menatap Lila dengan ragu, tapi akhirnya dia mengangguk pelan. “Oke. Tapi kalau ada yang salah, kita langsung cabut, oke?”
“Deal,” jawab Lila sambil tersenyum tipis.
Mereka berdua mulai mencoba memahami simbol-simbol di dalam buku itu. Lila terus membaca dan mencoba menerjemahkan setiap simbol yang bisa dia pahami, sementara Rina menyalakan senter dari ponselnya untuk menerangi lebih banyak halaman. Beberapa jam berlalu, dan mereka akhirnya mulai memahami maksud dari ritual yang tertulis di dalam buku itu.
“Jadi, kita harus bikin lingkaran dengan simbol-simbol ini, dan ada mantra yang harus dibaca,” jelas Lila, suaranya penuh keyakinan.
Rina melirik ke arah lingkaran yang tergambar di halaman buku. “Gue nggak suka ini, tapi kalau itu cara buat beresin semua hal aneh di sini, yaudah. Kita coba.”
Mereka berdua segera mulai mempersiapkan segala sesuatunya. Lila menggambar simbol-simbol itu di lantai menggunakan kapur yang ada di ruangan sebelah, sementara Rina memastikan semuanya berjalan dengan lancar. Meski mereka takut, keduanya tahu mereka harus menyelesaikan ini.
“Semua sudah siap?” tanya Rina sambil memperhatikan lingkaran yang sudah tergambar di lantai.
Lila mengangguk. “Kayaknya sih udah.”
Dengan hati-hati, mereka berdua berdiri di dalam lingkaran dan mulai membaca mantra yang tertulis di buku itu. Suara mereka bergetar, tapi mereka tetap melafalkan setiap kata dengan jelas. Saat mereka membaca, udara di sekitar mereka perlahan berubah. Ruangan yang tadinya sunyi mulai terasa semakin dingin, dan tiba-tiba, angin dingin berhembus dari segala arah.
Rina mulai gemetar. “Lil, ini nggak bagus.”
“Terus baca, Rin. Kita harus selesaiin ini,” jawab Lila dengan tegas.
Angin semakin kencang, dan suara aneh mulai terdengar di sekitar mereka. Suara gemuruh, bisikan, dan suara-suara lain yang nggak bisa dijelaskan. Tiba-tiba, lantai di bawah mereka bergetar, dan cahaya aneh keluar dari simbol-simbol yang tergambar di lantai.
Lila dan Rina semakin panik, tapi mereka tetap membaca mantra itu sampai selesai. Dan begitu kata terakhir terucap, angin berhenti, cahaya hilang, dan ruangan kembali sunyi.
“Kita... kita berhasil?” tanya Rina dengan napas tersengal.
Lila mengangguk pelan, masih berusaha mengendalikan dirinya. “Kayaknya kita berhasil.”
Tapi sebelum mereka bisa merayakan, suara pintu besar di belakang mereka tiba-tiba tertutup dengan keras. Mereka langsung berbalik, dan di sana, di tengah ruangan, muncul sosok yang nggak pernah mereka duga. Sesuatu yang lebih menyeramkan daripada apa pun yang pernah mereka lihat di gedung ini.
Dan mereka tahu, permainan baru saja dimulai.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hari ini guys aku posting novel perbab nya besar besaran yah guys
selamat membaca!!!