JAGOAN YANG TERSEMBUNYI

Calvin berbalik dan menatap Stella dengan senyum lebar lalu menyerahkan termos makanan ditangannya kepada Stella, "Nona Stella tidak baik bagimu jika terlalu sering makan makanan diluar. Jadi aku membuatkan kamu makan siang."

Resepsionis tercengang saat dia melihat perhatian Calvin kepada Stella dan berpikir, Apakah pria ini benar-benar suami nona Stella? Tidak mungkin, masa nona Stella menikah dengan seorang pengemis?

Para kerumunan yang berada disekitar terkejut dan hening sambil menatap Calvin dengan bingung dan bertanya-tanya, apakah dia suami misterius nona Stella?

Semua yang ada ditempat kejadian bekerja untuk perusahaan Valentines corporation. Mereka telah mendengar bahwa Stella telah menikah. Hampir Semua orang di perusahaan juga sudah mendengar desas desus tentang suaminya yang misterius.

Namun tidak ada yang benar-benar menyangka bahwa Calvin akhirnya muncul Sekarang.

Apa dia benar-benar suami nona Stella? Keluarga Valentino adalah sala satu keluarga terkaya dikota Astana. kenapa memilih suami yang berantakan seperti ini?

Dia pasti menantu yang gagal dikeluarga Valentino.

Calvin mengabaikan pandangan diskriminatif dari orang-orang disekitar padanya dan memandang Stella yang menatap dingin kearah Calvin. Stella merasa sangat marah.

Dia telah memperingatkan Calvin, untuk tidak meninggalkan rumah. Siapa yang mengira jika Calvin akan muncul dikantornya suatu hari nanti.

"Nona Stella, pria ini mengaku sebagai suami anda, saya telah mencoba memverifikasi identitasnya ..." resepsionis itu berkata dengan hati-hati.

Stella menatap resepsionis itu tanpa emosi dan memberi isyarat kepada Calvin dan berkata, "Ikut aku!" dia kemudian berbalik dan berjalan menuju kantornya.

Calvin menatap resepsionis itu saat dia berjalan pergi. Dia kemudian bingung dan bisa merasakan wajahnya terbakar malu.

Meskipun Stella tidak mengatakan sepatah katapun, sikapnya menjelaskan segalanya. pria tak terurus yang mengenakan kemeja sobek itu ternyata suami sang CEO.

Mereka agak sulit untuk mempercayainya.

Saat kerumunan bubar, rumor pun ikut menyebar, dengan cepat setiap lantai menara Valentines corporation sudah mengetahui keberadaan Calvin.

Meskipun banyak karyawan tidak mengatakannya dengan keras, namun bisa dilihat bahwa merek sedang mengkritik Calvin dari ujung kaki sampai ujung kepalanya.

Bagaimana mungkin Stella, sang CEO perusahaan Valentines Corporation yang agung, menikah dengan pecundang seperti itu? Rumor yang mengatakan bahwa dia adalah bapak rumah tangga yang lemah dan impoten.

Tidak heran Stella tidak pernah menyebut apapun tentangnya. Siapa yang mau memperkenalkan pecundang seperti itu kepada khalayak umum?

Dengan tangan dibelakang punggungnya, Stella berjalan kekantor dengan marah.

Calvin mengikuti Stella ke kantornya dan melihat Addie duduk disofa.

"Stella mengapa pak Calvin ada disini?" Addie terkejut melihat Calvin dikantor Stella.

"Aku juga baru saja akan bertanya, bukankah aku sudah memberitahumu untuk tidak pernah muncul disini?" tanya Stella dengan ekspresi muram diwajahnya.

"Nona Stella, aku hanya mengkhawatirkan kesehatanmu." Calvin tersenyum canggung.

"Terima kasih, tapi saya tidak butuh!" dia mengambil tempat pena dan melemparkannya kearah Calvin.

Calvin kurang cepat untuk menghindar tepat waktu, hingga tempat pena itu mengenainya.

Addie memandang Calvin dengan tatapan hina. Dia bangkit dari sofa dan tersenyum pada Stella. Nona Stella, saya pamit dulu jika sudah selesai. Makan malam akan diadakan malam ini dan kalian berdua diundang.

Stella mengangkat sudut mulutnya memperlihatkan senyum manis dan mempesona.

Setelah Addie pergi, Stella kembali duduk dengan tangan disilangkan didadanya dan menatap tajam kearah calvin yang sekarang duduk disofa. Wajahnya tanpa ekspresi.

Calvin mencoba menenangkan Stella dengan segelas air. "Nona Stella tenanglah ..."

Stella memiringkan kepalanya, dia muak dengan ekspresi sembrono diwajah Calvin. Dia hanya berharap, dia bisa menendangnya keluar dari sini sekarang juga.

peringatannya terhadap Calvin jelas tidak didengar. Calvin benar-benar sudah cukup mempermalukannya, bagaimana mungkin stafnya akan menghormatinya setelah apa yang terjadi hari ini.

Hampir semua orang diperusahaan sudah menyadari hubungan mereka. Dan hal ini hanya akan menyebabkan lebih banyak masalah dimasa depan.

"Taruh saja termos itu dan cepat pergi dari sini!" cibir Stella.

"Baiklah ..."

Calvin keluar dari gedung itu dan pergi dengan mengendarai sepeda tua itu. Saat dia mengendarai sepeda, dia tidak menyadari keberadaan kendaraan hitam yang terparkir tidak jauh dari sepedanya.

Dari dalam mobil, Addie diam-diam menatap kepergian Calvin, senyum jahat pun muncul diwajahnya.

Ayah dia akan menjadi hadiah kita untuk keluarga kerajaan malam ini. Dan sosok Stella yang menakjubkan muncul dibenak Addie. mengapa dia dengan mudah melupakan Stella?

Dia masih ingat saat masih dibangku sekolah menengah, Stella telah menjadikan dirinya lelucon seluruh sekolah. Dan sekarang Stella telah menjadi sosok yang paling cantik didunia komersial dikota Astana. Membuatnya menjadi mainan yang paling di idamkan Addie.

Di kediaman Stella.

Saat Stella kembali kerumah besar miliknya hari sudah malam. Dia menolak untuk bicara dengan Calvin , dan meninggalkannya begitu saja.

"Lihat apa?" Stella merasa kesal melihat tatapan Calvin. Malam ini Stella akan menghadiri makan malam yang diundang oleh Addie.

Saat dia hendak pergi, Calvin bertanya, "Nona Stella jam berapa anda akan kembali?"

"Aku tidak yakin!" jawab Stella sebelum dia buru-buru dia meninggalkan kediamannya.

Makan malam tersebut sangatlah penting bagi Stella dan dia tidak ingin melakukan kesalahan apapun.

Makan malam ini adalah momen utama dari kerjasama antara Valentines corporation dan Addie Ginza. Dia harus perhatian ekstra pada setiap detail yang ada.

Stella berharap, makan malam ini akan membantu menyelesaikan kesepakatan mereka.

Calvin berjalan menuju jendela dan melihat kepergian Stella saat meninggalkan rumah dengan Maybach nya.

Sejak Cassie menjadi pengawal Stella, sopir sebelumnya diberhentikan dan Cassie-lah yang mengambil alih kemudi.

Dia sangat mahir dalam mengemudi, keahliannya setara dengan sopir sebelumnya.

Ketika mereka tiba dihotel, Stella menghentikan Cassie saat memasuki aula perjamuan. "Kamu bisa menunggu dimobil, aku percaya kepada Addie. Dan aku memiliki peluang lebih tinggi jika tidak ada orang lain disekitar."

"Tapi nona Stella ... Anda hampir terbunuh ..." kata Cassie dengan sedikit ragu.

"Jangan khawatir, Addie bisa diandalkan, kami sudah saling mengenal sejak SMA. Aku tahu aku bisa mempercayainya." jawab Stella meyakinkan.

Dia berjalan ke aula dan langsung masuk ke kamar. Namun dia tidak menemukan keberadaan Addie. sebaliknya dia melihat lima sampai enam pria besar berotot duduk diruangan itu.

Hati Stella menciut. perasaan tidak menyenangkan mulai menguasainya. "Saya minta maaf, saya pasti salah masuk kamar." sebelum dia menyelesaikan ucapannya, sebuah tangan langsung membekap mulutnya sementara pria lain menekannya kemeja.

"Siapa kalian?" Stella berteriak ketakutan dan wajahnya pucat seperti kapas.

"Dimana Addie? Siapa kalian semua?" Stella tergagap menatap kearah para pria itu, dia langsung mengingat serangan beberapa hari yang lalu.

Saat itu juga, dia sangat menyesal tidak membawa Cassie bersamanya. Jika Cassie ikut, dia tidak akan jatuh kedalam perangkap ini.

Saat berikutnya, seorang pria mendekati Stella dan langsung merobek kemeja putihnya. dan memperlihatkan kulitnya yang putih dan mulus.

Stella tanpa daya menutup matanya dan air matanya mengalir di pipinya.

Pada saat yang sama, Calvin yang sedang beristirahat dirumah, entah kenapa memiliki firasat yang tidak mengenakan yang terus menghantuinya.

Dia merasa ada sesuatu yang salah, tetapi dia tidak tahu itu apa.

Tiba-tiba dia melihat beberapa orang memanjat pagar dan hendak naik kerumah besar itu.

Merek berlari kerumah dan melemparkan pengait, lalu mereka memanjat tali dengan cepat.

Saat mereka hendak memasuki kamar tidur, sebuah suara dingin terdengar dari kegelapan. "Siapa yang mengirim kalian kesini?"

Kemudian Calvin muncul dari salah satu sudut ruangan.

Matilah! para pria itu meraung dan melemparkan belati kearah Calvin dengan kekuatan penuh. Dia pasti akan mati jika dia tertusuk

Namun Calvin bergerak secepat kilat dan menghindari serangan itu dengan mudah.

"Ya Tuhan, kalian telah mengotori kamarku! Lihatlah lantainya!"

Tanpa diduga sebuah suara tiba-tiba muncul dibelakang mereka, membuat mereka ketakutan.

Tidak sempat berbalik untuk melihat siapa pria itu, Calvin mengangkat kakinya dan melayangkan tendangan kepada mereka hingga terpental keluar dari kamar itu.

Mereka tidak akan pernah tahu bahwa kesalahan terbesar mereka adalah mengotori lantai rumah besar itu.

**********