Perjodohan adalah sesuatu yang Mazaya benci. Dari setiap novel yang ia baca, selalu saja pihak perempuan yang jadi sosok tertindas. Kadangkala ending cerita sang suami menjadi bucin. Kadang kala ada juga yang berakhir dengan perceraian dengan sang perempuan menikah lagi kemudian hidup bahagia dan laki-laki hidup dalam penyesalan.
Namun bagaimana bila Mazaya lah yang menjadi tokoh seperti dalam novel tersebut, terpaksa menikah karena perjodohan?
Apalagi setelah ia tahu, sosok yang dijodohkan dengan dirinya telah memiliki kekasih.
Sungguh, Mazaya tak ingin melewati proses jadi istri yang tertindas.
BIG NO!!!
Namun untuk ending, siapa yang tahu. Yang pasti, ia tak mau ditindas apalagi oleh sang pelakor meskipun dia adalah wanita yang suaminya cintai. Lalu bagaimana caranya agar ia tidak ditindas oleh pasangan sialan tersebut?
Makanya, yuk tap ❤️ untuk mengikuti cerita selengkapnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perdebatan
Di rumah sakit,
Terdengar derap sepatu beradu dengan lantai mendekati Gemilang yang sedang duduk di depan sebuah kamar ICU. Di dalam sana Carla sedang mendapatkan penanganan dari tim medis.
"Nak Elang, apa yang terjadi dengan Carla?" tanya Maria sesaat setelah berdiri tepat di hadapan Gemilang. Wajahnya kentara begitu mencemaskan sang putri, sedangkan di sisinya tampak Antonio sedang menatapnya dengan sinis.
"Dia ... dia melakukan percobaan bunuh diri," jawab Gemilang lugas tanpa mencoba menutup-nutupinya.
"Apa?" seru Maria terkejut. Tadi Gemilang menelponnya hanya untuk mengatakan kalau Carla masuk rumah sakit, tapi ia tidak menjelaskan apa yang sudah terjadi pada putrinya itu.
"Kau ... Ini pasti karena ulahmu kan, brengsekkk!" sentak Antonio sambil mencengkram kerah baju bagian depan Gemilang.
Namun Gemilang yang pantang diintimidasi segera mencengkram balik pergelangan tangan Antonio dan menyentaknya hingga terlepas dari kerah bajunya.
"Tak perlu bertindak kasar denganku!" Balas Gemilang dengan sorot mata tajam.
"Kau memang laki-laki, brengsekkk! Kau yang sudah membuat putriku jadi seperti ini kan! Kau harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu, sialan!" Bentak Antonio yang dengan mata melotot karena tak suka Gemilang melawannya.
"Jangan hanya menyalahkanku! Itu murni perbuatannya sendiri. Seharusnya kau bersyukur aku mau membawa putrimu yang tak tahu diri itu ke rumah sakit!" Balas Gemilang tak kalah murka.
Saat mengingat Carla yang hendak menjebaknya tadi membuat darahnya terasa mendidih. Tadi sebenarnya ia tidaklah pingsan. Ia hanya pura-pura untuk mengetahui siapa yang telah memukulnya dan apa tujuannya. Yang lebih membuatnya tercengang, pelakunya adalah mantan kekasihnya sendiri. Carla mencoba mengambil keuntungan dengan membuatnya pingsan. Bila ia benar-benar pingsan tadi, bisa jadi masalah besar akan segera terjadi. Ia yakin, Carla akan mengambil gambar mereka dengan pose-pose tak senonoh lalu mengirimkannya pada Mazaya untuk memicu kesalahpahaman antara mereka sehingga hubungan mereka yang baru saja membaik itu harus kandas di meja hijau.
Sungguh tak terbayangkan bila itu benar-benar terjadi. Dirinya yang baru merasakan indahnya getaran cinta dipaksa usai karena kejinya fitnah dari mantan kekasihnya itu.
"Terang saja kami menyalahkan mu. Andai kau tak memutuskannya sesuka hatimu, Carla pasti takkan berakhir seperti ini."
"Dad, sudah, dad. Jangan buat keributan di sini. Ini rumah sakit," sergah Maria mencoba melerai perdebatan itu, tapi Antonio tak menggubrisnya sama sekali.
"Aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan. Aku telah menikah jadi sudah seharusnya aku memikirkan perasaan istriku. Aku bukanlah laki-laki brengsekkk yang bisa menjalin hubungan dengan dua wanita sekaligus. Istriku adalah prioritas bagiku."
"Istri, istri, istri, dia hanya istrimu. Wanita yang baru hadir dalam hidupmu. Sudah seharusnya kau mengutamakan Carla dibandingkan istri sialanmu itu."
"Dia bukan istri sialan, brengsekkk! Dia istriku. ISTRIKU. ISTRI SAHKU. Jadi jangan sekali-kali kau menghinanya. Aku tak peduli kau lebih tua dariku, tapi bila kau menghina istriku lagi, maka aku takkan segan-segan menghancurkan mu."
Seketika tawa Antonio menggelegar. Lalu sorot matanya makin menajam dengan rahang yang mengeras.
"Kau benar-benar sombong. Kau pikir aku takut, hah? Anak bau kencur seperti dirimu mau melawanku, hah? Hahahah ... Jangan terlalu arogan kau Gemilang Cakrabuana. Kau tak tahu siapa diriku sebenarnya." Desis Antonio yang merasa benci disepelekan.
"Lagipula apa kau lupa apa yang telah kau lakukan pada Carla 2 tahun yang lalu? Seandainya kau tak menyebabkan tunangan Carla meninggal, aku yakin, saat ini Carla telah bahagia dengan Alex. Bahkan mungkin dia telah menikah dan memiliki anak-anak yang lucu, tapi apa yang kau lakukan? Tepat sehari setelah hari pertunangannya, kau justru membuat cintanya meregang nyawa. Kau pembunuh. Jadi sudah seharusnya kau mempertanggungjawabkan perbuatanmu dengan selalu berada di sisi Carla, menggantikan Alex di sisinya." Tukas Antonio mengingatkan Gemilang dengan kejadian di masa lalu yang membuat Gemilang harus bersedia menggantikan Alex di sisi Carla. Sebab setelah Alex meninggal, Carla menjadi depresi. Kedua orang tua Carla menuntut Gemilang untuk menggantikan Alex.
Perlahan, Carla pun sembuh dan benar-benar jatuh cinta pada Gemilang. Selama ini Gemilang hanya bertahan karena rasa bersalah. Meskipun ada sedikit rasa sayang, tapi tak lebih. Ia lebih menganggap Carla seperti adiknya, dibandingkan kekasihnya. Perasaan yang sangat berbeda saat ia berada di dekat Mazaya.
Bila bersama Mazaya ada rasa aman, nyaman, dan hangat. Perasaan ingin memiliki dan dimiliki. Perasaan ingin menjaga dan melindungi. Gemilang dapat merasakan perbedaannya dengan begitu jelas. Oleh sebab itu, ia tidak merasa ragu saat memutuskan hubungannya dengan Carla. Ia pun tak pernah merasa cemburu saat Carla berdekatan dengan pria manapun. Sangat berbeda bila orang itu adalah Mazaya.
"Harus kau ingat, aku tidak membunuh tunangan putrimu, tuan. Bukankah tim penyidik telah membuktikan kalau kecelakaan itu terjadi karena laki-laki itu itu yang menyeberang sembarangan dengan tergesa. Jangan menyalahkan ku menabraknya karena dia yang muncul secara tiba-tiba di depan mobilku yang padahal saat itu melaju dengan kecepatan tidak begitu tinggi." Tekan Gemilang yang ikut mengingatkan Antonio agar tidak hanya menyalahkannya saja.
"Kau ... "
Ceklek ...
Pintu ruangan ICU terbuka. Dokter keluar dari dalamnya dengan seulas senyuman.
"Dok, bagaimana keadaan anak saya?" tanya Maria cepat setelah berdiri di depannya.
Dokter itu tersenyum ramah, "Anda tidak perlu khawatir. Putri Anda tidak kenapa-kenapa. Lukanya juga tidak terlalu dalam. Meskipun ia kehilangan cukup banyak darah, tapi karena ia segera dibawa ke rumah sakit, jadi kami bisa segera menghentikan pendarahannya. Begitu juga dengan kandungannya, semuanya baik-baik saja. Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Nanti saya akan menuliskan resep vitamin dan penguat kandungan agar ibu dan calon bayinya tetap sehat-sehat saja."
Setelah mengatakan itu, dokter itupun segera pergi meninggalkan ketiga orang itu.
Maria yang mendengar penuturan sang dokter kalau putrinya sedang mengandung, lantas membalikkan badannya dan ...
Plakkk ...
Sebuah tamparan begitu keras tepat mengenai pipi kiri Gemilang membuat siapapun yang ada di dekat sana dapat mendengarnya dengan jelas.
"Kau ... dasar bajingaan. Setelah mengambil madu putriku lantas kau mau membuangnya bagai sampai? Bajingaan!" sentak Maria dengan nafas menderu dan mata memerah. Ia merasa sangat-sangat marah saat anaknya dibuang begitu saja setelah apa yang laki-laki di hadapannya ini lakukan. "Mau tidak mau kau harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu, brengsekkk!" Imbuhnya setengah membentak.
Gemilang menyunggingkan senyuman tipis, lebih ke sebuah seringaian.
"Tanggung jawab?" Beo Gemilang yang setelahnya ia tertawa kencang. "Maaf-maaf saja nyonya, aku takkan pernah mau melakukannya ... "
"Dasar bajingaan! Sialan! Brengsekkk!" Maki Maria sambil memukul dada Gemilang. Tapi laki-laki itu tak bergeming. Ia maklum, hal ini wajar. Ibu mana yang tak kecewa saat mendapati anaknya tengah hamil sebelum menikah. Lalu laki-laki yang diduga sebagai tersangka justru lepas tangan begitu saja.
"Kau harus tanggung jawab. Kamu tak mau tahu, pokoknya kau harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu brengsekkk!" bentak Antonio.
Gemilang kembali terkekeh, "bagaimana aku bisa mempertanggungjawabkan perbuatanku, sedangkan aku saja tak pernah menyentuhnya sama sekali?"
"APA?" seru Maria tak percaya dengan apa yang Gemilang ucapkan.
"Jangan mencoba lari dari tanggung jawab, Gemilang! Atau aku takkan segan-segan memberitakan ini pada media bahwa seorang Gemilang Cakrabuana tidak mau mempertanggungjawabkan perbuatannya setelah menghamili kekasihnya sendiri!" Ancam Maria.
"Lakukan saja bila kalian tak percaya! Aku pun bisa melakukan hal yang sama dengan kasus pencemaran nama baik. Jangan kalian pikir aku takut. Sudah cukup aku mempertanggungjawabkan kesalahan yang bukan sepenuhnya salahku dengan mendampingi Carla selama hampir 2 tahun ini. Dan kalian lihat, apa yang ia lakukan di belakangku? Bahkan aku belum pernah menyentuhnya, tapi ia justru hamil entah anak siapa dan hanya dia lah yang tahu siapa ayah dari anak yang ada di dalam kandungannya. Aku bukanlah laki-laki brengsekkk yang suka menebar benih ke sembarang perempuan terlebih itu bukan istriku. Jadi jangan pernah kalian meminta pertanggungjawaban dariku karena itu bukanlah perbuatanku." Tegas Gemilang dengan sorot mata tajam.
Setelah mengatakan itu, Gemilang pun bergegas pergi dari hadapan kedua orang itu tanpa menoleh lagi apalagi untuk melihat keadaan Carla. Ia sudah benar-benar muak dan tak peduli lagi. Hatinya kini merasa lega karena kebenaran kini perlahan nampak ke permukaan.
...***...
...HAPPY READING. 🥰🥰🥰...