Jiwa Tertukar Istri Terhina Dengan Gadis Bar-Bar Kaya

Setelah pemikiran matang, Arsenio akhirnya mengalah dengan keinginan Arsy apalagi jika dipikirkan lagi tubuh yang dipakai Pamela adalah tubuh Arsy dan dia harus melindungi tubuh keduanya.

"Kita akan pergi menuju Mansion Killian, para anak buahku pun akan bergerak menuju kesana. Ayo pergi!" Arsenio menarik tangan Arsy agar ikut di dalam mobilnya, membiarkan Zayn pergi sendiri.

Mobil Arsenio dan Zayn diikuti mobil-mobil pengawal, dan saat akan sampai beberapa mobil berdatangan dari arah berlawanan itu adalah anak buah Arsenio.

"Roy! Suruh anak buah kita melindungi tubuh Arsy dan tubuh Pamela! Kau mengerti!" dalam sambungan earphone, Arsenio memerintah anak buahnya yang berada dalam mobil lain.

"Oke, Tuan!"

Ciitttttttttttttt...

Mobil-mobil berhenti di depan Mansion megah milik Killian, gerbang Mansion tertutup.

"Gerbang sepertinya ditutup rapat, Tuan! Kita terobos?" tanya Roy.

"Tak akan tembus! Aku akan turun!" Arsenio membuka seatbelt lalu turun dari dalam mobil, dia memutar mobil membuka pintu mobil tempat Arsy duduk. "Pelan-pelan."

Arsy mengangguk, jantungnya terus berdegup kencang. Kembali lagi ke tempat dimana bertahun-tahun mendapatkan penyiksaan, membuat tubuhnya gemetar.

Zayn ikut mendekat, mengiringi langkah Arsy yang berjalan ke arah gerbang bersama Arsenio.

"Buka pintunya!" bentak Arsenio ke penjaga-penjaga bersenjata di dalam gerbang.

"Kalian dilarang datang, Tuan kami tak ingin siapapun mengganggu!" balas si penjaga.

"Katakan, wanita yang di dalam bukan lah istrinya tapi aku istri Killian yang sebenarnya! Katakan pada Tuan-mu, Arsy dan Pamela bertukar jiwa saat kecelakaan," Arsy maju memegang besi gerbang, memperlihatkan keseriusan dari wajahnya.

"Ha ha ha!" para penjaga malah terbahak.

"Kalian akan menyesal, aku adalah Nyonya kalian tapi kalian memperlakukan ku seperti ini! Setidaknya beritahu Tuan-mu, tentang apa yang kukatakan!" Arsy semakin emosi.

Tawa para penjaga terhenti, mereka saling melirik lalu salah satu dari mereka menyalakan talkie walkie memberitahukan keadaan diluar Mansion.

Tak lama penjaga itu berhenti bicara dengan seseorang dari seberang sambungan sana dan mengangguk.

"Hanya Anda, Nona yang boleh masuk." Ujar si penjaga.

"Tidak! Kami akan masuk bertiga!" Zayn menyela.

"Tidak bisa! Tuan Killian hanya ingin mendengarkan apa maksud ucapan Nona ini," jawab si penjaga lagi.

"Baiklah," Arsy dengan tegas menyanggupi.

"ARSY!!!" Zayn dan Arsenio berteriak bersamaan.

"Nggak apa-apa, aku yakin bisa melepaskan Pamela dari Killian. Kalian tunggu disini, Pamela akan baik-baik saja," Arsy menguatkan hatinya.

"Lalu, kamu?"

"Aku akan bertahan dengan Killian, kalian masih bisa menyelamatkan ku nanti. Aku yakin akan banyak kesempatan, bukan?" meskipun ada keraguan, tapi Arsy memantapkan hatinya. Pamela tak boleh terjebak lagi dengan Killian, semua harus berakhir padanya. Jika dirinya harus mati di tangan Killian, setidaknya Galaxy masih berada di Mansion Osmond dan kini ada Arsenio sebagai pelindung putranya.

"Kak Arsenio, jika terjadi sesuatu padaku tolong jaga dan asuh Galaxy. Killian memang takkan mau membunuhku, tapi jika demi kewarasanku mungkin aku--" Arsy menghentikan ucapannya tak ingin membuat khawatir Arsenio.

"Kau, sebenarnya apa yang pikirkan?" Arsenio menyentak tubuh Arsy agar menatap matanya. "Kamu nggak akan berbuat aneh-aneh 'kan, Arsy?"

Arsy hanya tersenyum lalu mengangguk untuk menenangkan. Dia lalu berpaling ke arah si penjaga, "Buka, aku akan masuk."

Pintu kecil di samping tempat keluar masuk orang terbuka, hanya Arsy yang bisa masuk melewati pintu itu karena Arsy ditodong senjata oleh petugas membuat Arsenio dan Zayn tak bisa berbuat apa-apa.

"Arsy jaga dirimu! Ada kami disini, ingat ada Galaxy yang menunggumu pulang!" teriak Zayn, perasaan lelaki itu sedang tak baik-baik saja.

"Aku akan mengembalikan adikmu pada mu, Zayn," hanya itu jawaban Arsy, wanita itu kemudian pergi berjalan menuju pintu masuk Mansion dan terdengar di belakangnya pintu gerbang tertutup kembali.

Ternyata Killian sudah menunggu Arsy di depan pintu masuk Mansion, bersedekap dengan wajah babak belur hasil bogeman dari tinju Arsenio.

"Bisakah aku masuk, kita bicara di dalam." Pinta Arsy menatap Killian dengan berani, untuk pertama kalinya Arsy berniat melawan Killian agar Pamela selamat.

"Ck! Masuk!" dengan acuh Killian lebih dulu masuk.

"Siapa yang datang?" tanya Nyonya Camila.

"Ini urusan bisnis, jangan ganggu kami. Pergi ke kamarmu, Mom." Ujar Killian sebelum sang Ibu ikut campur.

Meskipun Nyonya Camila melihat Pamela lah yang datang, tadinya ingin menyapa namun mendapat teguran dari putranya dia berbalik pergi dari sana.

"Kau mengaku dirimu Arsy, kan?" Killian masih terlihat acuh, "Kalau begitu, kau tau kan ruang kerjaku dimana? Berjalan lah lebih dulu."

Mendengar tantangan dari Killian, mungkin memang lelaki itu membutuhkan bukti. Dengan percaya diri, Arsy melangkah dengan mantap menuju ruang kerja Killian. Bahkan kode pintu ruang kerja Killian wanita itu tau karena sering membawakan cemilan dan kopi di tengah malah jika Killian sedang bekerja, wanita itu tak kesulitan memasukkan sederetan nomor.

Pintu ruang kerja terbuka, Arsy membuka lebar pintu berbalik menatap mata Killian dengan berani.

"Apa lagi yang ingin kau buktikan, Killian?" kini giliran Arsy yang menantang.

Raut wajah Killian semakin jelek, tadinya lelaki itu berwajah angkuh karena mendengar omong kosong tentang pertukaran jiwa Arsy dan Pamela.

"Ck, sungguh konyol!" namun mata Killian membelalak saat Arsy dengan wajah Pamela berhasil membuka tempat rahasia di ruang kerja yang menyimpan segala jenis senjata. Karena Arsy memang pernah dibawa ke dalam sana untuk ia takuti dengan senjata api.

"Shittt! Jadi kau bukan Pamela Osmond! Kau Arsy, istriku!"

Arsy hanya mengangguk, lalu mengambil sebuah pistol dari tempatnya. Menarik pelatuk, lalu menodongkan moncong senjata ke arah kepala Killian.

"Lepaskan Pamela yang berada dalam tubuhku, tapi jangan harap kau akan mendapatkan ku lagi Killian. Mari kita akhiri takdir buruk ini! Kau yang mati atau aku yang mati!!!" teriak Arsy penuh tekad.