The Worst Enemy

"Lagi ... lagi" desah wanita itu mencengkeram kuat lengan Anthony.

"Kau yakin? Kita sudah melakukannya beberapa kali. Apa kau masih menginginkannya"

"Iya. Cepat!!! Aku menginginkannya"

"Baiklah. Tapi kali ini aku akan mempercepatnya agak kau bisa istirahat"

Anthony mencium bibir wanita yang ada di atasnya. Merasa puas dengan gerakan maju mundur wanita itu. Tapi dia tidak sabar lagi. Dengan cepat Anthony memutar posisi mereka dan mulai mempercepat permainan.

"Aahhh, Ahhh. Aaaaahhhhh" teriak wanita itu menerima perlakuan Anthony. Lalu dia ingin berganti posisi lagi. Anthony merebahkan diri ke samping dengan kedua tangan menahan pinggang wanita itu lalu ...

"BRRAAAAKKKKKK"

Anthony membuka mata dan merasa sangat bodoh. Punggungnya mendarat keras di lantai yang dingin.

Sejak berciuman dengan wanita itu, dia selalu memimpikan saat mereka bercinta. Dengan posisi yang berbeda dan kenikmatan yang beragam. Kalau ini diteruskan maka dia pasti bisa dianggap gila. Wanita itu ... Dia harus bisa menyentuh wanita itu.

Tapi wanita itu tak lagi di hotel Crown. Menghilang entah kemana sejak menghadiri ulang tahun cucu Nyonya Lane.

"Kemana? Kau dimana?" tanyanya geram.

"Siapa?"

Anthony menoleh dan melihat adik juga adik iparnya masuk ke dalam rumahnya.

"Mau apa kalian datang kemari?"

"Jahat sekali. Kami ingin sarapan dengan kakak, memangnya salah? Tapi ada apa denganmu kak? Kenapa begitu berantakan?" tanya Kate memperhatikannya.

"Memangnya ada apa denganku?"

Tiba-tiba saja Brandon, sang adik ipar yang sama sekali tidak pernah berani dengannya, mendekat dengan cepat. Dan berdiri tepat dihadapannya.

"Sebaiknya Anda masuk kembali ke kamar Tuan ... Kakak ipar" kata Brandon lalu melirik ke bagian bawah tubuh Anthony.

Tidak mengerti, dia melihat ke bawah dan menemukan miliknya masih menegang juga basah.

"Sialan!!!" umpatnya lalu masuk kembali ke kamar dan mandi.

Sarapan dilakukan setelah tiga puluh menit Anthony menghabiskan waktu di bawah pancuran air dingin. Bersama tawa Katherine yang tak pernah berhenti.

"Bagaimana bisa?? Hahahahaha. Sudah aku bilang menikahlah!!"

"Diam dan makanlah baik-baik. Kau akan tersedak nanti"

"Hahahahaha. Bagaimana bisa seorang Anthony Cooper basah tanpa wanita? Basah karena mimpi?!! Hahahaha"

Tawa Katherine terus bergema memperkeruh suasana hati Anthony. Bahkan sampai di perusahaan, dia masih terus uring-uringan. Tapi sekertarisnya menghembuskan hawa dingin karena memberi kabar terbaru tentang wanita yang dicarinya.

"Nona Harding sedang berbelanja sekarang. Mengelilingi beberapa butik juga pusat perbelanjaan. Saya pikir sedang melakukan pekerjaan dari klien baru"

"Tinggal dimana dia?"

"Di sebuah motel kecil. Maafkan saya baru bisa menemukan Nona Harding setelah dua hari"

Wanita yang pandai menghilang. Tapi terus bermunculan di pikirannya. Sungguh wanita yang menyusahkan.

"Apa dia berencana untuk keluar negeri lagi?" tanya Anthony.

"Sampai sekarang belum ada pemesanan tiket yang dilakukan atas nama Joanna Harding. Dan saya pikir Nona Harding memiliki keinginan tinggal di kota ini lagi"

"Dari mana kau menyimpulkan hal itu? Apa karena dia mendekatiku?"

Sekertaris Anthony terdiam sejenak lalu menjelaskan tentang penjualan rumah yang diurus dengan cepat.

"Sekarang hanya tinggal menandatangani perjanjian jual beli dan Nona Harding secara resmi pemilik rumah itu lagi"

Anthony lupa tentang rumah itu. Tapi ... Itu berarti dia punya kesempatan untuk bertemu wanita itu lagi. Tunggu, kenapa dia tersenyum hanya karena ada kemungkinan bertemu wanita itu? Apa yang sudah terjadi padanya?

Pasti ini hanya karena keinginan untuk bercinta dengan wanita itu. Mencicipi rasa yang pernah dia coba dua tahun lalu. Bukan sesuatu yang serius. Tapi malam harinya, Anthony menemukan kalau ternyata dia sudah jatuh hati pada wanita itu. Dia tidak ingin melepaskan wanita itu.

Jo menyibukkan diri dengan berbagai pekerjaan. Sejak mencium pria itu, tidurnya tidak pernah nyenyak. Dia terus saja bermimpi sedang berciuman atau bercinta dengan pria brengsek itu.

Dia merasa sudah gila. Yang lebih membuatnya tersiksa adalah rasa bersalah yang muncul setelah mimpi itu. Seakan dia sudah berkhianat dengan musuhnya. Musuh keluarganya.

Pulang dari sebuah butik untuk mengambil tas pesanan kliennya, Jo pulang ke motel kecil. Disinilah dia tinggal setelah menyelesaikan pekerjaan dari Nyonya Lane. Sebenarnya dia bisa tetap tinggal di hotel Crown. Tapi keberadaan dua pria yang paling tidak ingin dia lihat membuat Jo memilih untuk tinggal di motel.

Setidaknya dia tidak perlu was-was setiap kali pulang ke hotel.

Hemph ... hemph, desah Jo.

Mungkin karena terlalu lelah, dia ketiduran. Dan mimpi itu kembali lagi. Kali ini pria itu mencium leher dan bagian dadanya. Pria itu mengangkat kakinya ke atas dan siap untuk ... Tiba-tiba Jo terbangun.

Dia menampar dirinya sendiri. Menyalahkan diri karena tidak sengaja tertidur. Tapi tidak boleh terus seperti ini. Dia harus menghilangkan semua mimpi itu dari pikirannya.

Tepat sebelum tengah malam, Jo masuk ke sebuah klub malam yang terkenal ramai. Dia memakai gaun hitam melekat ketat ke tubuhnya. Dan belahan punggung yang rendah. Baru saja masuk, ada beberapa pria yang mengalihkan pandangan ke arah Jo. Dan mata mereka mengikuti kemanapun dia pergi.

Jo menuju bar dan mulai memesan minuman. Setelah dua gelas, akhirnya dia bisa menenangkan diri. Tapi bayangan pria itu masih ada dalam pikirannya.

"Satu lagi" katanya pada bartender.

Dan ternyata tidak berakhir disitu. Setelah sepuluh gelas, Jo bisa menghapus bayangan pria itu di pikirannya. Dia mendesah lega dan melihat ke arah yang berlawanan dari bar. Tak menyangka bayangan pria itu muncul kembali di depannya.

Tapi kali ini dengan gaya rambut dan baju berbeda. Lebih berantakan daripada yang selalu Jo lihat. Kemeja memperlihatkan otot lengan yang kuat. Juga ... Mata Jo tidak bisa lepas dari bagian pangkal paha pria itu. Dia tahu benar kekuatan dan ketahanan pria itu saat bercinta. Dan tubuhnya mulai memanas juga lembab di bagian tertentu.

Sial. Kenapa dia bermimpi dalam keadaan sadar? Apa ini efek dari semua minuman yang masuk ke dalam tubuhnya?

Perlahan kesadarannya menurun dan hilang seluruhnya hanya dalam hitungan detik. Begitu sadar, dia sudah berbaring di atas ranjang. Apa ada orang yang memanfaatkannya disaat tidak sadar? Dia harus segera bangun dan pergi dari sini. Sebelum terlibat masalah lebih besar.

Kaki Jo menyentuh permadani lembut. Dia mengamati permadani itu dan merasa bahwa apa yang ada di kamar ini semuanya mahal. Dan lagi, ada rasa akrab yang aneh dengan tempat ini.

"Berapa gelas yang kau minum sampai kau pingsan?" tanya seseorang mengejutkannya.

Jo melihat pria brengsek itu sedang mengamatinya. Ternyata bayangan yang dilihatnya di klub malam tadi memang benar pria itu. Berarti ranjang, permadani dan kamar ini. Ini adalah kamar pria itu. Jo kembali ke tempat ini lagi setelah dua tahun.

Apa yang harus dia lakukan sekarang? Berusaha kabur? Atau ... Tiba-tiba dia memiliki pemikiran gila. Hanya kali ini saja ...