Menceritakan tentang seorang gadis cantik yang bernama Lala, harus mengandung karena hubungan terlarang dengan seorang jin muda yang sejak kecil menyukainya.
Berawal dari kebiasaan jorok Lala, hingga sosok jin muda yang menyukainya dan merubah wujudnya menjadi tampan saat setiap bertemu Lala meskipun warna matanya merah dan memiliki tanduk di kepalanya.
Bagaimana kisah selanjutnya?ikuti kisah selanjutnya ya🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cancer i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebingungan Lala
Lalu kemudian Lala tertidur ketika menjelang senja,pangeran Firr dengan segala pesonanya kembali mengajaknya untuk pergi ke istananya.
Senja telah tiba, langit berubah warna menjadi oranye dan ungu yang memukau. Lala tertidur pulas di kursinya, kelelahan setelah seharian bergulat dengan tugas sekolah dan perasaan campur aduk yang belum terurai. Di alam bawah sadarnya, dunia antah berantah kembali muncul, menariknya ke dalam mimpi yang indah namun ganjil.
Tiba-tiba, ia terbangun. Bukan di kamarnya, tetapi di sebuah tempat yang familiar namun terasa berbeda. Udara terasa lebih segar, bunga-bunga bermekaran dengan warna-warna yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Di depannya, berdiri Pangeran Firr, lebih tampan dan bersinar daripada yang ia ingat. Ia mengenakan pakaian yang mewah, namun tetap sederhana dan elegan. Senyumnya menawan, mata birunya memancarkan cahaya yang membuat hati Lala berdebar.
"Lala," sapa Pangeran Firr, suaranya lembut dan merdu, "aku datang untuk menjemputmu."
Lala tertegun. Ia tidak tahu bagaimana ia bisa sampai di sini, di tempat yang terasa seperti alam antah berantah, tetapi lebih indah dan magis. "Pangeran Firr… bagaimana…?" Ia bertanya, suaranya masih terbata-bata.
Pangeran Firr tersenyum. "Sihir," jawabnya singkat, "aku telah membuka portal. Aku merindukanmu, Lala."
Lala merasa jantungnya berdebar kencang. Perasaan yang rumit bercampur aduk dalam dirinya. Rasa rindu, rasa bersalah karena telah berbohong kepada Mak Dira, dan juga ketertarikan yang tak terbantahkan pada Pangeran Firr.
"Aku… aku harus pulang," kata Lala, mencoba untuk tetap tenang. "Aku punya tanggung jawab di dunia manusia."
Pangeran Firr melangkah mendekat, jarak di antara mereka semakin menipis. "Tanggung jawabmu ada di sini, Lala," katanya, suaranya semakin lembut, "di sisiku." Ia meraih tangan Lala, sentuhannya lembut namun penuh kekuatan. Lala tidak bisa menolak, ia merasa tertarik oleh pesona Pangeran Firr, oleh dunia magis yang ditawarkannya. Ia tergoda untuk meninggalkan semua masalahnya, untuk melarikan diri ke dunia yang indah dan penuh keajaiban ini. Namun, suara hati kecilnya mengingatkannya akan Mak Dira, akan kebohongannya, akan tanggung jawabnya di dunia manusia. Di antara dua dunia yang berbeda, Lala harus membuat pilihan yang sulit.
Kemudian pangeran Firr mendekati Lala dan meraih pipinya yang merah merona.
"Lala aku mencintaimu,bisakah aku memilikimu saat ini"ucap pangeran Firr
Lala tersentak, pipinya yang semula merona kini berubah menjadi pucat pasi. Jantungnya berdebar-debar tak karuan. Ia menatap mata pangeran Firr, mata yang berkilauan penuh cinta, namun di balik kilauan itu, Lala merasakan sesuatu yang membuatnya ragu. Cinta? Atau hanya nafsu sesaat seorang pangeran yang terbiasa mendapatkan apa yang diinginkannya?
"Pangeran jawab Lala, suaranya gemetar, "ini... ini terlalu cepat."
Pangeran Firr mengerutkan dahi. Ekspresi wajahnya berubah, dari penuh cinta menjadi sedikit kesal. "Terlalu cepat? Lala, kau tahu aku mencintaimu. Aku telah memikirkanmu siang dan malam. Bukankah kau juga merasakan hal yang sama?"
Lala menggeleng pelan. "Aku... aku belum yakin, Pangeran. Aku butuh waktu untuk memikirkan ini dengan tenang."
Pangeran Firr menarik napas dalam-dalam, berusaha untuk mengendalikan emosinya. Ia tahu Lala adalah gadis yang baik dan bijaksana, tidak seperti wanita-wanita lain yang dengan mudah tergoda oleh pesonanya. "Baiklah, Lala," katanya akhirnya, suaranya lebih lembut sekarang. "Aku akan memberimu waktu. Tapi ingatlah, aku tidak akan menunggu selamanya."
Ia melepaskan tangannya dari pipi Lala, lalu berbalik dan meninggalkan Lala sendirian di taman kerajaan yang sunyi. Lala masih terpaku di tempatnya, hatinya dipenuhi dengan kebingungan dan keraguan. Cinta pangeran Firr terasa begitu kuat, namun ia juga takut akan konsekuensi jika ia menerima lamaran tersebut terlalu cepat. Ia harus memikirkan masa depannya dengan matang, tanpa terburu-buru oleh godaan cinta seorang pangeran. Apakah ia berani menolak cinta seorang pangeran? Atau apakah ia akan menyerahkan hatinya dan masa depannya kepada pangeran Firr? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di kepalanya, membuatnya semakin bingung.