Pengingat bahwa Aku tidak akan pernah kembali padamu. "Nico kamu bajing*n yang hanya menjadi benalu dalam hidupku. aku menyesal mengenal dan mencintai mu."
Aku tidak akan bersedih dengan apa yang mereka lakukan padaku. "Sindy, aku bukan orang yang bisa kamu ganggu."
Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitiku kembali
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syari_Andrian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cari mereka..
Saat mobil melaju dengan cepat menuju tempat yang lebih aman, Rey tetap waspada. Di dalam mobil, dia memerintahkan timnya untuk memantau setiap gerakan Sindy dan anak buahnya. Mereka tahu bahwa Sindy tidak akan menyerah begitu saja.
"Sindy itu licik," kata Rey, matanya fokus pada ponselnya yang menampilkan peta dan lokasi pergerakan mereka. "Dia pasti sudah menyiapkan rencana cadangan. Kita harus bergerak cepat sebelum dia mengepung kita."
Nisa yang duduk di sebelah Rey merasakan ketegangan yang semakin meningkat. Namun, dia bisa merasakan adanya perlindungan yang kuat dari Rey. Keberanian yang ada dalam diri Rey memberinya sedikit kenyamanan.
Mobil melaju kencang, meninggalkan desa tempat mereka sebelumnya terperangkap. Rey berkomunikasi dengan timnya melalui headset, memastikan mereka mendapatkan informasi yang akurat dan memperhatikan semua arah yang mungkin dilalui oleh Sindy.
Di sisi lain, Sindy yang masih di lokasi terpaksa memerintahkan beberapa anak buahnya untuk mengejar mereka. Dia tidak bisa menerima kekalahan begitu saja, terutama setelah apa yang terjadi di vila. Namun, tim yang dikirim oleh Rey sudah siap menghadapi mereka.
Sindy menatap marah ke arah peta di tangannya. "Mereka pasti sudah pergi. Tapi kita harus kejar! Jangan biarkan mereka lepas begitu saja!"
Dengan kecepatan tinggi, pasukan Sindy berusaha mengejar mobil yang ditumpangi Rey dan Nisa. Namun, Rey yang sudah mempersiapkan segalanya, memerintahkan timnya untuk menggandakan kecepatan. Mereka tahu bahwa Sindy akan terus mengejar tanpa henti, jadi mereka harus berusaha secepat mungkin untuk meninggalkan kawasan tersebut.
Tiba-tiba, di tengah jalan raya yang gelap, Rey menginstruksikan mobil untuk berbelok tajam menuju sebuah hutan kecil yang tidak jauh dari jalur utama. Nisa yang terkejut bertanya, "Rey, kenapa kita berbelok?"
"Ini bagian dari rencana," jawab Rey. "Kita akan memanfaatkan medan ini untuk mengelabui mereka."
Di dalam hutan yang gelap, mobil Rey berhenti sejenak. Tim pengawal sudah mempersiapkan jebakan, memasang alat pelacak dan penghalang di beberapa titik. Rey tahu bahwa mereka harus menggunakan segala sumber daya yang ada untuk menghadapi Sindy dan anak buahnya yang masih mengejar.
Beberapa menit kemudian, pasukan Sindy tiba di ujung jalan raya. Mereka berhenti, bingung mencari jejak. Sindy marah besar, matanya menyala penuh kebencian. "Kemana mereka pergi? Cari mereka!"
Namun, tak lama setelah itu, mereka terjebak dalam jebakan yang telah dipersiapkan oleh tim Rey. Alat-alat yang dipasang sebelumnya mulai bekerja. Beberapa mobil yang dipimpin Sindy terjebak di jalan sempit dengan jebakan yang tak terhindarkan.
Rey, dengan timnya, keluar dari tempat persembunyian mereka. Mereka bergerak cepat dan efektif. Anak buah Sindy yang terjebak tidak bisa berbuat banyak. Rey dan timnya berhasil mengalahkan mereka tanpa banyak perlawanan, berkat persiapan matang dan koordinasi yang sempurna.
Di sisi lain, Sindy yang merasa kalah telak hanya bisa memandang dari jauh, dengan kemarahan yang membara. "Kalian akan membayar ini!" teriaknya.
Namun, Rey tidak memberikan kesempatan untuk balas dendam. Setelah mengamankan semua anggota timnya, dia menginstruksikan untuk segera meninggalkan tempat tersebut dan kembali ke tempat yang lebih aman.
"Ini belum berakhir, Nisa," kata Rey dengan serius, melihat ke arah Nisa yang masih ketakutan tetapi juga merasa lega karena pertempuran ini telah dimenangkan. "Sindy dan orang-orangnya masih ada, tapi kita sudah menang satu babak."
Dengan perasaan tegang yang masih membalut, mereka kembali melaju menuju tempat yang lebih aman. Meskipun kemenangan ini memberikan rasa lega, semua orang tahu bahwa tantangan selanjutnya mungkin jauh lebih besar.
"Tapi setidaknya, sekarang kita tahu siapa yang kita hadapi," kata Rey, berbicara dengan keyakinan yang baru. "Dan kita akan siap untuk setiap langkah berikutnya."