Gadis cantik selesai mandi, pulang ke gubugnya di tepi sungai. Tubuh mulus putih ramping dan berdada padat, hanya berbalut kain jarik, membuat mata Rangga melotot lebar. Dari tempatnya berada, Rangga bergerak cepat.
Mendorong tubuh gadis itu ke dalam gubug lalu mengunci pintu.
"Tolong, jangan!"
Sret, sret, kain jarik terlepas, mulut gadis itu dibekap, lalu selesai! Mahkota terengut sudah dengan tetesan darah perawan.
Namun gadis itu adalah seorang petugas kesehatan, dengan cepat tangannya meraih alat suntik yang berisikan cairan obat, entah apa.
Cross! Ia tusuk alat vital milik pria bejad itu.
"Seumur hidup kau akan mandul dan loyo!" sumpahnya penuh dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syarifah Hanum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
"Sudah hampir jam sembilan, apa kamu tidak bangun dan menjaga ruko?"
Ibunya Ganda menggoyang tubuh anaknya dengan keras, sehingga membuat Ganda langsung bangkit dari ranjangnya.
Pemuda sangar itu bergegas mandi, lalu memakai baju terbaiknya dan menyemprotkan parfum ke sekujur tubuhnya.
"Kau mau kondangan atau jaga malam sih?", tanya ibunya Ganda curiga.
" Jangan bilang kau mau datangi perempuan?".
Tidak menyahuti omongan ibunya, Ganda cuma nyengir kuda.
"Mana ada perempuan yang mau denganku bu! Pengangguran gini!"
Di ujung kalimatnya Ganda terkekeh, namun ada nada getir terselip di tawanya.
Ibunya Ganda mengelus kepala anaknya.
"Akan ada wanita cantik dan baik yang akan datang untukmu! Banyak banyak berdoa ya!" , ucap ibunya Ganda.Ia mengelus pundak anaknya sebelum keluar dari pintu.
"Doakan anakmu bu!", gumam Ganda di dalam hatinya.
Sudah lebih dua jam Ganda duduk di depan ruko Nadira. Sambil memainkan ponselnya dia terus menghisap rokoknya. Sesekali ia berdiri, jalan mondar mandir, lalu matanya berkeliling, melihat ke seluruh area di dekatnya.
" Si bos lagi kasmaran, sepertinya, ha ha ha..!"
"Mukanya saja sangar, giliran jatuh cinta kok jadi melo gitu..!"
"Tapi jika mbak Nadira betulan hamil, berarti ia punya suami dong! Mana bisa si bos mendekati mbak.Nadira?"
"Jika memang mbak Nadira punya suami, kok mbak Nadiranya sendirian tinggal di ruko sebesar itu?"
Keduanya terus saja mengobrol sambil terus memantau keamanan yang menjadi tanggung jawab mereka.
Setelah berkeliling, kedua rekan Ganda itu menemui bos mereka di depan ruko Nadira.
Mereka melihat, Ganda seperti sedang meninggikan daun telingannya dan fokus mendengarkan sesuatu.
Mereka mendekat dan mengikuti kelakuan bos mereka.
Sayup sayup mereka mendengar lantunan ayat suci mengalun merdu dari lantai dua.
"Mbak Nadira menggaji, suaranya merdu sekali!"
Seorang rekan Ganda memberi komentar atas suara Nadira.
"Jika begini, mana berani setan mendekat!"
"Makin berat bro! Speknya bidadari dari surga nih! Cantik, kaya, pintar ngaji lagii! Berat! Berat! Preman pungli macam kita ini, mana ada apa apanya!"
Mata Ganda melotot, ia marah pada kedua temannya itu.
"Brisik!", ucapnya tinggi.
Bukannya takut, kedua teman Ganda itu makin lebar tertawanya, suaranya terdengar riuh karena suasana malam yang semakin sepi. Hanya ada sesekali suara mesin kenderaan yang lewat.
Mereka terus bercanda, tanpa sadar pintu ruko terbuka.
" Eh, mbak Nadira, tidak bisa tidur ya? Maaf kami bising!"
Ganda menundukan kepala, ia merasa sangat sungkan karena perempuan pujaannya itu mungkin terganggu.
"Oh, tidak mas Ganda! Justru saya sangat senang ada mas Ganda dan teman teman di sini.
Saya jadi merasa aman terlindung!"
Nadira berucap dengan nada riang, ia benar benar bersyukur, bisa mengenal orang orang seperti Ganda.
Jedug..!
Jantung Ganda jedag jedug, wajahnya langsung menghangat, mendengar Nadira menyukai mereka.
Ada harap merambati hatinya. Ganda dalah paham.Walau hatinya berbunga bunga, ia tetap menahan diri untuk tidak berkata kata lagi.
"Ini mas Ganda!"
Tangan Nadira menjulur mengeluarkan sebungkus roti kering dari celah pintu besi.
Dengan gugup Ganda menerima pemberian dari Nadira lalu memberikan lagi pada rekannya.
"Maaf, kopinya tidak ada ya mas, belum punya persediaan sih. Besok saya belanja, jadi saya bisa kasih kopi untuk mas masnya!"
Bicara Nadira biasa saja, namun mereka menanggapi dengan rasa senang yang luar biasa.
"Mbak Nadira tidak takut tinggal sendirian di sini?", tanya teman Ganda. Ia benar benar ingin tahu, apakah Nadira pernah diganggu oleh sesuatu.
" Takut? Mengapa takut? Bangunan gedung ini kokoh! Dilengkapi pintu besi yang kuat, lagi pula kalian sudah menjagaku dari luar, jadi apa yang harus kutakuti?"
Kedua teman Ganda saling melirik, di dalam hati mereka mengatakan, bukan itu maksud kami mbak Nadira!
Sedangkan Ganda menatap kedua temannya dengan tajam. Ia memberi kode dengan sedikit gelengan kepala, agar tidak usah diteruskan pertanyaan di pikiran mereka.
Sedangkan Nadira berperang di dalam hatinya, ia ingin jujur tentang dirinya pada mereka, karena walau bagaimana pun mereka pasti akan tahu jika dirinya hamil tanpa suami.
Namun sisi hatinya yang lain, menolaknya. Jangan terburu buru untuk bicara terbuka dengan orang baru.
"Mbak Nadira keren! Jarang jarang cewek berani sendirian tinggal di gedung berlantai dua sendirian!"
"Aku percaya, aku punya Tuhan yang menjaga diriku! Sepanjang hati kira bersih dan selalu berharap hanya padaNya, maka Tuhan pasti melindungi aku!"
Mereka terus saja bercerita, namun Nadira tetap berada di dalam ruko tanpa membuka pintu besinya.
"Mbak, maaf ya jika saya lancang, sepertinya mbak.Nadira sedang hamil ya? Lalu suaminya mana? Maaf saya sudah lancang, bertanya seperti ini!", kata seorang teman Ganda.
Ganda mendengkus marah, ia kecewa temannya itu sudah terlalu jauh mencampuri hidup Nadira.
Namun Nadira tidak marah, oa menunduk dan menghembuskan nafasnya dengan kasar.
" Lebih baik aku berterus terang apa yang sebenarnya sedang ku alami!
Dan aku juga akan menunjukkan jika aku bukan gadis sembarangan yang dengan suka rela menyerahkan diri bulat bulat pada seorang pria", bathin Nadira.
"Benar kalian ingin tahu kisah hidupku?"
"Tidak usah dilanjutkan mbak Nadira! Maafkan temanku yang sudah lancang itu!", ucap Ganda sambil menatap temannya dengan tajam, seolah ingin memotong lidah lancang temannya itu.
" Tidak apa apa! Aku percaya pada kalian, karena sekarang kita berteman.
Aku adalah mahasiswi akademi keperawatan di kota asalku, sudah semester akhir.
Namun sebuah tragedi yang mengerikan terjadi menghantam hidupku.
Aku diperkosa di dalam rumahku sendiri.
Namun, seperti kalian dengar tadi, aku adalah seorang perawat, yang sudah terbiasa akan dunia suntik menyuntik.
Pada saat pria brengsek itu berhasil menodai aku, ternyata aku juga berhasil membuatnya lumpuh!
Aku suntikan cairan obat yang melumpuhkan tepat di tengah selangkangnya!"
"Apa...?!", teriak ketiga pria itu kompak.
Mendadak mereka merasakan ngilu yang luar biasa di area sensitif mereka.
Tidak bisa dibayangkan betapa menderitanya pria malang itu.
Senyum kecil terbit di bibir Nadira, ia juga bisa merasakan apa yang dirasakan oleh para pria itu setelah mendengar ceritanya.
" Dan kini aku hamil, anak pria brengsek itu".
"Lalu mengapa mbak Nadira tidak minta pertanggung jawaban pada pria itu?", tanya temannya Ganda.
" Minta pertanggung jawaban pada pria bajingan itu? Tidak! Aku tidak akan berhubungan apa pun lagi dengannya.
Selain dia akan membunuhku karena aku berhasil mematikan senjatanya, aku juga tidak ingin berurusan dengan hukum".
Ganda menarik nafas panjang, ngeri ia membayangkan jika ia berada di posisi seperti pria malang itu.
"Lalu mengapa mbak Nadira diam saja? Mengapa tidak melaporkan ke pihak berwenang?", tanya Ganda penasaran.
" Apa yang bisa ku lakukan? Aku cuma gadis yatim piatu?", tanya Nadira dengan pasrah.
"Paling tidak kan mbak bisa meminta bantuan warga untuk menangkap pria itu?", kejar satu temannya Ganda geram.
" Aku tidak ingin kisahku viral! Oh ya, aku percaya dengan kalian bertiga untuk menyimpan kisahku ini! Tolong cuma sampai di sini saja ya! Aku menceritakan ini, agar kalian tidak berpikir buruk padaku!
Oh, ya, aku naik dulu ya, sudah ngantuk. Terimakasih sudah mau jadi temanku!"
Nadira undur diri, lalu dengan langkah ringan, menaiki anak tangga menuju lantai dua.