Tanah yang di jadikannya sandaran. Key Lin hidup di dunia yang bukan miliknya. Keras, dan penuh penindasan. Keadilan bagaimana mungkin ada? Bagi bocah yang mengais makanan dari tempat sampah. Apa yang bisa dia sebut sebagai keadilan di dunia ini?
Dia bukan dari sana. Sebagai seorang anak kecil bermata sipit penjual koran di barat, apakah di akan selamat dari kekejaman dunia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jauhadi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Alex POV [Key Lin Tumbuh di Bumi Barat
Ilustrasi Key Lin :
Ilustrasi Arina:
Ilustrasi Frederick:
Ilustrasi Alex 15 th (Susah dapat yang versi remaja 18 -20 soalnya) :
Ilustrasi Shoe 15 th (Biar sama umurnya kayak Alex):
Ilustrasi Isabella:
Alex N:
Frederick masih berdiri di depanku, dia masih saja menunggu jawabanku.
Apakah aku tahu sesuatu soal keributan di gang Dolly? Tentu aku tahu. Karena akulah penyebab keributan itu.
Di saat itu Frederick lantas duduk lagi di kursi meja makan setelah sempat berdiri. Kemudian berdiri lagi, dan duduk lagi. Dia mengulanginya hingga empat kali, dan akhirnya berhenti.
Frederick masih saja menunggu penjelasanku, aku pun merendahkan suara agar Key Lin tidak terbangun. Ibuku Angela Lin selalu mengajariku agar tidak mengganggu orang yang sedang tidur, ataupun makan. Aku sudah melanggar salah satunya, setidaknya akan ku turuti untuk tidak menganggu orang tidur.
"Aku bertengkar dengan anak buah John. " Ujarku pada Frederick, aku sebutkan nama orang yang paling tidak di sukai Frederick.
John adalah preman yang senang sekali meracau urusan Frederick selama ini. Dari perkejaan, uang, wilayah, bahkan istri. Dalam hal wilayah, Frederick adalah mantan preman pada masanya.
Jadi jangan heran darah premanku ini diwariskan dari siapa?
Frederick memasang muka serius, meski dia mantan preman, dia tidak ingin aku, dan Key Lin mengikuti jejaknya.
Dia segera masuk kedalam kamarnya, dan tidak berbicara sepatah katapun. Sepertinya aku sudah benar-benar membuat ayah kandungku marah.
Aku merebahkan diriku pada kasur di samping Key Lin. Memandang langit-langit dengan mataku. Kulihat Key Lin tidur dengan lelap.
Aku baru saja menghabisi seseorang tadi sore. Dan sekarang aku harap, polisi segera datang esok hari.
Kalian akan berpikir aku gila. Setelah menghabisi seseorang, bisa-bisanya aku malah berpikir untuk bertemu polisi. Tapi lihat saja nanti, kalian aku memujiku cerdas.
Matahari akhirnya terbit. Kulihat Key Lin sudah tidak ada di kasurnya. Kemana anak itu? Rupanya dia ada di teras. Sedang mengobrol dengan siapa dia? Tampaknya santai sekali. Apa dengan tetangga kami? Nenek Zhou atau kakek Zhou?
Saat ku sapa Key Lin. Kulihat wajahnya masih tersenyum manis.
"Key, bicara dengan siapa?" Tanyaku pada anak laki-laki polos di depanku. Adikku mungkin saja cerdas, tapi dia polos sekali.
"Polisi, mereka bilang mau menemui mu." Ujar Key Lin membuatku tersentak. Bagaimana mungkin aku tidak kaget? Adikku bisa-bisanya bersikap tenang padahal berbisnis dengan polisi yang mencari ku.
Flashback
_
-
_
-
_
Sore hari terasa menyengat di tubuh. Biasanya tidak terlalu terik, tapi matahari seolah bersemangat untuk membakar tubuhku. Aku melihat sekeliling, teman-temanku sibuk bekerja. Mengepak barang keperluan tokoku. Wah sungguh hari yang indah punya teman sekaligus karyawan.
Karena mereka adalah temanku jadi mereka tidak protes meski harus bekerja sampai keringat mereka membuat kaos yang mereka kenakan basah. Karena hari terasa menyengat, mereka sengaja membuka mantel mereka.
Tiba-tiba saja, dari arah depan tokoku, kulihat seorang pria bertubuh tinggi standar, dengan wajah tidak mengenakkan menghampiri kami.
Dia adalah pria China, tapi dia tidak seperti pria China ramah yang kutemui di sekitar kediaman, dan lingkungan kerjaku.
Dia adalah John. Pria China blasteran Jepang. Dia tidak ramah sama sekali. Saat berjalan dia begitu sombong, seolah jalanan miliknya.
Kulihat temanku ada yang gemetar saat John mendekatinya. Temanku juga keturunan Tionghoa.
Ada apa dengan John? Kenapa nampaknya dia marah sekali?
Kulihat Sui Li'er pegawaiku ketakutan setengah mati saat John menatapnya.
"Ada masalah apa?" Tanyaku ramah. Masih tidak ingin mencari masalah.
"Dia berhutang padaku, dan belum di bayar. Aku hanya ingin menagihnya." Ujar John. "Kau siapa?" Tanyanya padaku.
"Aku Alex Lin, teman baik Sui Li'er. Siapa kau?" Tanyaku berpura-pura tidak kenal, padahal aku kenal baik pria beringas di depanku.
"Kau temannya? Kalau begitu kau saja yang bayar hutangnya." John berkata dengan suara lantang. Hingga beberapa pelanggan tokoku merasa risih, dan terganggu.
Aku yang tidak ingin terjadi keributan pun mengajak John ke gang Dolly.
Kenapa harus gang Dolly? Karena tempatnya sepi, hanya itu alasannya.
John tidak menaruh curiga. Hingga Sui Li'er membantah John, berkata jika John
