Devina Putri Ananta berusaha menata hati dan hidupnya setelah bercerai dari suaminya, Arthur Ravasya Barnett. Perceraian yang terjadi lima tahun yang lalu, masih menyisakan trauma mendalam untuknya. Bukan hanya hati yang sakit, namun juga fisiknya. Terlebih ia diceraikan dalam keadaan hamil.
Devina dituduh berselingkuh dengan adik iparnya sendiri. Akibat kejadian malam itu, saudari kembar Devina yakni Disya Putri Ananta harus meninggal dunia.
"Menikahlah dengan suamiku, Kak. Jika bersama Kak Arthur, kakak enggak bahagia dan terus terluka. Maafkan aku yang tak tahu jika dulu Kak Reno dan kakak saling mencintai," ucap Disya sebelum berpulang pada Sang Pencipta.
Bayang-bayang mantan suami kini kembali hadir di kehidupan Devina setelah lima tahun berlalu. Arthur masih sangat mencintai Devina dan berharap rujuk dengan mantan istrinya itu.
Rujuk atau Turun Ranjang ?
Simak kisah mereka yang penuh intrik dan air mata 💋
Merupakan bagian dari novel : Sebatas Istri Bayangan🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 - Ulang Tahun Devina
Kini Tommy telah berada di dalam kamar hotel Arthur menginap.
"Astaga, kamu bikin aku jantungan saja. Aku pikir karena enggak tahan Turbomu itu lama pensiun dari dunia perc0lokan tegangan tinggi, jadi sembarang nyemburin es krimnya terus bikin bun_ting cewek lain. Eh ternyata, hehe..." ujar Tommy seraya terkekeh sendiri di ujung kalimatnya.
"Ng3res aja otakmu!" Arthur pun men0yor kepala Tommy.
"Jadi, maksudmu Si Aaron yang punya mainan mobil ini, putra kandungmu sama Devina?" tanya Tommy serius.
"Itu hanya dugaanku. Tapi, aku juga masih ragu. Kamu tahu sendiri kabar kematian bayi Devina yang meninggal sewaktu dilahirkan beberapa tahun yang lalu,"
Tommy pun terdiam. Ia sedang menelaah kondisi yang ada sekaligus memikirkan sesuatu.
"Menurutmu aku harus gimana, Tom?"
"Aaron pasti sudah sekolah minimal masuk playgroup atau taman kanak-kanak. Tugasmu selidiki di mana Aaron sekolah. Tuh bocah kan sudah kenal kamu. Nah, kamu bisa menemuinya dan mendekati Aaron secara diam-diam. Dengan alasan kamu mengembalikan mobil mainan itu padanya, jangan lupa ambil rambut Aaron beberapa helai. Lakukan tes DNA pada Aaron. Hanya itu yang bisa membuktikan. Apa benar Aaron anak kandungmu dengan Devina atau bukan," tutur Tommy.
"Brilian juga ide kamu, Tom." Senyum mengembang terlihat jelas di wajah Arthur.
"Tommy gitu, loh. Hehe..."
Arthur hanya memutar bola matanya jengah melihat Tommy dengan jumawanya memamerkan bahwa isi otaknya cemerlang. Tapi memang tak dapat dipungkiri kadang otak kita buntu dan tak mampu berpikir dengan jernih. Justru sahabat yang kita curhati, bisa memberikan solusi terbaik atas permasalahan yang sedang kita hadapi.
"Menurutku Aaron memang betul putramu, Bro. Hanya saja kita butuh bukti yang nyata yakni hitam di atas putih perihal status sebenarnya,"
"Aku juga sependapat denganmu, Tom. Wajah Aaron perpaduan diriku sama Devina,"
"Kamu lihat saja namanya, Aaron. Huruf depannya pakai 'A' sama seperti namamu. Kalau Aaron anaknya Si Reno, pasti namanya pakai huruf depan 'R'. Benar bukan?"
"Iya juga sih," gumam Arthur lirih.
"Kapan kamu pulang ke Indonesia?" tanya Tommy.
"Besok aku sudah pulang. Kenapa?"
"Enggak apa-apa. Minggu depan aku mau ke Jakarta dan Bali. Ada urusan bisnis di sana. Mungkin agak lama di Indonesia. Siapa tahu jika CEO yang satu ini tak sibuk, temanilah sahabatmu ini. Kamu duda lapuk sedangkan aku berpredikat sebagai jojoba alias jomblo-jomblo bahagia. Haha..."
"Gimana enggak bahagia kalau tiap hari tempat celupnya ganti terus. Senin rasa stroberi, Selasa rasa mangga, Rabu rasa jambu, Kamis rasa manggis, Jumat rasa alpukat, Sabtu rasa duku dan Minggu rasa mengkudu. Hebat bener bule pengkolan yang satu ini," ledek Arthur.
"Haha..." Tommy pun tertawa mendengar ledekan sahabatnya itu.
☘️☘️
Malam hari mereka semua keluar untuk makan malam di sebuah restoran mewah yang sudah dibooking oleh Reno. Di sana ada Arjuna, Bening, Reno, Riri, Aaron, Devina serta dua orang art yang biasa bekerja di apartemen.
Orang tua Devina dan keluarga lainnya sedang ada kesibukan di Indonesia. Sehingga untuk acara ulang tahun kali ini mereka tidak bisa pergi ke Singapura.
Setelah acara tiup lilin, Devina pun memotong kue ulang tahunnya.
"Potongan pertama, siapa ya yang dapat?" goda Devina seraya melirik Aaron.
"Aku dong, Ma." Aaron pun seketika bersuara sekaligus angkat jari tangannya. Devina tersenyum menatap putranya itu.
"Untuk putra hebat Mama, Aaron Dewa Ananta." Devina memberikan potongan kue pertamanya pada Aaron.
"Yeiiyy, makasih ya Ma." Aaron berteriak semangat dan penuh ceria menerima potongan kue dari Devina seraya memeluk dan menciumi seluruh bagian wajah ibunya.
"Geli, Sayang. Hehe..." Devina sempat terdiam sejenak setelah Aaron melepaskan dirinya. Ia mendadak teringat dengan tingkah Aaron barusan yang begitu mirip mantan suaminya.
Arthur jika gemas padanya, selalu menciumi wajahnya hingga membuat tubuh Devina kegelian dan tertawa. Tanpa sadar Devina pun melamun.
"Dev," panggil Reno seraya menyentuh lengan Devina. Sontak hal itu membuat Devina tersadar dari lamunannya.
"Eh, maaf." Devina memasang kembali senyuman di wajahnya. Lalu ia memberikan potongan berikutnya untuk Bening, Arjuna, Riri dan terakhir pada Reno.
"Mama mau kado apa dari Aaron? Nanti Aaron belikan buat Mama. Tapi, jangan mahal-mahal ya Ma. Takutnya uang di celengan ayam punya Aaron, endak cukup. Hehe..."
"Kalau kurang nanti Kak Riri tambahin, Dek. Jadi, kita kasih hadiahnya patungan."
"Endak mau. Aaron pengin kasih kado sendiri ke Mama pakai uangku," kekeh Aaron menolak uang dari Riri.
"Sudah, jangan berantem. Ayo makannya dilanjut yang banyak. Biar cicit Kakek Opa dan Nenek Oma makin berisi dan sehat," ucap Arjuna menengahi.
Akhirnya mereka pun berlanjut menghabiskan sajian makan malam di hari ulang tahun Devina yang ke-30. Pukul sembilan malam, mereka semua telah kembali ke apartemen guna beristirahat. Dikarenakan besok siang rencananya mereka semua akan kembali ke Indonesia.
Reno dan Devina duduk berdua di ruang keluarga. Sedangkan Aaron dan Riri sudah berada di dalam kamar ditemani art mereka.
"Jangan takut. Tak ada yang akan menyakitimu atau membully dirimu. Hal itu sudah lama berlalu," ucap Reno seraya menggenggam tangan Devina. Ia berusaha meyakinkan serta menguatkan Devina sebelum mereka kembali ke Indonesia.
"Terima kasih. Aku akan berusaha," jawab Devina seraya melepaskan genggaman tangan Reno. Entah mengapa ia merasa kurang nyaman bersentuhan dengan lawan jenis. Terlebih Reno belum resmi menjadi suaminya.
Tak berselang lama, Reno pun pamit pada Devina. Sebab ia menginap di hotel yang ada di samping gedung apartemen Kakek Opa. Setiap Reno pergi ke Singapura, lelaki itu selalu melakukan hal ini. Dikarenakan Arjuna hanya mengizinkan Riri yang bermalam di apartemennya.
Arjuna tak ingin Reno dan Devina bermalam di apartemen yang sama. Walaupun hunian mewahnya itu terdapat kamar tamu yang masih kosong. Terlebih Reno dan Devina belum menjadi suami istri. Arjuna masih mengedepankan adat ketimuran. Walaupun mereka tinggal di luar negeri yang menganut gaya hidup bebas.
☘️☘️
Keesokan harinya sekitar pukul tujuh pagi, bel pintu apartemen Tommy mendadak berbunyi.
Ting...tong...
Ting...tong...
"Astaga, siapa sih pagi-pagi begini ganggu tidurku?" gumam Tommy seraya mengucek matanya.
Semalam ia pulang larut malam setelah berbincang dan tertawa bersama Arthur di hotel. Tommy yang saat ini tengah bertelan_jang dada dan hanya memakai boxernya itu pun berjalan perlahan menuju pintu utama apartemennya.
Tanpa melihat sosok yang bertamu ke unitnya, ia pun langsung membuka pintu.
Ceklek...
"Permisi, Anda Tuan Tommy?"
Sontak Tommy pun membuka matanya lebar-lebar menatap sosok yang saat ini tengah berdiri di depannya. Tommy tentu mengenalnya, tapi yang bertamu tidak tahu siapa Tommy.
Deg...
"Kenapa dia bisa sampai datang ke sini? Apa dia tahu kalau aku sahabatnya Arthur?" batin Tommy.
Bersambung...
🍁🍁🍁
bikin kita ngarang cerita sendiri...eehhh tak taunya ...👍👍👍