Sebagai seorang wanita yang sudah kehilangan rahimnya, dia tetap tegar menjalani hidup walau terkadang hinaan menerpanya.
Diam-diam suaminya menikah lagi karena menginginkan seorang anak, membuat ia meminta cerai karena sudah merasa dikhianati bagaimanapun dia seorang wanjta yang tidak ingin berbagi cinta dan suami.
Pertemuannya dengan seorang anak kecil membuat harinya dipenuhi senyuman, tapi ia juga dilema karena anak itu meminta ia menjadi ibunya itu berarti dia harus menikah dengan Papa dari anak itu.
Akankah Yasna menerima permintaan anak kecil itu atau kembali kepada mantan suami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husna_az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Maaf
"Pintu ruang rawat Yasna tiba-tiba terbuka.
"Na ... maaf, maaf saya tidak tahu kalau ada orang, saya permisi kalau begitu," pamit orang tersebut.
Emran segera melepaskan tangan Yasna, ia sungguh merasa malu. Namun, ia berusaha untuk tetap tenang.
"Masuk saja, Fa," sahut Yasna, mencoba menutupi rasa malunya seperti halnya Emran.
Orang tersebut adalah Fazilah, ia sangat khawatir, begitu mendengar kabar dari Alina jika alergi Yasna kambuh. Ia langsung saja pergi ke rumah sakit sepulang bekerja tanpa pulang terlebih dahulu.
"Maaf, gue nggak tahu kalau kalian lagi pacaran," ucap Fazilah terang-terangan.
"Apasih lo, kalau ngomong suka ngaco," tegur Yasna.
"Aku pamit dulu, ya. Anak-anak pasti sudah nungguin," pamit Emran.
"Iya, kalau nanti Afrin nanya, kamu video call aku, ya!"
"Iya, dia pasti senang, kalau lihat kamu sudah sembuh."
Yasna tersenyum menanggapinya, begitupun dengan Emran yang ikut tersenyum.
"Ekheemm, di sini masih ada orang lo," tegur Fazilah.
"Aku pergi dulu, assalamualaikum," pamit Emran berlalu.
"Waalaikumsalam," sahut Yasna dan Fazilah bersamaan.
Setelah kepergian Emran, Fazilah menatap Yasna dengan saksama.
"Kenapa kamu menatap aku seperti itu?" tanya Yasna.
"Bilangnya nggak ada hubungan, tapi ngomongnya sudah bahas anak-anak," cibir Fazilah.
"Mereka kan memang anak-anak, lagian anak Mas Emran kan ada dua jadi, panggilnya anak-anak, kalau satu panggilnya anak."
"Halaah, ngeles aja."
"Kalau kamu ke sini cuma buat ngejek aku, mending pulang sana."
"Lo, ngusir gue?"
"Iya."
"Tapi sayangnya gue nggak bakalan pergi."
"Terserah lah."
"Na, alergi lo kok tiba-tiba bisa kambuh?" tanya Fazilah setelah sempat terdiam beberapa menit.
"Mengenai itu, aku nggak bisa cerita di sini. Lain kali saja, aku ceritakan," jawab Yasna, Fazilah menganggukka kepalanya mengerti.
*****
Deru suara mobil terdengar memasuki halaman rumah, siapa lagi kalau bukan Emran. Ia baru saja sampai, tetapi ia sudah dikejutkan dengan teriakan putrinya.
"Itu suara mobil Papa!" seru Afrin di dalam rumah.
Afrin berlari keluar rumah mencari papanya. Ia menolah ka kanan dan ke kiri, ia juga melihat ke arah mobil, barangkali apa yang di carinya tertinggal di dalam. Namun, tidak ada seorang pun di sana.
"Papa!" teriak Afrin.
"Jangan lari-lari nanti jatuh," tegur Emran.
"Bunda mana, Pa?"
"Bunda masih di rumah sakit, kata Om Dokter, Bunda tidak boleh pulang dulu."
"Aku mau ke tempat bunda, Pa. Aku mau ke lumah sakit."
"Ini sudah malam, Sayang. Besok saja, ya!"
"Alin mau lihat Bunda."
"Bagaimana kalau kita telepon Bunda saja, kita video call."
"Iya, telepon Bunda."
"Telepon di dalam saja." Emran menggendong Afrin dan membawanya masuk.
Emran mendudukkan Afrin di sofa ruang tamu, dikeluarkannya ponsel dari dalam saku, ia mencari nomor Yasna dan menyentuh tombol telepon.
"Halo, assalamualaikum," ucap Yasna yang berada di seberang telepon.
"Waalaikumsalam. Bunda masih sakit?" tanya Afrin.
"Bunda sudah sehat, besok juga Bunda boleh pulang."
"Wajah Bunda melah-melah."
"Besok pasti hilang."
Emran melihat Aydin yang mengintip, segera memanggilnya.
"Aydin, sini." panggil Emran. "Mau ngomong sama Tante Yasna?"
Aydin mendekat dan mengangguk.
"Sini, duduk samping adek."
Aydin duduk di samping Afrin, ia dapat melihat Yasna yang wajahnya masih merah-merah.
"Halo, Aydin," sapa Yasna.
"Aku mau minta maaf, Tan," ucap Aydin dengan menundukkan kepalanya.
"Tidak apa-apa, lihatkan! Semua baik-baik saja," sahut Yasna.
Untung saja Yasna sudah mengantisipasinya, ia memakai ear phone jadi, tidak ada yang mendengar mereka berbicara.
Mereka berbincang cukup lama, Yasna merasa terhibur mendengar celotehan Afrin, sedangkan Aydin hanya diam mendengarkan.
"Sudah, ya! Bunda harus istirahat lagi, biar cepet sembuh, Afrin dan Aydin juga belum makan malam, kan?" sela Emran membuat Afrin cemberut.
"Benar kata Papa, besok kita ngobrol lagi," sahut Yasna.
"Iya, Bunda. Assalamualaikum," ucap Afrin.
"Waalaikumsalam," sahut Yasna.
"Kalian makanlah dulu, Papa mau mandi," ucap Emran.
"Iya, Pa." Afrin pergi meninggalkan Emran dan Aydin.
"Pa, aku minta maaf," ucap Aydin dengan menundukkan kepalanya.
"Kenapa minta maaf sama Papa? Aydin kan punya salahnya sama Tante Yasna, tadi juga Tante Yasna sudah memaafkan Aydin, kan?"
"Papa nggak marah sama aku?"
"Papa hanya kecewa, kamu tahu apa resiko yang terjadi sama Tante Yasna, jika Papa terlambat membawanya ke rumah sakit? Tante Yasna bisa saja kehilangan nyawanya jadi, lain kali jangan melakukan sesuatu yang berbahaya, kamu mengerti?"
"Iya, Pa."
"Sekarang, kamu makan dulu sana!" perintah Emran.
Aydin mengangguk, ia segera pergi meninggalkan Emran sendiri di ruang tamu.
"Sepertinya, Aydin sudah membuka diri untukmu, Na. Kita tinggal membuka hatinya dan aku yakin itu tidak akan lama lagi," gumam Emran tersenyum.
*****
"Senyum-senyum terus yang habis teleponan sama calon anak, padahal belum teleponan bapaknya ini, bagaimana kalau sama bapaknya?" goda Fazilah.
"Apasih, Fa. Aku kan senang bisa ngobrol sama anak-anak," sahut Yasna.
"Tuh kan, sekarang panggilnya anak-anak!" Fazilah semakin menggoda Yasna.
"Masa panggil bapak, ibu. Kamu itu aneh," kilah Yasna. "Kamu sendiri, gimana sama atasan kamu?"
"Kenapa jadi gue?"
"Aku kan, pengen lihat kamu menikah."
"Nggak ada, dia semakin hari semakin buat aku kesal."
"Hati-hati nanti jatuh cinta, eh, sudah jatuh cinta ya. Ralat deh, nanti makin cinta, loh."
"Na, lo kalau sakit tambah ngeselin."
"Aku ngeselin, tapi kamu masih aja nyariin aku."
"Iya, karena nggak ada yang mau temenan sama aku."
"Karena itu kamu harus baik-baik sama aku," ucap Yasna.
Fazilah mendengus mendengar ucapan Yasna, membuat Yasna terkekeh. Mereka memang selalu bercanda dan mereka tidak pernah merasa sakit hati atas candaan satu sama lain.
*****
Dua hari Yasna di rawat, hari ini ia diperbolehkan pulang. Seperti sebelumnya, Emran sengaja datang menjemput.
"Nak Emran, tidak bekerja? Kenapa repot-repot jemput kami?" tanya Hilman.
"Tidak apa-apa, Pak. Saya tidak repot kok, saya merasa bertanggung jawab. Yasna bisa berada di sini karena makan di rumah saya jadi, saya merasa harus bertanggung jawab," jawab Emran.
"Ayah ini, selalu saja merasa tidak enak. Nak Emran ini calon menantu kita jadi, Ayah harus terbiasa dengan adanya Nak Emran," sahut Alina.
Emran dan Yasna saling berpandangan, mereka tidak mengatakan apapun dan pada siapapun, tentang pembicaraan mereka, tetapi kenapa Ibu Alina bisa tahu?
"Mari Pak, Bu! Saya sudah urus semua berkasnya," ajak Emran.
"Administrasinya juga?" tanya Hilman.
"Iya, Pak," jawab Emran.
"Kami semakin merepotkan Nak Emran," ucap Hilman merasa tidak enak.
"Tidak, Pak ... mari! Tasnya biar saya yang bawa," ucap Emran.
Mereka meninggalkan rumah sakit dengan menggunakan mobil Emran. Hubungan Emran dengan kedua orang tua Yasna semakin dekat, karena memang orang tua Yasna memang orang yang mudah berinteraksi, terutama Ibu Alina.
.
.
.
.
Mau promo karya sahabat saya. yang berjudul "I'M A Night Butterfly" by gupita.
Jangan lupa like dan komen.
Panggil saja aku Mentari umur ku yang masih belia di paksa dewasa. Harus menerima masalah begitu berat dalam keluarga. Ibuku mati bunuh diri tak sanggup menerima kejahatan yang ayahku berikan.
Ayahku menjual ku kepada Mami Tiara hanya untuk membahagiakan istri mudanya. Bagaimana kehidupan ku selanjutnya?
Atau aku mati saja ikut bersama ibu ku di surga. Bagaimana nasib adik ku Revalina jika aku mati?
Rekomendasi Novel yang sangat bagus untukmu, I'M A Night Butterfly, di sini dapat lihat: https://share.mangatoon.mobi/contents/detail?id\=1399625&\_language\=id&\_app\_id\=1