Menikah dengan lelaki yang dia cintai dan juga mencintainya adalah impian seorang Zea Shaqueena.
Namun impian tinggalah impian, lelaki yang dia impikan memutuskan untuk menikahi perempuan lain.
Pergi, menghilang, meninggalkan semua kenangan adalah jalan yang dia ambil
Waktu berlalu begitu cepat, ingatan dari masa lalu masih terus memenuhi pikirannya.
Akankah takdir membawanya pada kebahagiaan lain ataukah justru kembali dengan masa lalu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Destiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta
Sudah satu bulan ini Varro sangat intens mendekati Zea. Ia bekerja dari sana, sesekali ia pulang ke indonesia jika ada pekerjaan yang mengharuskan ia datang. Varro sudah mempercayakan perusahaannya pada Jimmy selama ia berada di london.
Sesuai janjinya pada keysa tempo hari. Malam ini Zea menghadiri pesta ulang tahun keysa, ia datang bersama Varro.
Pestanya di adakan di sebuah restoran ternama. Setibanya di lokasi, Varro menggandeng tangan Zea masuk ke tempat acara berlangsung. Dari luar saja sudah terlihat ramai oleh anak-anak remaja, bisa di pastikan mereka semua teman-temannya keysa.
Zea celingukan mencari keberadaan pemilik pesta. "Kita ke sana dulu." Ajaknya pada Varro.
Varro hanya mengikuti langkah kaki Zea membawanya. Tangannya masih tetap menggenggam tangan Zea erat tanpa berniat melepaskannya.
"Key" Sapa Zea setelah berada di hadapan keysa.
"Kak Zea. Aku kira gak bakal datang." Seru Keysa langsung memeluk Zea. Dengan terpaksa Varro melepaskan genggaman tangannya.
"Aku udah janji, gak mungkin gak datang kan?" Sahut Zea terkekeh setelah melepaskan pelukannya.
"Happy birthday ya key"
"Makasih ya kak. Makasih juga udah mau datang."
Zea mengangguk "Oh ya key, Ini ada sedikit hadiah dari aku. Semoga kamu suka." Zea meminta paper bag yang di pegang Varro, lalu ia berikan pada keysa.
"Wahhh, makasih loh kak. Aku pasti suka." Sahut Keysa tersenyum senang.
"Key." Mereka mengalihkan pandangannya ke arah wanita yang Zea perkirakan seusia mamanya.
"mam, kenalin ini kak Zea yang waktu itu aku ceritain sama mami." Keysa memperkenalkan.
"Halo, saya maminya keysa." Ucapnya mengulurkan tangan ke arah Zea
"Saya Zea tante " Zea menerima ukuran tangan mami keysa.
"Benar kata Keysa, kamu cantik." Pujinya. Mendengar itu Zea tersenyum.
"Kalau ini siapa?" Tanya mami keysa menunjuk Varro.
"Saya Varro tante "
"Itu calon suaminya kak Zea mam." Ucap keysa menyela.
"Oh ya?"
Zea hanya tersenyum kikuk mendengar ucapan yang keysa lontarkan.
"Kalian benar-benar pasangan serasi. Yang satu cantik, dan yang satu tampan."
Blush
Wajah Zea memerah mendengarnya. Entahlah, Zea sendiri tidak bisa menyangkal ucapan mereka.
"Kami ke sana dulu ya. Kalian nikmati pestanya." Mami keysa pamit mengajak keysa untuk naik ke panggung kecil yang di sediakan disana. Acaranya akan segera di mulai.
Acara berlangsung meriah. Walaupun tamu undangan hanya keluarga besar beserta teman-teman keysa, namun yang datang tidak sedikit.
Zea sedang menikmati hidangannya bersama Varro, hanya berdua saja di meja itu.
"Ze"
Zea mengangkat pandangannya menatap Varro.
"Aku ke toilet sebentar." Ucapnya. Lalu bergegas pergi setelah mendapat anggukan dari Zea.
Setelah kepergian Varro, Zea kembali menikmati makanannya seorang diri. Hingga seseorang menepuk bahunya pelan.
Zea menoleh, ia mendapati Sean berdiri di belakangnya sambil tersenyum.
"Hai Ze" Sean duduk di sebelah kursi yang di duduki Varro tadi.
"Kak Sean "
"Kamu datang sendirian Ze?"
"Enggak, tadi aku datang sama-"
"Ekhmm" Ucapan Zea terpotong. Zea menatap Varro yang sudah berada di hadapannya.
"Oh ya sudah, aku pergi dulu. Silahkan lanjutkan." Ucap Sean. Lalu beranjak pergi meninggalkan keduanya.
Zea menatap Varro yang sedang menatapnya lekat. Zea kikuk sendiri, seperti orang yang kepergok selingkuh oleh pasangannya.
"Kamu kenal dia lama?" Varro bertanya tanpa mengalihkan tatapannya.
"E-enggak, baru-baru ini." Sahut Zea pelan.
"Jangan deket-deket sama dia." Mendengar itu, Zea spontan menatap Varro, Zea mengerutkan keningnya bingung.
"Kenapa?"
Varro menghela nafas beratnya sebelum menjawab pertanyaan Zea.
"Aku gak suka kamu deket sama lelaki manapun. Aku cemburu Ze. Kamu pasti tau itu."
Deg
Tatapannya seolah terkunci oleh tatapan mata Varro. Lidahnya kelu, Zea tak tau harus menjawab ucapan Varro seperti apa.
"Kepada Nona Zea beserta pasangannya diminta maju ke depan untuk dansa bersama." Panggilan dari pembawa acara menyadarkan Zea, ia langsung memutuskan tatapannya, lalu menunduk.
"Ayo" Zea tersentak, Varro mengulurkan tangan ke arahnya. Melihat sekeliling yang menatap ke arah mereka berdua, mau tak mau Zea menerima uluran tangan Varro yang membawanya ke tempat dansa.
Mereka sudah berdiri berhadapan. Varro menarik tangan Zea untuk ia lingkarkan di lehernya. Sedangkan tangannya memegang pinggang Zea.
Musik sudah terdengar beralun dengan indah. Lampu dimatikan dan di ganti dengan lampu temaram. Dengan degup jantung yang saling bersahutan, Varro mulai menuntun Zea untuk berdansa mengikuti musik yang dimainkan.
Varro sungguh menikmati momen ini. Ia menatap Zea lekat. Ia mengangkat satu tangannya meraih tengkuk Zea sehingga Zea mendongkak menatapnya. Varro menatap mata Zea lekat lalu turun hingga tatapannya terkunci pada bibir mungil Zea.
Varro menunduk mendekatkan wajahnya pada Zea.
Zea membulatkan kedua mata indahnya saat tiba-tiba Varro mencium bibirnya. Nafasnya terasa tercekat di tenggorokan, tubuhnya menegang, tangannya mencengkram kemeja Varro erat.
Varro melepaskan tautan bibirnya saat musik berhenti lalu disusul lampu yang kembali menyala terang.
Suara tepuk tangan kembali menyadarkan Zea dari keterkejutannya.
Zea menjauhkan tangannya dari Varro hendak memundurkan tubuhnya. Namun Varro segera menggenggam tangannya, lalu membawanya menghampiri Keysa.
"Key, kami pulang lebih dulu. Zea tidak enak badan." Ucap Varro.
"Kak Zea kenapa?" Tanya keysa menatap Zea khawatir.
"A-aku cuma sedikit pusing." Sahut Zea. Mengikuti ucapan Varro.
"Ya sudah gak apa-apa. Pulanglah kak, terima kasih udah datang."
Zea mengangguk. Lalu pergi meninggalkan pesat tersebut.
Di mobil, Zea tidak berbicara sepatah kata pun. Ia hanya menatap jalanan di depannya.
Varro menyadari itu, ia merasa bersalah telah mencium Zea secara tiba-tiba tadi.
Diamnya Zea berlangsung hingga mereka tiba di depan apartemen Zea.
"Maaf" Ucapnya menghentikan langkah kaki Zea yang hendak masuk.
Zea tidak menjawab, memutar tubuhnya menghadap Varro pun tidak dia lakukan.
Melihat keterdiaman Zea, Varro mendorong pelan tubuh Zea masuk bersama dengannya, lalu memeluknya erat setelah pintu tertutup rapat.
Sungguh dia tidak tahan Zea mendiamkannya seperti itu. Zea tidak melepaskan pelukan Varro tidak juga membalasnya.
"Tolong jangan diamkan aku seperti ini." Ucapnya lirih.
"Maaf aku lancang. "
Merasakan kemejanya basah, Varro melepaskan pelukannya. Ia terkejut melihat Zea menangis karena perbuatannya.
"Tolong jangan menangis, maafkan aku." Pinta Varro seraya mengusap air mata di pipi Zea.
Varro menuntun Zea untuk duduk di sofa yang ada disana. Tangis Zea belum berhenti, Varro kembali menariknya ke dalam pelukannya.
Varro menyesali kelancangannya pada Zea. Ia tau sejak dulu Zea tidak mau melakukan hal diluar batas meskipun hanya sebuah ciuman.
Merasa tangis Zea sudah berhenti, Varro melonggarkan pelukannya. Ia melihat Zea tertidur dalam pelukannya.
Varro menggendong Zea membawa ke kamar gadis itu. Merebahkannya di tempat tidur, melepaskan heels yang masih menempel di kaki Zea, lalu menyelimutinya.
Varo tatap dengan lekat wajah damai Zea. Bekas air mata masih terlihat disana. Varro mengusapnya lembut "Maafkan aku." Ucapnya lirih.
Varro beranjak dari sana, keluar dari apartemen Zea.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Tinggalin jejak ya jangan lupa 😁🤗