Menjadi aktris baru, nyatanya membuat kehidupan Launa Elliza Arkana jungkir balik. Menjadi pemeran utama dalam project series kesukaannya, ternyata membuat Launa justru bertemu pria gila yang hendak melec*hkannya.
Untung saja Launa diselamatkan oleh Barra Malik Utama, sutradara yang merupakan pria yang diam-diam terobsesi padanya, karena dirinya mirip mantan pacar sang sutradara.
Alih-alih diselamatkan dan aman seutuhnya, Launa justru berakhir jatuh di atas ranjang bersama Barra, hingga ia terperosok ke dalam jurang penyesalan.
Bukan karena Barra menyebalkan, tapi karena ia masih terikat cinta dengan sahabat lamanya yaitu Danu.
“Lebih baik kau lupakan kejadian semalam, anggap tidak pernah terjadi dan berhenti mengejarku, karena aku bukan dia!” ~Launa Elliza
“Jangan coba-coba lari dariku jika ingin hidupmu baik-baik saja.” ~ Barra Malik Utama
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erma Sulistia Ningsih Damopolii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 34 Dia Suamiku, Mencintainya Adalah Kewajiban - Launa
Jawaban tegas Bara dipercobaan ketiga dengan satu kali tarikan napas diringi kata sah dari kedua saksi pernikahan, seolah mengembalikan kharisma Bara sebagai laki-laki, setelah tadi habis dibuat malu dan dikuliti oleh Dikta dan Raka. Kini Bara berhasil mengembalikan kekaguman semua yang ada di sana.
Suasana akad nikah dadakan ini berlangsung sangat khidmat. Dadakan bagi Launa, namun bagi Bara dan semuanya tepat waktu.
Bara memejamkan mata setelah usai menjemput jodohnya dalam kalimat qabul pagi ini. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat, dada Bara naik turun bersamaan dengan tangannya yang kini semakin dingin, karena dia sempat melakukan kesalahan.
Apa yang ada dalam diri Launa semua beralih pada Bara, tugas Kevin diambil alih sepenuhnya oleh Bara saat ini juga.
Sementara di sisi lain, Launa menyeka kristal bening yang berontak ingin keluar dari pelupuk matanya. Hati Launa teramat sesak, harapannya bahwa Bara akan gagal dan salah sebut hingga akhir luntur sudah.
Disaksikan pihak keluarga masing-masing, Bara mengecup kening Launa tanpa canggung, pun dilakukan dengan penuh perasaan, hingga membuat Danu memalingkan muka.
Seketika Danu semakin yakin bahwa tidak ada keterpaksaan dalam hubungan mereka. Bahkan tangis sedih yang Launa perlihatkan, ia salahartikan dengan tangis haru. Di mata Danu, interaksi mereka tampak hangat layaknya pasangan yang saling mencintai.
Merelakan wanita yang ia cintai jatuh ke pelukan orang lain bukan lah hal yang gampang. Meskipun begitu, Danu ikhlas asal Launa bahagia. Melihat kharisma dan ketulusan yang terpancar dari mata Bara membuat Danu cukup sadar diri.
Selama ini dia hanya melihat keburukan Bara tanpa tahu ketulusannya. Namun begitu hari ini datang, Danu berlapang dada dan menarik kesimpulan bahwa memang Bara lah yang Launa butuhkan. Tak peduli sehina apa perlakuannya terhadap Launa, Bara masih dengan yakinnya bertanggung jawab atas diri wanita itu. Terlebih saat ia melihat jauh ke dalam mata Launa, tidak ada penyesalan yang terpancar melainkan kebahagiaan yang membuat Danu yakin bahwa Launa bahagia dengan pilihannya.
****
Launa berhasil memanipulasi keadaan. Sikap manisnya terhadap Bara di hadapan semua orang terutama Danu, berhasil menipu banyak pasang mata. Kemampuan akting Launa tidak perlu diragukan lagi, berkat bakatnya itu, semua yang menyaksikan pernikahan sakral mereka, dibuat tertipu oleh kemesraan yang dibuat-buat itu.
Hingga begitu acara akad nikah selesai, Danu menghampiri Launa yang ditinggal sebentar oleh Bara untuk mengungkapkan kejanggalan hatinya diiringi senyum kehangatan tatkala ia memandangi wajah cantik dari pengantin Bara itu.
“Kenapa ketawa?”
“Malah nanya, kalau memang suka sama Bara, kenapa harus nangis-nangis segala di kamar mandi Iva?”
“Itu kan awalnya, lama-lama jadi suka kok.” Jawab Launa dibaluti sandiwara.
“Tapi kamu benar mencintainya kan?”
“Iya, kalau tidak untuk apa aku menerima pinangannya. Dia suamiku, mencintainya adalah kewajiban bagiku.” Jawab Launa sengaja merangkai kata demi untuk meyakinkan Danu.
“Ekhem.” Deheman Bara tiba-tiba menghentikan percakapan diantara mereka.
Keduanya menoleh, dan Launa pun sontak menyambut suaminya dengan penuh sukacita. Refleks ia menggandeng lengan Bara disertai senyum meneduhkan hingga membuat Bara serasa ingin terbang rasanya.
Sentuhan Launa di lengan Bara tidak luput dari perhatian Danu. Dengan senyum getirnya Danu mengulurkan tangan untuk sekadar mengucap selamat yang kemudian disambut baik oleh pria itu.
“Selamat ya Bar, tolong jaga Launa baik-baik. Jangan pernah kau sakiti dia, saya tidak mau melihat setetes pun air mata berurai dari mata Launa akibat perbuatan burukmu padanya.”
“Tidak perlu kau ingatkan juga saya sangat paham bagaimana cara membahagiakan istri saya.” Jawab Bara datar sembari menekankan kalimat kepemilikan di sana agar Danu semakin tahu diri.
Tanpa banyak bicara, Danu melepas tautan tangan mereka, karena akan segera pamit pulang begitu mama Andira memanggilnya.
“Launa, tante sama Danu pulang dulu ya. Sekali lagi selamat atas pernikahannya. Nanti tante balik lagi besok.” Ucap Andira yang sukses mengundang tanya di benak Launa.
“Besok?”
“Iya besok, memangnya Launa tidak tau?” Tanya Andira memandangi dua pengantin baru itu secara bergantian.
Launa pun tersenyum kecut sembari menyikut lengan Bara sebagai kode alam untuk meminta penjelasan darinya.
“Ah iya tante lupa, Launa kan dikasih surprise, wajar Launa tidak tau. Sekarang kan sudah akad, jadi nggak apa-apa kan nak Bara kalau tante kasih tau?” Tanya Andira yang hanya Bara tanggapi dengan senyum tipisnya. Sedingin apapun dia, tetap jika sudah berhadapan dengan orang tua Bara akan tetap sopan meskipun itu orang tua dari rivalnya sendiri.
“Jadi gini, tante sama yang lain sudah dapat undangan dari ayah dan bunda. Katanya pesta nikahan Launa diadakan selama 7 hari 7 malam, jadi selama itu kita-kita pasti datang lagi. Kecuali Danu, seminggu ini dia ada tugas luar, jadi sepertinya tidak bisa datang. Nggak apa-apa kan Na?” Tanya tante Andira yang lagi-lagi hanya Launa tanggapi dengan senyum kecut khas dirinya. Sungguh Launa kaget luar biasa, setelah ini, dia harus meminta penjelasan dari Bara. Benar-benar tak terduga, tindakan Bara diluar nalar dan sungguh merepotkan.
Pesta hari ini saja Launa sudah merasakan lelahnya, bagaimana dengan 7 hari 7 malam. Bahagia tidak, remuk badan iya.
Bicara soal Danu, tak apa andaikan Danu tidak datang, itu akan lebih baik agar dia tidak semakin merasa bersalah. Akan tetapi, berbeda halnya dengan Bara, ia justru menginginkan kehadiran Danu agar pria itu bisa menyaksikan langsung sebahagia apa mereka sekarang.
“Iya tidak apa-apa tan.” Jawab Launa seraya mengusap lembut pundak wanita paruh baya itu.
Usai berucap demikian, tante Andira pamit lebih dulu yang kemudian akan disusul oleh Danu. Hingga di akhir, Danu masih sempat pamit untuk yang terakhir kali.
“Aku pamit Na, bahagia selalu, doaku menyertaimu.” Ucap Danu yang hanya Launa tanggapi dengan anggukkan pelan dan senyuman hangat.
“Jangan terlalu banyak drama, jauhkan pandanganmu itu dari istri saya.” Celetuk Bara yang tiba-tiba membuat raut wajah Danu berubah.
Tidak lagi menjawab ucapan Bara karena mungkin kesal, Danu berlalu yang kemudian disusul Dikta dan juga Evan untuk ikut mengantar Danu sampai ke depan.
Disaat semuanya tengah berbahagia, di sudut sisi yang lain ada insan yang tengah dipeluk nestapa. Dalam kesendirian, Iva menangis sembari menahan sesak di dadanya meratapi kesedihan dan kehancuran atas pernikahan sang pujaan hati.
Sehari usai undangan mereka sampai ke tangan Iva, wanita itu izin tidak masuk kantor dengan alasan sakit. Bukan tanpa alasan, Iva sengaja menghindari pesta pernikahan sepupunya karena tak sanggup melihat lelaki yang ia cinta sedalam itu, malah nekat menikahi saudaranya.
Bahkan sudah diundang secara lisan oleh Kevin dan Salsa, namun Iva beralasan tidak bisa hadir karena mendadak demam. Karena tak tega, Salsa sebagai tante tetap kekeuh ingin memasak bubur ayam untuk Iva meski sudah ia tolak halus.
Usai kepergian om dan tantenya, Iva mengurung diri di kamar dan meluapkan tangisannya hingga hari ini. Tangis pilu, yang tak mampu Iva bendung.
Pria yang sudah lama ia dambakan, malah jatuh ke tangan wanita yang baru Bara kenal. Pun itu adik sepupunya sendiri. Dia yang sudah lama menanti, malah Launa yang dicintai secara ugal-ugalan.
Seketika dunia Iva terhenti, baru kali ini ia kembali menangis meraung-raung seperti sekarang, terakhir ia menangis seperti ini, saat di mana orang tuanya berpulang. Sayangnya saat itu ada Launa yang bersedia mengusap air matanya, sedangkan sekarang? Jangankan meminta diusap air mata, menunjukkan air matanya di depan Launa pun Iva tidak kuasa.
sorry tak skip..