Kazuya tak pernah merasa lebih bersemangat selain saat diterima magang di perusahaan ternama tempat kekasihnya bekerja. Tanpa memberi tahu sang kekasih, ia ingin menjadikan ini kejutan sekaligus pembuktian bahwa ia bisa masuk dengan usahanya sendiri, tanpa campur tangan "orang dalam." Namun, bukan sang kekasih yang mendapatkan kejutan, malah ia yang dikejutkan dengan banyak fakta tentang kekasihnya.
Apakah cinta sejati berarti menerima seseorang beserta seluruh rahasianya?
Haruskah mempertahankan cinta yang ia yakini selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riiiiee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Sebenarnya apa ini
Rapat dimulai, dan suasana di dalam ruangan terasa formal seperti biasa. Namun, kali ini ada hal beberda dikarenakan rapat diawali dengan perkenalan dua anak magang oleh pak Bejo.
"Izin, Pak Aro. Saya mengambil alih rapat terlebih dahulu," ucap Pak Bejo, melirik ke arah Aronio dengan nada penuh hormat. Aronio, yang duduk dengan posisi tegap dan ekspresi serius, hanya memberikan anggukan singkat sebagai tanda persetujuan. Setelah mendapatkan anggukan singkat dari Manager Marketing tersebut ia melanjutkan ucapannya.
"Untuk rapat kali ini, ada sedikit hal berbeda. Sebelum kita mulai, izinkan saya memperkenalkan dua rekan kerja baru kita di kantor ini," ujar Pak Bejo dengan senyum ramah, memecah suasana formal di ruang rapat. Ia melirik ke arah dua sosok yang duduk bersebelahan di sudut ruangan. "Mas Antar dan Mbak Zuya, boleh berdiri sebentar?"
Kazuya dan Antar saling melirik singkat sebelum berdiri hampir bersamaan. Posisi mereka yang memang bersebelahan membuat semua mata mudah tertuju ke arah mereka.
"Mas Antar dan Mbak Zuya adalah anak magang baru di divisi ini. Semoga kehadiran mereka membawa semangat dan ide-ide segar untuk tim kita," lanjut Pak Bejo dengan nada penuh semangat.
"Mungkin di antara rekan-rekan sudah ada yang mengenal Mas Antar dan Mbak Zuya ini," Pak Bejo memulai dengan nada santai, "atau mungkin malah ada yang terkejut, karena tiba-tiba divisi riset dan marketing, yang biasanya jarang sekali—atau bahkan beberapa tahun belakangan ini tidak sama sekali—menerima anak magang, eh, sekarang malah ada dua sekaligus."
Tawa ringan keluar dari Pak Bejo, mencoba mencairkan suasana yang mulai dipenuhi bisik-bisik kecil. Beberapa orang tampak saling melirik dengan senyum tipis, ada yang terkesan santai, ada pula yang sepertinya benar-benar bertanya-tanya.
"Jangan heran," lanjut Pak Bejo sambil melipat kedua tangannya di atas meja. "Ini keputusan dari atasan langsung. Jadi, kita semua tinggal mendukung mereka, ya." Kalimatnya terdengar menggantung, membuat rasa penasaran di ruangan itu makin terasa.
Suasana ruang rapat terasa sedikit lebih ringan, meskipun pertanyaan-pertanyaan tidak terucap masih tampak di wajah beberapa orang.
"Ya, sudah, kita sudahi perkenalan ini. Silakan, Mas Antar dan Mbak Zuya, segera menyesuaikan diri. Jangan ragu untuk bertanya atau meminta bantuan kepada siapa saja di sini. Kita semua tim," tutup Pak Bejo dengan senyum lebar sebelum memulai agenda utama rapat.
"Mohon bimbingannya untuk keduanya, baik itu dari divisi riset sendiri ataupun marketing dan juga kreatif. Semua sama saja bisa saling memberi ilmu nya kepada mereka." Jelasnya lagi.
Namun, bagi Aronio, fokusnya sama sekali tidak pada perkenalan yang dilakukan oleh pak Bejo. Pikirannya terus tertuju pada sosok Kazuya yang kini sudah duduk kembali di kursi bagian belakang itu.
"Mungkin segitu saja dari saya, untuk rapatnya dapat segera di mulai." Pak Bejo menutup perkenalan tersebut, mengembalikan ke pimpinan rapat untuk dapat memulai kegiatan.
Selama rapat berlangsung, Aronio terlihat seperti sedang berperang dengan pikirannya sendiri. Pandangannya sesekali melirik ke arah Kazuya, yang duduk dengan wajah serius mencatat setiap poin rapat. Tapi perhatian Aronio bukan tertuju pada materi rapat—ia tenggelam dalam serangkaian pertanyaan yang mengganggu.
Kenapa dia nggak bilang? Apa maksudnya tiba-tiba magang di sini tanpa ngasih tahu aku dulu? pikir Aronio, jari-jarinya mengetuk permukaan meja dengan ritme tak beraturan. Rasa frustrasi semakin memuncak, terutama karena Kazuya malah terlihat tenang, seperti tidak ada yang salah.
Sementara itu, Kazuya tetap fokus pada catatannya, meski ia bisa merasakan tatapan Aronio dari jarak beberapa meter. Ia tahu lelaki itu sedang kesal. Tapi bagaimana ia bisa menjelaskan situasinya tanpa menambah masalah di kantor ini?
Saat giliran Aronio mempresentasikan laporan dari divisinya, ia berdiri dan mulai berbicara dengan nada suara yang biasanya tegas dan penuh percaya diri. Tapi kali ini, ada sedikit getaran emosi yang tidak biasa. Boim dan rekan-rekan divisinya menyadari itu. Bahkan beberapa dari mereka sempat berbisik membicarakan itu. "Pak Aro kenapa? Kayaknya mood-nya lagi kurang bagus, nih." Bisik Rama kepada Putri yang duduk disampingnya.
Putri mengangguk tipis, menyetujui ucapan tersebut. "Jarang-jarang banget pak Aro kayak gini. Tumben banget loh." Lirihnya lagi. Menatap Aronio dengan dahi mengernyit heran.
Ketika presentasi dari Aronio selesai, Putri dengan sigap memberikan air mineral yang sudah disiapkannya bahkan tutup botolnya sudah ia buka. Kazuya yang semula berfokus kepada gerak-gerik Aronio selama mempresentasikan materinya, melihat jelas tindakan tersebut. Kembali ada gelanyar aneh yang bersarang dihatinya. Apalagi ia melihat Aronio langsung berubah raut wajahnya menjadi senang saat menerima air mineral tersebut. Tak ingin merasa semakin panas Kazuya dengan cepat mengalihkan pandangan namun, belum sempat sepenuhnya teralihkan Aronio ikut menatap dirinya hingga kontak mata mereka bertemu. Tidak lama! Karena dengan cepat Kazuya memutuskan kontak tersebut.
Diam-diam Antar yang berada disebelahnya menyadari gelagat aneh Kazuya tersebut. Beberapa kali ia memperhatikan Aronio dan Kazuya secara bergantian. Gelagat keduanya sama-sama aneh. Semakin dirinya yakin bahwa Aronio dan Kazuya sebelumnya memang sudah saling mengenal.
......................
Dari balik pilar parkiran, Kazuya memperhatikan mobil Aronio yang masih terparkir di tempatnya. Ia menggigit bibir, mencoba menenangkan diri.
Tunggu sepi, katanya lagi dalam hati. Ia memang sengaja menunggu hingga tidak ada lagi orang-orang yang mungkin melihatnya masuk ke mobil Aronio.
Tepat saat ia mulai melangkah mendekat, ia melihat seorang perempuan datang tergesa-gesa menghampiri Aronio. Dari kejauhan, ia tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan..
Namun ia dapat melihat dengan jelas ekspresi panik perempuan tersebut ketika berbicara kepada Aronio. Dan apa ini??
Aronio memberikan air mineral kepada perempuan itu. Dan tunggu?
Perempuan itu siapa? Apa hubungannya dengan mas Nio? Kenapa sampai botol minumnya pun harus perlu dibukakan?
Tentu interaksi Aronio dengan perempuan tersebut membuatnya merasa tidak nyaman. Kazuya masih terus memperhatikan keduanya. Beberapa detik kemudian, ia melihat perempuan itu masuk ke mobil Aronio, duduk di kursi depan. Mesin menyala, dan mobil melaju perlahan meninggalkan parkiran.
Dadanya berdebar kencang. Pandangannya terpaku pada mobil yang semakin menjauh, tapi adegan tadi terus terputar di kepalanya.
Mengapa Aronio malah pergi dengan perempuan itu?
Apa mas Nio lupa sama aku?
Kenapa malah ninggalin?
Ia melihat ke handphone, memeriksa apakah ada notifikasi pemberitahuan dari Aronio atau tidak. Ternyata tidak ada sama sekali.
Nggak bilang dulu ke aku?
Kazuya masih mematung memandangi lurus kearah menghilangnya mobil Aronio. Tubuhnya kaku, ada perasaan kekecewaan yang menghampiri hatinya. Mendadak banyak pikiran menghantui kepalanya.
Apakah keputusan dirinya salah untuk berada di sini, ikut magang di kantor yang sama dengan Aronio. Kemana kebahagiaan yang sudah ia bayang-bayangkan. Berharap bisa bekerja sambil bermesraan dengan sang kekasih. Sepertinya ia terlalu banyak menonton dram Korea hingga berkhayal terlalu tinggi. Kenyataan ia dihempaskan dengan realita fakta yang mengejutkannya.
Matanya mulai terasa panas, tapi ia menahan air mata yang hendak jatuh. Ia tidak ingin terlihat lemah, apalagi karena hal ini. Namun, rasa kecewa dan cemburu perlahan menguasai dirinya.
......................