Follow IG @thalindalena
Add fb Thalinda Lena
"Tidak mau sekolah kalau Daddy tidak mau melamar Bu Guru!!!" Gadis kecil itu melipat kedua tangan di depan dada, seraya memalingkan wajahnya tidak lupa bibirnya cemberut lima senti meter.
Logan menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Pusing menghadapi putri kecilnya kalau sudah tantrum begini. Anaknya pikir melamar Bu Guru seperti membeli cabai di super market?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ikut!
"Bu Guru, apakah aku boleh menginap lagi?" tanya Mia ketika jam sekolah sudah usai.
Keira berpikir sejenak, "Ibu tidak masalah kalau Mia ingin menginap lagi, tapi minta izin dulu pada Daddy dan Grandma-mu," jawab Keira pada akhirnya.
Mia menggandeng tangan Keira sambil berkata, "baiklah, aku rasa mereka akan mengizinkan jadi Ibu Guru tidak perlu khawatir," ucap Mia, mendongak, memperlihatkan senyuman manisnya.
Keira membalas senyuman gadis kecil itu lalu mengacak rambut Mia dengan gemas.
"Bu Keira, kami dulu ya." Beberapa guru lain sudah pamit pulang. Area sekolah juga sudah sepi, menyisakan Keira dan Mia di sana.
"Iya, hati-hati Bu Guru semua," sahut Keira seraya melambaikan tangan pada teman-temannya.
Mia menggoyangkan lengan Keira yang ia gandeng, "jadi kita langsung pulang ke rumah Mommy 'kan?" Mia memanggil dengan sebutan 'itu' karena sudah tidak ada orang lain kecuali mereka berdua.
Keira mengangguk sebagai jawaban.
Mereka berdua berjalan bergandeng tangan keluar dari area sekolah tersebut. Keira merogoh tasnya, ingin mengambil kunci mobil tapi gerakannya terhenti ketika mendengar Mia memanggil Logan.
"Daddy!" seru Mia sangat senang melihat ayahnya berada di sana. Gadis kecil itu langsung berlari ke ayahnya.
"Mia, Daddy rindu sekali, baru semalam kita tidak bertemu." Logan tersenyum bahagia seraya menggendong putri kecilnya.
"Mia juga rindu." Mia memeluk leher ayahnya erat.
Logan tersenyum seraya menurunkan putrinya. Lalu menatap Keira yang berdiri di depan pintu gerbang.
Keira mendengus lalu melengos, dan melanjutkan langkahnya menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari sana.
Mia menatap Keira dan ayahnya secara bergantian, kemudian berkata pada ayahnya. "Daddy, malam ini aku boleh menginap di rumah Bu Guru lagi?" Mia menatap ayahnya dengan tatapan memohon seraya menyatukan kedua tangan di bawah dagu, persis seperti anak kucing yang sedang memohon, sangat menggemaskan.
Logan berpikir sebentar, sebenarnya dia keberatan kalau putrinya harus menginap di rumah Keira, tapi tidak ada salahnya 'kan ia memberikan izin pada putrinya untuk melancarkan misinya mendekati Keira.
"Kenapa kau ingin menginap di rumah Bu Guru lagi, hem?" tanya Logan lembut seraya menoel hidung mancung putrinya.
"Karena Bu Guru adalah calon Mommy-ku!" jawab Mia penuh semangat, lalu menggerakkan salah satu tangannya, agar ayahnya mendekat.
Logan menundukkan setengah badan.
Mia langsung berbisik pada ayahnya. "Dengar ya Daddy! Aku sudah berusaha keras mendekati Bu Guru agar mau jadi Mommy-ku, awas saja kalau Daddy mengacaukannya!" Ternyata Mia memberikan kalimat ancaman pada ayahnya.
Mia langsung beranjak dari sana setelah memberikan bisikan pada sang ayah, ia masuk ke dalam mobil Bu Guru.
"Oh My God!" Logan mengacak rambutnya dan rautnya cengo setelah mendengar kalimat ancaman itu. "Anak itu!" Logan terkekeh seraya berjalan cepat menuju mobil Keira.
"Aku ikut!" ucap Logan seraya masuk ke mobil Keira dan duduk di jok belakang.
"Bisa keluar dari mobilku!" Keira menatap Logan dari spion tengah.
"Kenapa kau mengusirku? Aku hanya ingin mengetahui tempat tinggalmu aman atau tidak untuk putriku!" sahut Logan, tetap duduk di tempat sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Kau bisa naik mobilmu sendiri!" oceh Keira.
"Aku tidak mau!" sahut Logan, cuek.
"Dad, jangan mengacau," rengek Mia, menoleh ke belakang, menatap kesal pada ayahnya karena sudah membuat Bu Guru marah.
"Jika Daddy tidak boleh ikut maka kau juga tidak boleh ikut dan tidak boleh menginap lagi di rumah Bu Guru!" tegas Logan pada putrinya.
Wajah Mia langsung muram, dan bibirnya cemberut mendengar ucapan ayahnya. Kemudian Mia menatap Keira, memohon pada wanita itu agar mengizinkan ayahnya ikut bersama.
Keira paling tidak bisa melihat Mia bersedih. Akhirnya ia pasrah dan mengabulkan permintaan gadis kecil tersebut.
Logan bersorak di dalam hati sambil tersenyum dan menatap pemandangan jalan raya yang ramai lancar pada siang hari itu.