Niat ingin mencari ibunya yang sudah pergi meninggalkannya sejak kecil, justru membuat Yona harus terjebak ke dalam kehidupan seorang mafia yang sangat misterius. Yang akhirnya membuat keduanya jatuh cinta. Namun hubungan mereka penuh liku dan berpengaruh besar pada proses pencarian ibu Yona.
Akankah cinta mereka berdua tetap bertahan setelah ibu Yona ditemukan? Atau harus berakhir demi Yona bisa berkumpul lagi dengan Sang Ibu?
Simak terus kelanjutan kisahnya.. jangan lupa follow akun ig author @dee_k9191
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee_K, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Pria Misterius
“Finn! Ayo keluarlah! Aku tahu kamu masih ada di sini,” teriak salah seorang pria.
Yona semakin ketakutan dan pelukannya juga semakin erat. Lelaki yang diketahui bernama Finn itu masih membekap mulutnya agar tidak berteriak.
“Ayolah, Finn!! Kamu mau kehilangan harta kakek kamu?” sahut pria satunya lagi.
Entah sampai berapa lama orang-orang itu masih berdiri di sana dan terus saja memanggil nama Finn. Yona seperti sudah tidak punya tenaga lagi. hatinya sudah bersorak senang karena jalannya mulus saat memulai mencari keberadaan ibunya, kini berubah menjadi menegakkan.
“Bajing*an licik itu sepertinya benar-benar sudah pergi dari tempat ini. ayo kita pergi sekarang juga!” ujar salah seorang pria pada temannya.
“Lalu bagaimana dengan kekacauan di Club ini?” tanya temannya.
“Besok saja kita urus. Lebih baik kita segera pergi dan memberi tahu Tuan Lionel kalau cucunya belum ditemukan,” sahut pria satunya.
Suara langkah kaki terdengar semakin jauh meninggalkan keberadaan Yona dan Finn. Tangan Finn yang sejak tadi membekap mulut Yona juga sudah terlepas. Yona bisa bernafas lega. Setelah itu ia melangkahkan kaki keluar dari lorong kecil itu.
“Tunggu!” cegah Finn.
Yona menoleh sebentar ke arah pria itu. cahaya lampu sudah mampu menerangi keduanya. Yona baru tersadar kalau Finn adalah pria yang menabraknya tadi. tapi sayangnya pria itu tidak melihat wajah Yona.
“Maaf!” ucap Finn kemudian membiarkan Yona pergi.
Yona tidak memberi jawaban apa pun. Dis bergegas pergi meninggalkan Club dengan perasaan masih ketakutan. Sungguh kedatangan pertamanya di Club ini sudah membuat jantungnya kebat-kebit. Selain karena peristiwa tembakan tadi, juga adegan dirinya dengan pria asing yang sangat misterius itu.
Yona sudah keluar dari Club. Mengambil ponselnya untuk memesan taksi. Tapi sial, baterai ponselnya habis. Menghubungi Ellen pun tidak mungkin. Akhirnya ia berjalan menuju sebuah halte untuk mencari taksi di sana.
“Sudah jam sebelas malam,” gumam Yona melihat jam tangannya.
Yona semakin ketakutan saat ia satu-satunya orang yang berdiri di halte untuk mencari taksi lewat di jam seperti ini. kemudian dari jauh ia melihat segerombolan laki-laki sedang berjalan ke arahnya. Ini jalanan yang cukup ramai, meskipun tidak ada taksi lewat. Tapi tidak menutup kemungkinan bisa terjadi tindak kejahatan. Yona pun akhirnya berjalan cepat meninggalkan halte. Segerombolan pria itu juga tampak berlari ke arahnya.
“Ya Tuhan, selamatkan aku!” gumam Yona ketakutan.
Tinnn….
“Masuklah, cepat!!”
Sebuah mobil berhenti tepat di samping Yona dan menyuruhnya segera masuk. Yona bisa melihat sosok pengemudi mobil itu tak lain adalah pria yang membekapnya di dalam Club tadi. yaitu Finn. Meskipun belum saling mengenal, setidaknya ia aman dari gerombolan pria yang mengejarnya itu. Yona pun segera masuk.
Kini mobil Finn sudah melaju jauh meninggalkan halte. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir mereka. Yona masih merasa ketakutan atas peristiwa yang dia alami malam ini.
“Kamu mau ke mana?” tanya Finn yang akhirnya membuka suara.
Dengan gugup Yona menyebutkan alamat rumah Ellen. Karena sedari awal ia dijemput Ellen dan akan menginap di rumah temannya itu. Finn pun melajukan mobilnya ke sana. Lima belas menit kemudian mobil itu berhenti di depan rumah Ellen. Yona segera melepas sabuk pengamannya.
“Terima kasih. Sudah menolong saya,” ucap Yona dengan gugup.
Pria itu hanya mengangguk samar tanpa menatap Yona. Kemudian membiarkan Yona keluar dan masuk ke dalam rumah yang menurut Finn adalah rumah Yona. Setelah itu Finn kembali melajukan mobilnya menuju rumahnya.
**
Yona sudah di kamar Ellen. Dia menceritakan semua peristiwa yang dialaminya malam ini pada temannya itu. termasuk dengan bertemu seorang pria dan diantar pulang oleh pria itu juga.
“Wah, tampan nggak tuh cowo, Yon?” tanya Ellen antusias.
Yona menatap jengah pada Ellen. Bisa-bisanya di saat ia sedang tegang dan ketakutan atas kejadian yang menimpanya, yang ditanya Ellen justru tentang laki-laki yang bernama Finn tadi.
“Nggak. Dia tua,” jawab Yona asal.
Setelah itu Yona lega karena sudah mendapatkan titik terang untuk melanjutkan pencariannya pada ibunya. Hanya saja resikonya sangat besar jika ia datang ke tempat itu.
“Memangnya di mana, Yon?” tanya Ellen.
“Di sebuah rumah bordil di ujung kota.”
“Apa??” mata Ellen langsung membulat sempurna.
Yona akhirnya memutuskan untuk tidur karena sudah lelah. Untuk rencana selanjutnya, ia akan memikirkannya besok. Entah bagaimana caranya pergi ke tempat itu. apalagi seorang diri.
Keesokan paginya Yona sudah bersiap untuk pulang. gadis itu membangunkan Ellen pagi-pagi sekali karena ingin pulang sekarang juga.
“Kamu nggak mau sarapan di sini dulu, Yon?” tanya Ellen sambil menguap panjang.
“Tidak. Aku tidak mau melewatkan sarapan dengan ayah. Aku juga tidak mau membuat ayah curiga dengan kepergianku semalam,” jawab Yona.
“Tunggulah sebentar, aku cuci muka dulu!”
Beberapa saat kemudian Yona dan Ellen sudah berada di dalam mobil. Mereka sedang dalam perjalanan pulang ke rumah Yona.
“Bagaimana rencana kamu untuk pergi ke rumah bordil itu, Yon?” tanya Ellen.
“Aku juga belum tahu. Aku akan mencari cara bagaimana pergi ke sana tanpa sepengetahuan ayah,” jawab Yona bingung sendiri.
“Kalau kamu butuh bantuanku, katakan saja Yon. Aku akan siap membantumu,”
“Terima kasih, Ell… kamu temanku yang paling baik,” ucap Yona tersenyum hangat pada gadis seusianya itu. Ellen juga membalas senyuman Yona.
Yona langsung masuk ke dalam rumahnya setelah Ellen pulang. dia melihat rumahnya masih sepi. Pasti sang ayah masih berada di dalam kamarnya. Secepat kilat Yona masuk ke kamar dan berganti baju. Setelah itu menyiapkan sarapan buat ayahnya.
“Putri cantik ayah sudah pulang?” sapa Jarvis saat tiba di ruang makan.
Yona mengangguk, kemudian menghampiri sang ayah dan memeluknya sebentar. Ada seberkas rasa bersalah di hati Yona karena sudah berbohong pada ayahnya.
“Kenapa anak Ayah pagi ini sangat manja?” tanya Jarvis heran.
“Memang aku nggak boleh manja sama Ayah seperti ini?” Yona bertanya balik sambil mengerucutkan bibirnya.
“Boleh, Sayang! Ayah hanya bercanda. Sekarang katakan, apa ada sesuatu yang sedang kamu minta?” tanya Jarvis sambil mengusap kepala Yona dengan lembut.
Yona tersenyum tipis. Ia memilih duduk dulu dan mempersilakan ayahnya juga duduk. Selanjutnya Yona mengambilkan makan untuk pria itu.
“Aku ingin pergi liburan, Yah!” ucap Yona, yang entah kenapa ide itu tiba-tiba muncul.
Jarvis tidak langsung mengiyakan. Pria itu tampak menghembuskan pelan nafasnya.
“Tapi Ayah sangat sibuk, Sayang. Belum ada waktu luang untuk pergi berlibur,”
“Tapi aku butuh liburan, Yah… sebelum sidang skripsi.” Yona pura-pura merajuk. Mencari cara agar ayahnya mengijinkannya liburan seorang diri.
“Baiklah. Tapi apa kamu tidak masalah jika pergi berlibur sendirian?”
.
.
.
*Happy Reading!!
next kak💪 semangat