NovelToon NovelToon
Ninja'S Storm

Ninja'S Storm

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:142
Nilai: 5
Nama Author: After Future

Pohon Neraka Dunia terbelah, membebaskan miliaran jiwa pendosa ke dunia para ninja. Sementara itu di gunung yang berada di bawah kekuasaan Klan Naga Badai, tetua Klan Naga Badai memilih prajurit muda untuk mewarisi gulungan Dewa Badai dan Dewa Bayangan.

Inilah kisah Ren yang memulai perjalanan panjangnya menguasai peninggalan-peninggalan Dewa kuno serta pertempuran tanpa akhir melawan jiwa-jiwa yang terbebas.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon After Future, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 9: Ren dan Zenin Merebut Buah Persik

Ren menggenggam peta kalender pertumbuhan buah persik seribu tahun dengan hati-hati. Peta itu adalah hadiah dari ketua klan—bantuan kecil, namun penuh makna.

"Apa yang sedang kau baca? Ayo, tunjukkan!" Zenin menyodorkan kepalanya, nyaris menyenggol kertas yang tengah dibaca Ren. Rasa ingin tahunya hampir seperti anak kecil yang tidak sabar menunggu cerita.

Ren mendengus pelan, memilih mengabaikan sahabatnya yang kelewat penasaran. Matanya tetap terpaku pada barisan tulisan kuno di peta itu. "Dikatakan di sini, buah persik seribu tahun akan matang ketika air laut mencapai pasang tertingginya. Itu artinya..." Ia berhenti sejenak, menghitung waktu di kepalanya. "Bulan ini. Hari ini. Tepat jam dua belas malam nanti."

Zenin bersiul kagum. "Hebat! Kalau sudah tahu kapan bisa dipetik, kita tak perlu terus-terusan menjaga dari ninja-ninja anonim itu. Mereka terlalu banyak akal dan... ugh," Zenin berhenti, wajahnya mendadak muram. "Kadang aku merasa tubuhku disentuh tanpa izin saat berdesakan dengan mereka." Suaranya bergetar, menyimpan luka yang belum sepenuhnya sembuh.

Ren melirik Zenin dengan pandangan penuh perhatian. "Kau baik-baik saja, Zenin?"

Zenin mengangguk, meskipun senyumnya terasa dipaksakan. "Iya, hanya... ya, sedikit mengenang masa lalu." Nada suaranya mengambang, seperti ada sesuatu yang ia coba kubur dalam-dalam.

Untuk mengalihkan suasana, mereka memutuskan mencari tempat yang lebih sepi. Ren mulai melatih ilmu pedangnya, setiap ayunan pedangnya terdengar tajam, membelah udara dengan keanggunan seorang ahli. Sementara itu, Zenin, yang kakinya terluka akibat pertarungan sebelumnya, menyesuaikan diri dengan sepatu ninja khusus yang ia kenakan. Sepatu itu tidak hanya menyembunyikan kelemahannya, tetapi juga memungkinkannya bergerak seolah-olah luka itu tak pernah ada.

Mereka menghabiskan waktu hingga matahari mulai tenggelam, melukis langit dengan semburat jingga yang perlahan berubah gelap.

Ketika malam merambat lebih larut, Ren duduk di dekat api unggun, tangannya sibuk mengolah ikan yang baru ditangkap. Ia memisahkan sisik-sisiknya dengan cekatan, lalu menyalakan api, membakar dagingnya hingga aroma gurih memenuhi udara.

"Saatnya makan malam!" seru Zenin dengan semangat menggebu-gebu, wajahnya bersinar seperti anak kecil yang tak sabar mencicipi hidangan.

Usai makan malam, Ren memutuskan memeriksa pohon persik seribu tahun itu sekali lagi. Ia merayap dalam kegelapan, langkahnya pelan namun pasti. "Sekitar pohon itu sunyi," pikirnya. "Artinya, para ninja itu sedang siaga penuh."

Matanya yang tajam menyapu area sekitar pohon. Ia menghitung diam-diam. Lima belas orang. Tubuhnya menegang. "Cakra mereka... jauh di atasku," gumamnya dengan suara nyaris tak terdengar. "Kalau harus diukur, mereka berada satu tingkat lebih tinggi. Tapi aku tidak takut!"

Ren mengepalkan tangan, semangat membara di dalam dadanya. "Aku sudah berlatih untuk saat seperti ini. Aku tidak akan mundur!" bisiknya, mata hitamnya memancarkan tekad yang tak tergoyahkan.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\= 12.00 \=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Pohon persik seribu tahun berdiri anggun di tengah hutan, cabang-cabangnya menjulur seperti tangan yang menggapai bintang. Buah-buah persik yang menggantung di dahan tampak biasa saja di bawah rembulan, namun ketika jarum jam mendekati tengah malam, perubahan mulai terjadi.

Kilauan kecil muncul di salah satu buah, seperti percikan api yang menjalar di sumbu panjang. Cahaya itu tidak langsung meledak, melainkan merambat perlahan, meresap ke seluruh permukaan buah. Sekejap, warna kulit persik berubah—dari oranye kusam menjadi merah menyala, seperti magma yang mendidih di perut bumi.

Lalu, detik itu tiba. Cahaya tiba-tiba melesat dari dalam buah, menembus kulitnya, menyeruak dengan kekuatan menggetarkan. Layaknya energi yang terkumpul selama seribu tahun, cahaya tersebut meledak secara perlahan, menyebar ke udara seperti gelombang kejut yang tidak merusak, namun cukup kuat untuk membuat daun-daun di sekitar berguguran.

Aroma manis menguar, bukan lagi sekadar bau buah, melainkan ledakan aroma yang menyerbu indra penciuman dengan intensitas luar biasa. Tanah di sekitar pohon bergemuruh ringan, seakan memberi hormat pada kejadian langka ini. Cahaya buah itu semakin intens, memancar ke segala arah, menyapu malam hingga terasa seperti fajar yang datang lebih awal.

Dan akhirnya, buah itu matang sepenuhnya—memancarkan sinar yang berdenyut seperti jantung raksasa. Energi yang dilepaskannya tidak menghancurkan, tetapi memabukkan, membawa perasaan ekstasi bagi siapa pun yang cukup dekat untuk merasakannya. Itu bukan sekadar buah; itu adalah ledakan keajaiban alam, puncak dari penantian ribuan tahun yang diungkap dalam sekejap keagungan.

Saat semua orang terpesona oleh keindahan cahaya yang berangsur memudar, Ren segera maju dan menyambar buah yang masih menggantung di dahannya. Buah persik 1000 tahun mirip dengan buah durian. Dia tidak bisa dipetik, hanya bisa ditunggu kejatuhannya. Tapi, bukan Ren namanya jika terbebani oleh hal seperti itu.

“Aku Ren Ren (Alvien) seorang JURU SELAMAT! BUAH INI MILIKKU!”

Zenin mengejar dengan susah payah. Tubuhnya yang dilapisi elemen angin dan badai tidak bisa menandingi kecepatan Ren Ren.

Satu kepalan tinju menghantam bumi. Jutsu elemen tanah—Piramida Kecil—sukses menghentikan Ren.

Ninja muda itu mengusap dahinya yang nyeri akibat benturan dengan Piramida Kecil.

“Dih, nama jurusnya sombong banget. Bisa-bisanya aku dihentikan oleh sebuah benda kecil!” Ren gusar sekaligus gemas. Ingin rasanya menendang piramida itu sampai tidak berbentuk tapi ternyata piramida itu terbuat dari batu terkeras di dunia.

“Apa ini berli—“

“Ren, berhenti memandangi benda itu! Yang lainnya sudah saling serang. Perang memperebutkan buah sudah dimulai!” seru Zenin mengingatkan.

Wajar saja Ren ter-distract. Ninja yang bisa mengendalikan berlian tidak pernah disebutkan dalam novel The Chronicles of Ninja Naga. Hari ini dia menemukan anomali kedua dari cerita TCONN. Sedangkan anomali yang pertama tentu saja adalah Alvien sendiri.

Zenin berusaha merebut buah persik yang sudah di tangan ninja elit. Dengan percaya diri Zenin menendang telapak tangan si ninja hingga buah itu terlempar ke udara. Zenin melanjutkan aksinya dengan jutsu elemen angin, “Futon—Eternal Spinjutsu!”

Zenin memutar tubuhnya, setiap putaran dibantu oleh dorongan angin yang membuatnya berputar semakin cepat. Hanya dalam 1,3 detik Zenin masuk ke mode SPIN, berputar seperti gasing yang membuatnya jadi sangat mematikan.

“Gadis berambut hijau itu berputar seperti gasing! Bakar dia dengan jurus elemen api!” perintah ninja yang sudah gatal mau membunuh seseorang.

“Jangan! Kau akan membakar buah persiknya juga!” cegah yang lainnya.

Buah persik jatuh ke tengah pusaran gasing dan menghilang dari pandangan orang-orang.

Karena takut serangan mereka mengenai buah berharga itu, para ninja pemburu memutuskan menunggu Zenin kembali normal terlebih dahulu. Zenin juga tidak bisa bertahan selamanya dalam mode itu, sekitar 2 menit kemudian dia kembali ke mode normal.

“Gadis itu sudah kembali normal! Cepat ser—“

“Kebanyakan omong kau! Langsung serang saja—Flame Snake!”

Zenin melihat serangan yang datang ke arahnya, dengan anggun dia menghindari serangan itu dan kembali ke sisi Ren.

“Luar biasa! Kau merebut buah itu dalam beberapa detik saja. Luar biasa Zenin!”

Zenin berkacak pinggang sambil menggigit buah persik yang kebetulan jatuh ke mulutnya.

“Jangan dimakan buahnya ya, ayo kita pulang.” Ren menarik tangan Zenin. Zenin terperanjat saat Ren tiba-tiba meraba tubuhnya, padahal maksud Ren adalah agar Zenin naik ke punggungnya.

“Lain kali bilang dulu kalau mau pegang-pegang! Aku tidak akan menoleransi hal seperti itu lagi meskipun kau sahabatku!” Keluh Zenin. Gadis itu merinding hebat.

“Dimengerti!” sahut Ren sambil full senyum.

\=\=\=\=\=\=

“Takkan kubiarkan mereka menangkap kita. Pegangan yang erat, Zenin!”

Seperti yang diharapkan dari Ren, dia sudah mempersiapkan satu jurus khusus agar tidak perlu berkelahi dengan para pesaing. Jurus itu sangat mirip dengan Hiraishin No Jutsu milik Minato Namikaze dari anime Naruto Shippuden, bedanya disini, media yang digunakan bukan kunai dengan tulisan melainkan ranting pohon biasa yang sudah dialiri Cakra oleh Ren.

“Kita siap berteleportasi!”

“Cepatlah Ren—musuh tinggal beberapa meter di belakang kita!”

Pengguna jutsu tanah yang tadi menghalangi Ren muncul dengan cara yang tidak diduga. Dia keluar dari dalam tanah, tepat di depan jalur pelarian Ren. Ren pun tidak menghentikan langkahnya dan tidak gentar dengan pengguna elemen tanah yang punya jutsu aneh itu.

“Aku tangkap aku! Manusia cacing tanah!” tantang Ren.

Ren melompat setinggi 10 meter. Ketinggian lompatan seperti itu biasa bagi seorang ninja. Ren lalu mengeluarkan jutsu elemen angin yang sudah lama dia lupakan untuk mengeraskan udara dan menjadikannya pijakan, “Futon—jurus 44 Langkah kaki Penguasa Surgawi!” Nama jutsu macam apa itu.. lebay banget.

Ren melanjutkan pelariannya di udara. Walaupun nama jutsu nya 44 Langkah Kaki bukan berarti Ren hanya bisa melangkah atau melompat 44 kali. Nyatanya selagi masih ada secuil saja Cakra, Ren bebas melangkah sebanyak apapun yang dia mau.

“Cih, licin juga kau. Sudah lama sekali aku tidak melihat seorang junior yang berpotensi sepertinya,” puji ninja itu yang lebih senior dari Ren dan Zenin. "Elemen Tanah—Labirin Mimpi Buruk!!!!"

DUAR!!

Bunyi ledakan terdengar, Ren tidak lagi berada di hutan yang luas. Lingkungannya telah berubah menjadi labirin besar yang berkelok-kelok.

"Bodoh. Aku tidak tahu siapa jenius yang mengeluarkan sihir ini, tapi aku hanya perlu terbang ke atas untuk melewatinya," gumam Ren.

Saat Ren sedang memanjat labirin yang tingginya 300 meter muncul bayangan hitam berselimut aliran listrik. Kemunculannya sangat mirip dengan peristiwa sambatan petir ke bumi.

Ren berhenti sejenak untuk menatap bayangan itu, dia adalah manusia. Lebih spesifik, ninja yang punya keahlian di elemen petir, sama seperti dirinya.

"Kenapa berhenti?"

"Kita punya masalah. Aku tidak yakin aku bisa kabur dari yang satu ini," jawab Ren sembari menunjuk dengan bibir monyongnya.

"Diamlah disitu Zen. Aku akan mengurus yang satu ini." Ucap Ren percaya diri pada kemampuannya.

Pertarungan antara dua ninja pengguna elemen petir akan segera dimulai.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!