Sky Rain terlalu gengsi untuk mengatakan jika dirinya mencintai sekretarisnya. Dia selalu beralibi, jika perasaannya pada janda seksi itu hanya sekadar penasaran saja.
Meski sudah cukup kentara perhatiannya, bahkan selalu menjadi seseorang yang ikut memisahkan hubungan Lala dengan lelaki- lelaki lain.
Pun, Sky masih tak mau mengakui jika dirinya
memiliki sebongkah ketulusan di hatinya. Malahan, Sky terus menunjukkan kesan jika dia hanya menginginkan seksinya Lala.
"Di luar sana banyak sekali personil Teletubbies yang mengantri untuk aku kencani, Lala!"
Lala menggerutu pelan. "Aku lebih suka kerja lembur dari pada menerima ajakan kencan boss mesum, galak, playboy, narsistik!"
Follow IG: Pasha_Ayu14 untuk tahu visual para tokoh Pasha yang menggemaskan ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKB bab 33
Sebagaimana sekretaris CEO, tugas Lala masih seputar mengatur jadwal dan agenda kegiatan mereka sehari-hari, membuat jadwal rapat di perusahaan dan menginformasikan pada semua peserta yang diundang, dari pelanggan, vendor, juga pemegang saham.
Mengorganisir dan merencanakan pertemuan, membuat notulen rapat, mengelola database dan sistem pengarsipan, menghubungi klien dan rekan kerja, itulah keseharian seorang Lala Karmela.
Seperti biasanya, Lala pun masih mengurus aktivitas Sky Rain. Lala tahu siapa saja yang akan bertemu dengan suaminya, termasuk pertemuannya dengan Viola siang ini.
Tepatnya, di restoran Kimmy food. Sky, Lala , Dominic beserta beberapa asisten bersiaga menyambut baik Viola.
Wanita yang mirip Leona itu cantik dengan tampilan yang masih seperti anak muda, bahkan jika Viola mengatakan masih berusia dua puluh tahun pun, masih dipercaya.
Inilah alasan kenapa Lala insecure. Viola tidak memiliki kekurangan selain sifat jelek yang suka mengejek. Bentuk tubuh, wajah, semua tampak mahal dan berkelas.
"Siang, Sky...," ucap Viola.
"Siang..." Sky tersenyum, lalu duduk di kursinya. Lala masih berdiri di sisi Dominic, ya memang harus begitu untuk sementara.
Viola melepas kacamata Safety miliknya lalu diletakkan di meja. "Maaf telat, tapi pagi tadi aku masih sibuk membereskan barang- barang pindahan ku."
"Pindahan?" Sky pura- pura tidak tahu. Dan jujur saja, Lala takjub dengan akting suaminya.
"Tidak penting," lanjut Viola, "tapi barangnya sudah aman di tempat tujuan." Yah, Viola sudah mendapatkan informasi bila mana dus kirimannya sudah tiba di tempat tujuan.
"Syukurlah." Sky tersenyum kembali. Lelaki itu menikmati sandiwaranya, ternyata cukup asik membodohi wanita licik ini.
Kurir yang mengantar barang Viola sengaja dicegat lalu diganti dengan barang yang lainnya, bahkan kurir tersebut disogok dan menjadi pengikutnya mulai sekarang.
"Pesanan ku masih sama," kata Viola. Lantas, Sky menjawabnya dengan senyuman.
"Sudah aku pesankan salmon salad sesuai kesukaan mu. Sebentar lagi pelayan mengantarkannya untuk mu."
"Sweet sekali."
Viola tersenyum, dia berekspresi seperti Leona. Sungguh, terkadang Sky juga melihat wajah Leona menari- nari di depannya.
"Oya, gimana kencan mu?" Viola menatap Lala yang memberikan tundukan sigap.
"Lancar," jawabnya.
Viola terkekeh meremehkan. "Semoga tua bangka mu tetap sehat supaya masih bisa kamu poroti uangnya."
"Aamiin." Apa salahnya mengamini doa yang baik, Lala setuju jika Sky tetap sehat, sedang Sky justru meliriknya dengan tajam.
Tua bangka lagi. "Ehm!" Dahaman yang mengalihkan atensi Viola seketika.
"Oya, Sky, ... Kau sudah boleh ke rumah malam ini," ucapnya. "Aku tunggu kamu." Viola selalu tersenyum, sampai seseorang datang mengacaukan lengkungan bibir manisnya.
"Siang Sky..."
Sky berdiri menyambut kedatangan beberapa orang berpakaian elegan. Tak terkecuali Viola yang lekas berdiri karena terkejut mendapati orang- orang yang sangat dia kenal.
"Om Rega, ... Mommy, ... Daddy!" Yah, Viola tak mengira, bahkan ada mertuanya yang datang dari negara Korea. "Eomeoni, ... Abeoji?"
"Kalian di sini?" Viola menyapanya dengan panik. Lalu, wanita tua itu menunjukkan map berisi lembaran kertas padanya.
"Apa benar, ini surat Lee Dong Gun?"
Ibu dari almarhum suami Viola mencecar menantunya. Dan Viola terkejut dengan surat wasiat terakhir Dong Gun yang entah kenapa bisa sampai ke tangan mertuanya.
"Kalian?" Viola memencar matanya. Ibunya, ayahnya, Om Rega, Sky dan semua orang, bahkan ada pihak yang berwajib dan para medis sudah mengelilinginya seolah akan menangkapnya.
"Benar tidak ini surat surat terakhirnya sebelum dia memutuskan bundir?!" Ayah Dong Gun yang sudah cukup tua itu berteriak keras dengan keterbatasannya.
"Itu tidak..." Viola tercekat kikuk. Sungguh, seharusnya surat wasiat lelaki jelek yang pernah menikahinya karena perjodohan itu tidak boleh diketahui orang banyak.
Di sana tertulis, "wahai Viola tercinta, menikahi mu adalah hal terindah yang pernah aku lakukan di seumur hidup ku.'
Di sana juga tertulis sebagaimana Dong Gun tidak mengapa meski Viola menginginkan kebahagiaan di usia senja tanpanya.
Dong Gun justru berterima kasih atas semua waktu yang Viola buang untuknya selama ini, dan seperti kemauan Viola yang terakhir, setelah Dong Gun wafat Viola mendapat seluruh kekayaannya sebagai bukti cintanya.
Masalahnya, Viola yang menyuruh Dong Gun meminum racun agar cepat wafat dan dia bisa cepat bebas dari jerat pernikahan yang sudah membuatnya gila.
"Kamu harus jelaskan semuanya di pihak yang berwajib!" sergah perempuan tua itu.
"Tapi..." Viola meronta ketika dua orang berseragam putih mengapitnya. Memang bundir seorang Dong Gun atas kemauan Dong Gun sendiri sebagai bakti cintanya, tapi ada indikasi dan intimidasi Viola jua.
Itulah yang membuat Viola harus berurusan dengan pihak berwajib. Terlebih, surat- surat wasiat Leona beserta pernyataan yang dibuat untuk mengancam Sky, rupanya hanya buatan halusinasi seorang Viola.
Viola dinyatakan memiliki Obsessive Compulsive Disorder yang cukup ekstrim, tidak hanya gerakan, tapi sudah meracuni pikirannya.
Salah satu obsesi yang tak wajar, keinginan Viola menjadi Leona bahkan telah dia lakukan dengan mengubah parasnya.
Menurutnya, wajahnya tidak begitu sempurna walau pada kenyataannya dia cantik. Dia perlu waktu puluhan tahun untuk bisa sesempurna yang dia inginkan seperti sekarang ini.
Keyakinannya mendapatkan Sky sempat memudar, sampai akhirnya dia dipertemukan kembali dengan lelaki itu. Lalu, muncullah lagi penyakit aneh dari dalam dirinya.
Obsessive love disorder yang dia miliki untuk Sky menguasainya lagi, menjadikan wanita itu mengalami erotomania; jenis gangguan psikologis yang ditandai dengan keyakinan bahwa seseorang mencintai atau tertarik pada dirinya, padahal kenyataannya tidak.
"Sky, ... Apa ini ulah mu?!" Viola yakin, Sky yang menjebaknya. Bisa dia terka dari senyum seringainya yang menyebalkan.
"Maaf, tapi dokumen yang kau pindahkan sudah ada di tangan ku."
"Brengsek kau, Sky!" Viola berteriak, lalu menatap ibunya penuh dengan intimidasi.
"Harusnya ini juga salah kalian, sudah Vio bilang, Vio tidak suka dinikahkan dengan tua bangka yang tidak sadar diri itu! Seharusnya kalian tahu, hidup bersamanya sebuah petaka yang menyiksa Vio selama ini, ... Vio tidak salah, jangan adili Vio, seseorang tidak bisa diadili hanya karena meminta suaminya membuktikan cintanya dengan bundir!"
Ibunda Viola terenyuh. "Kau perlu pengobatan, Sayang."
"Aku tidak gila, kau dengar Mommy!" Kalimat terakhir sebelum wanita itu masuk ke sebuah lift bersama para medis.
Rega menghela napas. Dia juga iba pada mantan besannya. Seharusnya, Viola tak berbuat mengecewakan setelah Leona pergi.
Sky masih berdiri kokoh di tempat. Sementara Rega dan yang lainnya sudah keluar melalui lift yang bersisian dengan lift yang membawa Viola.
"Ini untuk mu, Tante." Sky mengalihkan perhatian pada pemuda itu. Marco, lagi- lagi koki yang memuja- muja Lala keluar dapur.
"Hey Boss!" Tanpa rasa bersalah, Marco yang Sky berikan julukan Marni itu menyapanya.
"Apa ini?" Lala menerima bungkusan kotak makanan dari Marco. "Ini ifu mie buatan ku sendiri, Tante."
"Thanks, Marco."
Lala tersenyum, ya memang ramah adalah miliknya. Tapi, Sky tak suka dengan cara senyum istrinya, seperti meminta diadili di atas ranjangnya.
"Kau belum memecatnya?" Sky berbisik ketus pada Dominic.
"Dia aset kita, Boss!" kata Dominic. Marco sering menciptakan menu baru, bahkan rasa makanan buatannya benar- benar berbeda.
"Tapi calon PEBINOR!" ketus Sky.
Kemudian menarik paksa istrinya menuju tangga darurat, bahkan Marco hanya melongo menatapnya bingung setelah Sky merebut bungkusan makanan dari tangan Lala dan mengembalikannya lagi padanya.
"Pak! ... Kenapa harus lewat tangga darurat? Ini lantai delapan, Pak!" Lala bisa apa, tangan mungilnya ditarik begitu saja untuk masuk ke area yang sepi dari pengunjung restoran.
Dominic terkekeh, setelah ini, sudah dipastikan jika Sky akan menyuruhnya mematikan cctv di area tangga darurat.
Sekejap, Lala dibuat tersudut di permukaan dinding. Matanya membulat saat kemudian, Sky mulai mengendurkan dasi dengan tatapan yang terhunus tajam padanya.
Seperti akan menerkam. "K-kita tidak akan melakukannya di sini kan, Pak? Hehe, ini tangga darurat." Bahkan, saliva Lala teguk dengan kasar saking takutnya.
Terlebih, bisikan predator Daddy Wilona kini meremangi telinganya. "Ingat pasal ini. Satu kecemburuan yang aku rasa, harus dibayar dengan seratus desahan mu, Sayang!"
Berikutnya menyusul ya mentemen.