Seorang gadis bernama Arumi terjebak satu malam di kamar hotel bersama pria asing. Tak di sangka pria itu adalah seorang CEO. Orang terkaya di kotanya. Apa yang akan Arya lakukan pada Arumi? apakah Arya akan bertanggung jawab dengan kejadian malam itu, lalu bagaimana dengan calon istri Arya setelah tahu hubungan satu malam Arya dengan Arumi. Apakah dia akan membatalkan pernikahannya dengan Arya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ancaman untuk Arumi
Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, akhirnya ibu Arumi diperbolehkan pulang oleh dokter. Arumi saat ini masih tampak mengemasi barang-barang ibunya yang akan dia bawa pulang.
"Bu, aku sudah masukan semua barang-barang ibu ke tas," ucap Arumi.
"Iya Arumi. Terus, kita mau pulang naik apa?" tanya Bu Maya.
"Aku sudah pesan taksi kok Bu. Nanti kita naik taksi aja ya."
Bu Maya mengangguk.
"Baiklah. Ayo kita pulang Arumi. Sudah siap kan semua barang-barangnya?"
"Sudah Bu."
Arumi kemudian mendorong kursi roda ibunya sampai ke depan rumah sakit.
"Arumi..." ucap seorang lelaki sembari menghampiri Arumi.
Arumi terkejut saat melihat Jefri. Jefri adalah teman sekampus Arumi. Selama ini Jefri menyukai Arumi, namun Arumi selalu menolaknya karena Arumi tidak mau berurusan dengan Fani anak pemilik kampusnya. Karena Fani juga menyukai Jefri.
"Jefri. Mau ngapain kamu ke sini?" tanya Arumi dengan tatapan sinis.
Jefri tersenyum.
"Arumi, maaf ya. Aku baru sempat datang ke sini untuk jenguk ibu kamu. Tapi sepertinya kalian sudah mau pulang ya," ucap Jefri.
"Iya. Ibu aku sudah satu minggu di rawat di sini. Dan sekarang kami mau pulang."
"Oh, kebetulan kalau gitu. Aku bawa mobil. Bagaimana kalau aku antar kalian pulang."
"Nggak perlu. Aku bisa naik taksi kok "
"Arumi, aku mohon. Jangan tolak niat baikku. Aku cuma kasihan sama ibu kamu Arumi. Dia masih sangat lemah. Kalau naik taksi, kalian harus nunggu lama kan untuk menunggu taksi."
Arumi sejenak diam dan berfikir.
Benar juga sih kata Jefri. Apa lebih baik aku terima tawarannya saja ya. Lagian ini rumah sakit. Fani juga nggak akan lihat aku sama Jefri, batin Arumi.
"Baiklah. Aku mau ikut kamu," akhirnya Arumi menyetujui saran Jefri untuk menumpang mobil Jefri.
Jefri tersenyum. Setelah itu dia mengambil tas Arumi.
"Biar aku yang bawa Arumi," ucap Jefri.
"Iya. Makasih ya Jef."
Jefri dan Arumi kemudian melangkah ke arah dimana mobil Jefri terparkir.
Jefri membantu Bu Maya untuk masuk ke dalam mobil. Setelah itu Arumi dan Jefri pun ikut masuk ke dalam mobil. Mereka kemudian meluncur pergi meninggalkan rumah sakit.
Sesampainya di depan rumah Arumi, Jefri turun dari mobilnya. Setelah itu Jefri membuka pintu mobil untuk Arumi.
"Makasih ya Jef sudah mau ngantar aku dan ibu pulang."
"Iya sama-sama Arumi. Sekarang aku akan bantu kamu membawa ibu kamu masuk."
"Iya."
****
Pagi ini, Arumi sudah siap untuk pergi ke kampus. Sudah satu minggu Arumi tidak berangkat ke kampus karena harus menunggui ibunya di rumah sakit.
Sebelum pergi kuliah, Arumi sarapan bersama ibunya. Selama Bu Maya sakit, Arumi yang mengerjakan pekerjaan rumah termasuk memasak.
"Arumi, kamu sudah siap mau ke kampus?" tanya Bu Maya di sela-sela kunyahanya.
"Iya Bu. Aku mau ke kampus. Aku pengin cepat-cepat lulus agar aku bisa kerja di kantor."
Bu Maya tersenyum. Bu Maya sangat bangga pada Arumi. Sejak SD sampai kuliah, dia selalu mendapatkan peringkat satu. Dan Arumi bisa kuliah di kampus orang-orang elit itu juga karena bantuan beasiswa.
Setelah menghabiskan makanannya, Arumi bangkit dari duduknya. Setelah itu dia pamit pada ibunya.
"Bu, aku pergi dulu ya."
"Iya Arumi. Hati-hati ya di jalan "
"Iya Bu."
Setelah berpamitan pada ibunya, Arumi kemudian pergi meninggalkan rumahnya. Seperti biasa setiap ke kampus, Arumi selalu mengendari motornya.
Sesampainya di kampus, Arumi memarkirkan motornya.
"Arumi,"
Arumi menoleh ke belakang. Ternyata Jefri sudah berdiri di belakang Arumi.
"Jefri. Mau ngapain kamu ke sini?" tanya Arumi.
"Arumi. Kamu kenapa sih, selalu bersikap dingin sama aku. Aku kan cuma pengin dekat saja sama kamu."
"Jef, tolong jauhin aku. Aku nggak mau buat masalah lagi dengan Fani. Kamu tahu kan kalau Fani itu selama ini suka sama kamu. Kalau kamu dekat sama aku, Fani dan gengnya pasti akan membuly aku."
"Aku nggak peduli sama Fani. Aku nggak suka sama perempuan sombong itu. Selama ini gadis yang aku suka cuma kamu Arumi. Nggak ada yang lain."
"Tapi Jef, maaf. Aku nggak bisa menerima kamu. Aku hanya ingin fokus pada kuliahku. Aku ingin cepat lulus agar aku bisa mendapatkan pekerjaan yang layak untuk aku. Aku mau membantu ibu aku."
Jefri tersenyum.
"Arumi, aku nggak perduli kamu mau menerima aku atau mau menolak aku. Yang penting sekarang aku cuma suka sama kamu. Dan aku akan menunggu sampai kamu siap menerimaku menjadi pacar kamu."
Arumi bingung bagaimana caranya dia untuk menghadapi Jefri. Sudah beberapa kali Arumi menolak Jefri. Namun Jefri tidak pernah menyerah. Sepertinya Jefri sudah tergila-gila pada Arumi. Sejak awal Arumi berada di kampus itu, Jefri sudah mengejar-ngejar Arumi. Namun Arumi selalu menjauhinya karena dia tidak mau terlibat masalah dengan Fani.
Fani menatap Arumi dari kejauhan.
"Kurang ajar. Beraninya Arumi dekatin Jefri lagi. Apa dia nggak takut sama kita," ucap Salsa salah satu teman Fani
"Fan, apa kita harus kasih pelajaran ke Arumi," ucap Nana teman Fani yang lain.
"Arumi itu sudah benar-benar mau melawanku, ayo kita samperin dia. Kita kasih dia pelajaran. Agar dia tidak berani macam-macam sama kita. Beraninya dia mau rebut Jefri dariku," geram Fani.
Setelah Jefri pergi, Fani dan ke dua temannya menghampiri Arumi.
"Heh, Arumi. Sudah aku peringatkan berapa kali sama kamu. Jangan pernah dekatin Jefri. Tapi kamu masih nekat dekatin dia," ucap Fani sembari mendorong tubuh Arumi yang membuat tubuh Arumi terhuyung ke belakang.
Arumi terkejut saat melihat Fani dan ke dua temannya datang. Arumi tahu, pasti tadi Fani melihat Jefri sedang ngobrol dengannya. Makanya Fani langsung marah pada Arumi.
"Fani, aku nggak pernah dekatin Jefri. Jefri sendiri yang deketin aku. Lagian, aku dan Jefri juga nggak punya hubungan apa-apa. Kenapa kamu harus marah," ucap Arumi membela diri.
"Heh, Arumi. Aku peringatkan ya sama kamu. Jangan membuat masalah sama Fani. Kamu tahu kan Fani siapa? dia anak pemilik kampus ini. Kalau kamu berani macam-macam sama Fani, Fani bisa membuat kamu keluar dari kampus ini," ancam Nana.
"Mulai sekarang kamu jauhin Jefri. Karena Jefri itu cowok Fani. Kalau kamu masih ingin lama kuliah di sini, lebih baik kamu nggak usah buat masalah dengan Fani," ucap Salsa.
Arumi bingung harus menjelaskan apa pada Fani. Apapun yang Arumi katakan, Fani tidak akan mempercayainya. Arumi tidak mau terlalu lama meladeni mereka. Dia lebih memilih pergi meninggalkan Fani dan gengnya.
"Ih. Dasar. berani ya kamu melawan kita," ucap Salsa yang sudah cukup emosi karena Arumi pergi begitu saja meninggalkan mereka.
"Sudahlah, kita masuk kelas saja. Nggak usah ladenin dia. Aku yakin, Jefri dan dia nggak punya hubungan apa-apa. Lagian, mana ada cowok yang mau deketin anak orang miskin seperti Arumi. Lagian dia bisa sekolah di kampus ini juga karena beasiswa. Kalau nggak ada beasiswa, mana bisa dia kuliah disini," ucap Fania.