Falisya seorang gadis cantik yang berasal dari desa, dia terpaksa harus pindah sekolah ke kota karena orang tuanya.
ternyata tujuan dia pindah ke kota adalah untuk menikah dengan Mahendra, lelaki asing yang tidak ia kenal sama sekali.
mereka melakukan pernikahan karena perjanjian orangtua nya dahulu.
untuk merahasiakan pernikahan itu, mereka melakukan berbagai cara.
Di sekolah falisya adalah adik kelasnya mahendra.
Pertama kali falisya menginjakkan kaki di sekolah itu, ketos tampan tertarik padanya, hingga membuat Mahendra yang terkenal cuek dan dingin merasa tersaingi.
Ketos dan Mahendra adalah dua orang yang berpengaruh di sekolah, hingga membuat mereka saling bersaing. Mahendra tidak menyukai Alif yang selalu berusaha mendekati falisya, hingga berbagai cara ia lakukan untuk menjauhkan mereka berdua.
Bagaimana falisya dan Mahendra menyembunyikan pernikahan mereka?
Dan apa saja tantangan yang mereka dapatkan karena pernikahan itu?
Akankah mereka saling mencintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Falisyaa Cf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Ruang Olahraga
"Ngak, gue punya uang kali! Tenang aja." ujar falisya.
Mereka langsung masuk ke dalam kelas dan di jam pertama mereka ada pelajaran olahraga, dan praktek di lapangan. Para siswa kelas unggulan langsung mengganti pakaian menjadi pakaian olahraga. Falisya lupa membawa pakaiannya, dia tidak tahu jika hari ini ada pelajaran olahraga.
"Gimana nih? Semuanya udah pada kelapangan lagi? Gue pakai apa?" gerutu falisya.
"Falisya," panggil Alif.
"Eh kak alif, ada apa ya kak?" falisya langsung menghampirinya kedepan kelas.
"Lagi ngecek setiap kelas saja, Lo kenapa ngak ikut gabung sama yang lain?"
"Hmm, anu kak!"
"Anu apa?" tanya Alif mengerutkan keningnya.
"Lupa bawa bawa baju olahraga," jawab falisya menundukkan kepalanya.
"Kenapa bisa lupa? Mau pakai baju olahraga gue aja ngak?"
"Eh, emang bisa kak?"
"Bisa,"
"Nanti ya gue ambilin dulu!" Alif tersenyum manis dan langsung pergi mengambilkan bajunya.
Setelah lima menit kemudian, dengan nafas yang tersengal-sengal Alif langsung memberikannya kepada falisya. Wanita itu dengan ragu menerimanya, namun Alif langsung meletakkannya di tangan falisya dan tersenyum manis.
"Udah cepetan pakai ya, nanti Lo bisa di hukum. Kalau gitu gue pergi dulu!"
"Hmm, makasih, ya kak!"
"Kenapa baik banget sih, kalau Mahendra gue pasti langsung di cepuin sama guru penjas! Jan baik-baik banget dong kak alif nanti perasaan gue jadi oleng sama kakak nih," beo falisya.
wanita itu langsung menuju ke toilet dan mengganti pakaiannya, setelah selesai dia langsung berlari menuju lapangan dengan nafas yang ngos ngosan. Sesampainya di lapangan dia langsung menghadap guru penjas.
"Maaf, pak! Saya terlambat,"
"Kenapa kamu bisa terlambat?"
"Hmm, tadi-"
"Iya udah bergabung sana sama yang lainnya!" perintah guru tersebut.
"Baik pak, terimakasih." falisya langsung bergabung dengan yang lainnya.
"Falisya, kenapa Lo bisa terlambat? Dan kenapa pakai baju olahraga cowok?" bisik Gebby.
"Hah? Emang ada bedanya ya?" falisya sedang memperhatikan bajunya dengan milik gebby.
Benar saja, garis celana dan gambarnya berbeda. Pantesan aja banyak anak cewek yang melirik sinis kearahnya, ternyata karena dia memakai pakaian cowok.
"Ah bodolah, yang penting gue bisa ikut jam pelajaran olahraga dari pada nilai gue telorkan," ujar falisya.
Pelajaran kali ini mereka bermain voli, dan falisya cukup pandai waktu di sekolah lamanya. Sehingga waktu giliran dia servis bola voli tersebut, melambung tinggi dan terlalu jauh sehingga bola tersebut mengenai kepala Mahendra yang sedang berjalan dengan kedua temannya.
"Shit, sialan! Siapa yang ngelempar bola ini?" teriak mahendra emosi.
"Bukan, gue kak!" jawab yang lain.
Falisya saat ini meremas jemarinya, dia tidak menyangka jika bolanya mengenai Mahendra. Apa lagi saat di sekolah dia tidak bisa mengerjai lelaki itu dan bahkan sifatnya jauh berbeda, di sekolah lelaki itu dingin, acuh dan juga tidak bisa di sentuh jika tidak ingin mendapatkan masalah dengan dirinya.
"Falisya, kak! sengaja dia tuh," teriak Ariana.
"Ariana, Lo apa-apaan sih?" ketus Gebby.
"Lah kan emang bener, dari pada dia marah sama kita semua! Biarin aja falisya yang menanggung semuanya sendiri,"
"CK," Gebby ingin menonjok wajah wanita itu namun dia urungkan.
Falisya langsung maju dan mengambil bola tersebut, dia menatap kearah mahendra yang sedang emosi. Dia gugup dan juga gemetar, Mahendra menatapnya dengan tajam dan menarik lengannya.
"Ikut gue!" teriak mahendra.
Falisya dengan gemetar mengikuti langkah Mahendra dan di ikuti oleh kenzo dan juga julian. Dua lelaki itu mengambil bola volinya dan melemparkannya kearah para siswa yang sedang berolahraga. Gebby terlihat sangat khawatir dan ingin menolongnya, akan tetapi bisa jadi dia yang terkena masalah nantinya.
"Mahendra, Lo jangan kasar-kasar Napa dah sama falisya , lagian kan ngak kuat juga kenak nya," ujar Julian.
"Diam kalian berdua, dan pergi sekarang! Tinggalkan kami berdua saja," perintah Mahendra.
"Tapi-."
"Ngak ada, tapi-tapian, cepatan pergi!"
Mereka berdua Langsung pergi dan meninggalkan Mahendra dan falisya berdua saja, Mahendra membawa masuk falisya kedalam ruangan penyimpanan barang olahraga. falisya menatap manik mata Mahendra dengan gugup.
"Kak, maaf!"
"Lo tahu kesalahan lo apa?" tanya Mahendra.
Falisya menganggukkan kepalanya, "Lo sengaja ya?"
falisya menggelengkan kepalanya dan langsung melihat kearah kepala Mahendra, "Sakit ya, kak?"
"Menurut Lo?"
"Nanti dirumah falisya obatin ya!"
"Ngak, obatin sekarang!"
"Sekarang?"
"Yaiyalah, kan sakitnya sekarang!"
Mahendra langsung duduk di sofa dan menepuk kursi sebelahnya agar falisya juga duduk di kusi tersebut, setelah falisya duduk Mahendra langsung meletakkan kepalanya di atas paha wanita itu membuat falisya membulatkan matanya.
"Kak," lirih falisya.
"Jangan banyak bicara, pijatin sekarang!"
Mahendra langsung memejamkan matanya, falisya gugup di posisi Seperti ini. Dia langsung memijat perlahan kepala lelaki tersebut, Mahendra mendengar detak jantung falisya saat ini. Dia mengulumkan senyumannya dan langsung merubah raut wajahnya kembali datar.
"Kak, sudah!"
"Kak Mahendra," panggil falisya.
"Apa, dia tidur? Gue capek-capek mijatin dia enak tidur?"
"Ah, dasar ya! Memanfaatkan kesempatan banget, padahal kan ya ngak sakit banget orang cuma kenak begitu doang, di pukulin preman kemarin ngak sakit padahal," gerutu falisya.
falisya langsung terdiam dan menatap lekat wajah lelaki itu, tiba-tiba detak jantungnya berdetak kencang lagi. Dia langsung memegang dadanya, dia tidak mau jika Mahendra mendengar bunyi detak jantungnya itu. Bisa-bisa nanti dia salah paham lagi dengan perasan Falisya.
falisya merapikan rambut Mahendra dan mengumumkan senyumnya, dia tersenyum manis dan menatap Mahendra dengan tatapan yang dalam. Jam istirahat telah berlalu, rencana falisya yang ingin mentraktir satu sekolah gagal total akibat Mahendra belum juga terbangun.
"Kak, bangun!"
"Huft, sampai kapan sih disini terus? Kalau ada yang lihat trus salah paham gimana? Ah, kak Mahendra mah!"
Falisya tanpa sadar ikut memejamkan matanya dan tertidur, tangan falisya di tarik oleh mahendra dan di letakkan didadanya lalu ia genggam. lelaki itu memiringkan tubuhnya dan memeluk falisya, lelaki itu tidak tertidur sama sekali dia hanya tidak ingin falisya di permalukan satu sekolah nantinya, entah kerasukan apa lelaki itu tetapi dia benar memikirkan falisya kali ini.
Tanpa sadar Mahendra akhirnya tertidur juga, posisi seperti ini membuat Mahendra merasa nyaman. Entah sesuatu apa yang di lakukan oleh falisya sehingga dia ingin waktu ini terus berjalan sangat lambat dan bahkan berhenti sebentar.
Di luar ada seseorang yang ingin membuka pintu dan suaranya terdengar berisik sehingga membuat falisya terbangun dan membulatkan matanya, dia melihat Mahendra masih tertidur dengan memeluk dirinya, falisya langsung menggoyang-goyangkan tubuhnya.
"Kak, bangun! Ada orang yang Dateng!"
Mahendra langsung terbangun dan membulatkan matanya, namun dia berusaha tenang dan langsung berjalan untuk membukakan pintu. Akan tetapi, falisya menahan nya dan menatap memohon ke arah lelaki itu.
"Kak, jangan di buka nanti bisa ada masalah baru! Kalau kita di tuduh berbuat mesum disini gimana?"
"Otak Lo yang mesum," ketus mahendra.