Lu Nana adalah Gadis tomboy yang terkenal di kampusnya.
karena orangnya ceria dan suka mengikuti bermacam kegiatan olah raga dan seni.
Jadi dia memiliki banyak teman.
Tapi ketika temannya mengerjai Jam bekernya dengan mempercepat waktu, jadi dia kira sudah terlambat ke kampus.
Dengan tergesa - gesa dia menyebrang tanpa memperhatikan, akhirnya terjadilah kecelakaan.
Tapi akibat dari itu jiwanya berpindah ke zaman kuno, ketubuh Selir yang di asingkan, kelaparan dan sendirian. selir yang pendiam dan mudah di tindas, karena kecantikannya yang membuat banyak wanita lain Iri. menggunakan trik untuk menjatuhkannya. Dia hanya diam.
Tpi sekarang jangan harap, dia sudah mati saya penggantinya tuk balas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Harefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 31 Sungguh tragis nasib adikku
Mereka ber empat saling memandang. Macan kumbang? Apakah macan masuk kedalam istana dingin?
"Panggilkan Yan sing!" perintah Jendral Yan He.
Tak berapa Lama Yan sing datang. Dengan wajah menunduk dia melihat nona-nya.
"Nona kenapa?" dia terlihat ketakutan, nona-nya sakit apa?
"Itu yang hendak aku tanyakan ke padamu. Selama di sana, apakah pernah binatang buas, seperti macan atau sejenisnya masuk ke dalam istana dingin?"
Yan sing menggeleng. "Binatang buas tidak pernah masuk kedalam istana dingin karena tembok yang tinggi. Tapi nona pernah membawa mayat Macan dari hutan terlarang di belakang kastil."
"Apa?!" mereka kembali terkejut.
"Bagaimana dia bisa sampai ke dalam hutan terlarang? Bukankah dinding tembok itu tinggi seperti katamu?"
"Selama kami tidak di beri makan dari dalam istana timur, nona memanjat dinding tembok melalui sulur kayu yang merambat masuk kedalam tembok. Dia pergi berburu memasuki hutan terlarang. Biasanya dia membawa kelinci, burung dan babi hutan. Tapi terakhir kali dia membawa macam hitam yang besar. Nona menyuruh saya mengambil kulitnya agar bisa di pakai di musim dingin nanti. Karena di sana udaranya terasa lebih dingin dari wilayah lain." Yan sing menjelaskan.
"Mana kulitnya?" tanya putra tertua.
"Ada di karung coklat di dalam gerbong tadi" jawab Yan sing dengan sedikit rasa bersalah karena tidak mengetahui sakit yang di alami nona nya.
Kemudian Ling Yuan menyuruh bawahannya untuk mengambil benda tersebut.
"Jadi bagaimana ini tabib?" Tanya Jendral Ling
"Sepertinya macan itu bukan binatang biasa, dia binatang berevolusi, bisa jadi racun tubuhnya memasuki tubuh nona Ling. Kita harus mencari tahu dulu binatang seperti apa ini. Oya daging macan ini kalian apakan?" Tabib itu menatap pelayan Ling Nana.
"Kami memakannya." ucap Yan sing dengan polosnya, "Kami tidak memiliki makanan, jadi kami makan. Sedangkan tumbuhan yang kami tanam itu belum bisa di panen , dan rencana beberapa hari ini kami akan memasaknya. Tapi ternyata kami bisa keluar dari istana dingin itu."
Jendral Ling Yan he memegangi kepalanya dengan sangat geram, seandainya putra mahkota itu orang biasa, dia hendak mendatanginya lagi dan membunuhnya.
Begitu juga dengan ke tiga sepupunya, mereka mengepalkan tangan dengan marah. Tak berapa lama pria yang di suruh putra pertama tadi masuk dan membawa sebuah karung yang masih terikat. Kemudian dia di suruh untuk membukanya.
Dia membuka karung tersebut dan mengeluarkan sebuah kulit buluh yang berwarna gelap dengan totol lebih gelap. Tabib Lu memperhatikan kulit binatang itu bagian dalam dan bagian luar.
Kulit itu terlihat besar sekali dengan panjang hampir 2 meter tanpa kulit kepala dan lebarnya juga hampir 2 meter.
"Ini..? Sangat besar sekali, bagaimana Ling Nana membunuhnya?" ucap putra ketiga seakan ingin menangis.
"Sungguh tragis nasib adikku" sambungnya lagi sambil mendekat dan membelai kepala Ling Nana dengan perasaan yang berkecamuk sedih dan geram bercampur jadi satu.
Adik yang biasa mereka manjakan, bertahan hidup di hutan terlarang dengan mempertaruhkan nyawanya.
"Aku tidak akan pernah mendukung putra mahkota untuk menjadi kaisar masa depan." ucap Ling Tu shi lagi.
"Ya, memang dia sangat tidak pantas" sambung Ling Chen.
Kemudian dia memperhatikan kulit binatang itu.
"Ini, lukanya ada di bagian leher dan perut. Tapi pakai apa Ling Nana melukainya?"
"Nona memiliki pedang dan belati, serta ada busur panah juga." jawab Yan sing, yang pernah melihat senjata itu ketika Ling Nana memanjat tembok hendak ke hutan.
"Dari mana dia mendapatkannya? Dan di mana sekarang senjata itu berada?" tanya putra pertama.
"Saya kurang mengetahui dimana nona menyimpannya" ucapnya dengan sendu.
"Sudah, sudah, jangan yang itu dulu kita bahas, bagaimana dia biar dia bisa sembuh. Itu terlebih dahulu." kata Ayah mereka. Ya, itu memeng benar, Nana harus sadar dulu.