NovelToon NovelToon
My Suspicious Neighbour

My Suspicious Neighbour

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Cintapertama / Mata-mata/Agen / Romansa / Trauma masa lalu
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Difar

Mbak Bian itu cantik.

Hampir setiap pagi aku disambut dengan senyum ramah saat akan menikmati secangkir kopi hangat di kafe miliknya.

Mbak Bian itu cantik.

Setiap saat aku ingin membeli produk kecantikan terbaru, maka mbak Bian-lah yang selalu menjadi penasehatku.

Mbak Bian itu cantik.

Setiap saat aku butuh pembalut, maka aku cukup mengetuk pintu kamar kost tempat mbak Bian yang berada tepat di sampingku.

Ah, mbak Bian benar-benar cantik.

Tapi semua pemikiranku sirna saat suatu malam mbak Bian tiba-tiba mengetuk pintu kamarku. Dengan wajah memerah seperti orang mabuk dia berkata

"Menikahlah denganku Cha!"

Belum sempat aku bereaksi, mbak Bian tiba-tiba membuka bajunya, menunjukkan pemandangan yang sama sekali tak pernah kulihat.

Saat itu aku menyadari, bahwa mbak Bian tidaklah cantik, tapi.... ganteng??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Difar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18. Sesi Tanya Jawab

Aku menyipitkan mata, menatap mas Raka dengan tatapan menyelidik. Aku yakin satu juta persen mas Raka tadi mengatakan 'Cowok seperti Bian'. Mas Raka terdiam sebentar, sebelum akhirnya menjawab dengan cengiran receh di wajahnya

"Maksud mas sih, kalau seandainya si Bian cowok sekalipun, tetap aja kekuatannya cuma remahan rengginang bagi Mas. Begitu Cha."

Jelasnya panjang lebar.

 

Aku menghernyitkan alis, menyelidiki ekspresi mas Raka yang kembali santai dan tenang seperti sedia kala.

"Oh."

Jawabku akhirnya begitu tak menemukan tanda-tanda keanehan di dalam ekspresi mas Raka.

 

"Oh doang Cha?"

Tanya mas Raka dengan ekspresi heran yang dilebay-lebaykan.

Aku menghernyitkan alis lagi

"Lha, terus?"

"Agak di puji kek. Biar mas bahagia gitu"

Jawab mas Raka sambil memanyunkan bibirnya.

 

"Hhh"

"Oke, ulang deh mas!"

Perintahku sambil memandang mas Raka.

 

"Bentar ya-"

Mas Raka lalu berdehem, seolah sedang membersikan tenggorokannya dan mulai mengulangi kalimatnya dengan tingkat kebanggaan level maksimal

"Kalau seandainya si Bian cowok sekalipun, tetap aja kekuatan dia cuma remahan rengginang bagi Mas!"

 

Aku membulatkan mata selebar mungkin sambil menutup mulutku yang menganga histeris dengan kedua tanganku

"Ya ampun mas Raka kuat banget! Jadi terpesona akutuh ngelihat mas Raka!"

Seruku dengan nada sehisteris mungkin.

 

Tawa mas Raka seketika meledak. Dia lalu mengacak-acak rambutku.

"Kalau lagi lebay gini, Icha imut banget sumpah!"

 

Aku hanya menampilkan tawa tak ikhlas dan berusaha sebisa mungkin menghindari tangan tak bertanggung jawab milik mas Raka yang sukses membuat rambutku bak dihantam angin puting beliung, alias sangat berantakan. Untung saja saat ini mbak Bian sedang mengecek persediaan bahan di gudang cafe. Kalau tidak bisa kubayangkan baku hantam season kesekian terjadi lagi kalau dia melihat apa yang mas Raka lakukan.

 

"Oh iya Cha. Icha akrab dengan anak yang namanya Cancan dan Siska di kampus?"

Tanya mas Raka serius, wajahnya berubah menjadi tanpa ekspresi, seakan tawa yang baru saja keluar hanyalah ilusi optik semata.

 

Aku mengangguk sambil memiringkan kepala tak yakin, merasa bingung bagaimana mas Raka bisa tahu perihal Cancan dan Siska. Padahal aku tak pernah bercerita kepada mas Raka. Lagian mas Raka juga tak pernah ke kampusku. Ah, pasti mbak Bian yang bercerita kepada mas Raka! Kalau tidak, mana mungkin mas Raka tahu soal Cancan dan Siska?

 

"Oh-"

Gumam mas Raka,

"Mereka anaknya gimana?"

Tanyanya, kali ini dengan nada santai seperti biasanya.

 

Aku memegang dagu, mencoba memikirkan apa yang harus kukatakan tentang Cancan dan Siska agar kelak ketika mereka tahu bahwa aku membicarakan mereka dengan mas Raka, mereka tak akan mengamuk. Soalnya Cancan dan Siska adalah pecinta pria tampan, dan mas Raka masuk ke dalam kategori itu.

 

Kalau orang lain ditanya soal tipe ideal, rata-rata mungkin akan menjawab seperti ini: Baik, pintar, ganteng, lucu dan lain-lain. Nah, kalau Cancan dan Siska yang ditanya perihal tipe ideal, hanya ada tiga kata yang mereka sebutkan dan cari dari pria, yaitu tampan, tampan dan tampan!

 

"Hmm"

"Mereka baik, tidak sombong, rajin menabung, suka menolong, jujur dan bersahaja, berjiwa demokrasi, gembira dan tidak putus asa. Ya, begitulah mas."

 

"Ebuset, mereka anak pramuka atau begimana? Sebegitu amat!"

Ucap mas Raka sambil menggelengkan kepala. Aku hanya nyengir kuda sambil menggaruk kepalaku. Percayalah semua yang baru saja kuucapkan adalah pencitraan semata. Aslinya justru kebalikan dari semua yang kuucapkan. Pintar menabung? Pff, rasanya aku ingin tertawa mengingat hobi memajukan UMKM (alias jajan) mereka setiap hari.

 

"Mereka nunjuki tingkah yang aneh nggak?"

Tanya mas Raka lagi.

 

"Mereka mah memang selalu aneh mas. Kalau nggak aneh cuma ada dua alasannya, kesambet atau belum makan tiga hari."

Jawabku.

 

Mas Raka lagi-lagi menganggukkan kepalanya.

"Mereka suka kepo nggak sih? Terutama hari ini?"

Mas Raka masih melanjutkan sesi tanya jawabnya.

 

Aku mencoba mengingat-ingat tingkah sobat misqueenku seharian tadi dan tak merasa ada keanehan di diri mereka. Kalau soal kepo sih, Cancan dan Siska jangan ditanya lagi, wajar itu mah. Yang ada kalau mereka nggak kepo baru patut di curigai.

 

"Kayaknya nggak ada deh mas, memangnya kenapa?"

Aku balik bertanya, penasaran.

 

Mas Raka menganggukkan kepalanya lagi, tapi tak menjawab pertanyaanku.

Tiba-tiba sebuah pemikiran melintasi otakku.

"Jangan-jangan... mas Raka suka ya sama salah satu dari mereka?"

 

Wajah mas Raka terlihat kaget dan seketika memucat, membuatku semakin yakin dengan kesimpulan yang baru saja ku ambil. Mungkin karena mbak Bian terlalu sering menceritakan kedua sahabatku itu dengan mas Raka, dia jadi penasaran dan tanpa sadar memendam rasa suka kepada Siska atau Cancan.

 

Pas deh itu. Kayak sinetron-sinetron sama novel romantic yang sering kubaca, Seorang pria yang sama sekali nggak kenal dengan si wanita, perlahan jatuh cinta hanya karena temannya sering menceritakan wanita itu. Semakin lama, perasaan si pria semakin besar hingga akhirnya dia memutuskan untuk menemui wanita itu. Tapi sialnya, ekspektasi si pria tak sesuai kenyataan. Wanita yang dia sukai ternyata tak waras dan kurang akhlak. Cerita akhirnya ditutup dengan si pria yang pergi akibat patah hati. Dalam hati aku hanya tertawa sendiri membayangkan kehaluan yang sedang menari-nari di kepalaku. Berkhayal seperti ini ternyata seru juga.

 

"Iya, tapi jangan bilang-bilang ya"

Ucap mas Raka setengah berbisik, membuatku langsung membulatkan mata tak percaya. Padahal aku hanya bercanda tadi.

 

"Serius mas? Sama siapa?"

Tanyaku antusias.

Maklumlah, sedari dulu aku suka menyomblangi seseorang. Hanya saja, entah kutukan atau bagaimana, aku tetap menjomblo hingga seusia ini, hiks.

 

"Hmm"

Mas Raka terlihat berpikir.

"Siska?"

Jawabnya yang lebih mirip seperti pertanyaan.

 

Aku hanya ber oh oh ria mendengar jawaban mas Raka. Memang sih, Siska adalah pilihan yang lebih lumayan dari pada Cancan, terutama dalam hal kegilaan. Siska masih sedikit lebih waras daripada Cancan.

 

"Jadi, agak perhatiin mereka ya Cha. Mas masih bimbang sebenarnya mau milih Siska atau Cancan."

 

"Oke sip mas. Aku siap sedia kok jadi mak comblangnya mas Raka!”

Ucapku riang sambil mengacungkan jempol.

 

Mas Raka lagi-lagi merentangkan tangannya, siap untuk memelukku. Untung aku berhasil menghindar dengan cara berjongkok.

 

"Dih, Icha-nya mas bagus banget refleksnya!"

Puji mas Raka setelah aku kembali di posisiku, tentu saja mengambil beberapa langkah menjauh agar bebas dari radar pelukan ngasal mas Raka.

 

Aku memanyunkan bibir sebal

"Mas katanya suka sama Siska, kenapa masih sembarangan main peluk aja?"

"Jadi fucek boy itu nggak baik mas, bisa-bisa kena azab mas entar. Mas sering nonton sinetron ikan terbang kan? Entar mas dapat azab begini, tangan mayat tak bisa dibengkokkan karena semasa hidup menjadi fucek boy yang hobi pelak-peluk sana sini!"

Protesku sebal.

 

Mas Raka tertawa pelan begitu mendengar omelanku.

"Maaf Cha, kebiasaan. Habisnya Icha pelukable banget sih."

Jawabnya ngeles.

 

Heleh, banyan cing cong, memang fucek boy paling pandai bersilat lidah!

Saat aku dan mas Raka ingin melanjutkan obrolan kami perihal Siska, beberapa tamu yang masih berseragam SMA tiba-tiba datang memasuki café dan mulai memesan menu kopi berbagai varian. Mas Raka hanya menghela nafas berat. Tentu saja gerombolan anak SMA itu adalah pelanggan setia sekaligus fans mas Raka. Duh mas Raka ini, macam idol saja.

1
3d
iringan musik, thor🙏
emi_sunflower_skr
Kekuatan kata yang memukau, gratz author atas cerita hebat ini!
☯THAILY YANIRETH✿
Karakternya begitu kompleks, aku beneran merasa dekat sama tokoh-tokohnya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!