Bian, seorang pria berusia 30-an yang pernah terpuruk karena PHK dan kesulitan hidup, bangkit dari keterpurukan dengan menjadi konten kreator kuliner. kerja kerasnya berbuah kesuksesan dan jadi terkenal. namun, bian kehilangan orang-orang yang di cintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D.harris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehadiran Anjani
Setelah mengetahui kabar kehamilannya, Rissa memutuskan untuk memberikan fokus penuh pada kesehatan dirinya dan bayi yang sedang dikandungnya. Ia mulai mengurangi aktivitas bisnis dan menyerahkan sebagian besar tanggung jawab operasional toko kuenya kepada Bian.
Bian dengan senang hati mengambil alih pekerjaan Rissa, mulai dari mengatur stok bahan baku hingga memastikan pesanan pelanggan tetap berjalan lancar. Meskipun kesibukannya bertambah, Bian merasa senang bisa mendukung Rissa dan memastikan bisnis mereka tetap berjalan dengan baik.
Rissa, di sisi lain, menggunakan waktu luangnya untuk mengikuti berbagai kelas kehamilan, seperti yoga, kelas senam hamil, dan seminar tentang pola asuh bayi. Ia juga rutin berkonsultasi dengan dokter untuk memantau perkembangan kehamilannya. Di sela-sela waktu itu, Rissa mulai menulis jurnal kehamilan, mencatat perasaannya, perubahan yang ia alami, dan harapan-harapannya untuk masa depan keluarganya.
Sabda, yang sangat antusias dengan kehadiran adiknya, sering ikut menemani Rissa saat yoga prenatal atau membaca buku-buku tentang bayi. "sabda udah ngga sabar ketemu adek, ma" katanya suatu hari sambil memegang perut Rissa dengan hati-hati.
Bian juga memastikan Rissa merasa istimewa selama masa kehamilannya. Ia sering memasak makanan sehat untuk Rissa, mengajaknya jalan-jalan sore di pantai, dan bahkan menghadiahkannya bantal khusus untuk ibu hamil agar tidurnya lebih nyaman.
“Mas, kamu nggak capek ngurus semuanya?” tanya Rissa suatu malam ketika mereka bersantai di ruang keluarga.
Bian tersenyum dan menggenggam tangan Rissa. “Capek sedikit nggak apa-apa, yang penting kamu dan bayi kita sehat. Aku nggak mau kehilangan momen ini, Ris.”
Dengan dukungan penuh dari Bian, Rissa merasa lebih tenang dan bahagia. Mereka berdua sepakat untuk menghadapi masa-masa kehamilan ini dengan kebersamaan, saling mendukung, dan cinta yang tak tergoyahkan.
......................
Tak terasa 9 bulan berlalu. pagi itu, rissa sedang membuatkan kopi untuk bian. Tiba-tiba ia merasakan nyeri di perutnya. Rissa berteriak memanggil bian. mendengar teriakan istrinya, bian langsung berlari untuk menolong. Dengan sigap bian memapah rissa dan membawanya ke rumah sakit.
Setelah proses persalinan yang cukup lama, Rissa melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik di sebuah rumah sakit di Bali. Bian setia menemani proses persalinannya. Ketika tangisan pertama bayi mereka terdengar, air mata kebahagiaan langsung mengalir di wajah Bian. Rissa terlihat lelah tetapi tersenyum penuh kebahagiaan.
“Selamat datang di dunia, Anjani,” bisik Bian sambil menggenggam tangan mungil putrinya yang baru lahir.
Nama Anjani dipilih karena keindahannya dan maknanya yang dalam, terinspirasi dari sosok dewi kecantikan. Nama itu dirasa sangat cocok untuk menggambarkan kehadiran bayi perempuan yang membawa kehangatan dan kebahagiaan baru ke dalam keluarga mereka.
Sabda, yang kini resmi menjadi seorang kakak, tampak sangat bangga dan antusias saat pertama kali melihat adiknya. “Dia kecil banget, ya, Pa. Aku boleh gendong nanti?” tanyanya dengan mata berbinar-binar.
“Tentu boleh, asal hati-hati,” jawab Bian sambil mengacak-acak rambut Sabda.
Momen itu menjadi salah satu kenangan paling indah bagi keluarga mereka. Anjani hadir sebagai simbol harapan baru, kebahagiaan, dan cinta yang semakin erat mengikat mereka satu sama lain.
......................
Setelah beberapa hari di rumah sakit untuk pemulihan, akhirnya Rissa diperbolehkan pulang ke rumah. Bian dan Sabda telah menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut kedatangan Rissa dan bayi kecil mereka, Anjani.
Di rumah, kamar khusus untuk Anjani sudah siap dengan nuansa warna pink yang lembut, dihiasi dengan dekorasi bertema bunga dan bintang. Tempat tidur bayi mungil berlapis selimut berbahan halus, rak-rak kecil berisi boneka, dan lampu malam berbentuk bulan menjadi pelengkap sempurna. Di salah satu sudut kamar, ada kursi goyang untuk Rissa, tempat ia bisa menyusui atau menghabiskan waktu tenang bersama Anjani.
“Wah, kamarnya cantik sekali, Mas. Kamu dan Sabda yang menyiapkan semuanya?” tanya Rissa sambil menggendong Anjani.
Sabda langsung menjawab dengan penuh semangat, “Iya, Ma! Aku bantu Papa pilih boneka dan lampu. pasti adek bayi suka !"
Bian tersenyum dan memeluk mereka. “Ini semua kami siapkan untuk Anjani dan tentu saja untuk kamu, Ris"
Rissa merasa terharu melihat perhatian dan usaha Bian serta Sabda. “Terima kasih, Mas, Sabda. Ini lebih dari cukup"
Hari-hari awal di rumah diisi dengan momen-momen indah meski penuh tantangan. Sabda senang membantu mengurus adiknya, mulai dari mengambilkan popok hingga membantu menenangkan Anjani saat menangis. Sementara itu, Bian semakin terbiasa berbagi peran dengan Rissa, memastikan bahwa Rissa punya cukup waktu untuk istirahat.
Anjani membawa kebahagiaan baru ke dalam keluarga mereka. Tawa kecilnya mulai memenuhi rumah, menjadi pengingat akan cinta yang tak tergantikan di antara mereka.