Marsya adalah seorang dokter umum yang memiliki masa lalu kelam. Bahkan akibat kejadian masa lalu, Marsya memiliki trauma akan ketakutannya kepada pria tua.
Hingga suatu malam, Marsya mendapatkan pasien yang memaksa masuk ke dalam kliniknya dengan luka tembak di tangannya. Marsya tidak tahu jika pria itu adalah ketua mafia yang paling kejam.
Marsya tidak menyangka jika pertemuan mereka adalah awal dari perjalanan baru Marsya. Dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata ketua mafia yang bernama King itu ada kaitannya dengan masa lalu Marsya.
Akankan Marsya bisa membalaskan dendam masa lalunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 29 Mabuk
Pasca operasi, kondisi Marsya baik-baik saja dan stabil. Perlahan, Marsya membuka matanya dan menyisir setiap sudut ruangan. Marsya tahu jika itu di rumah sakit, karena aroma rumah sakit sangat khas dan Marsya sangat merindukan itu.
"Aku kira, aku sudah mati," gumam Marsya.
"Memangnya kamu pikir aku akan membuatmu mati semudah itu," seru King.
Marsya kaget, dia pikir dia sendirian di ruangan itu tapi ternyata ada King yang sedang duduk sembari menatap dirinya. King bangkit dari duduknya, dan berjalan menghampiri Marsya. "Kamu kuat juga menghadapi anak buah Takeda sendirian. Kenapa kamu tidak meminta bantuan? kalau kamu mati bagaimana?" ucap King sedikit kagum.
"Bukannya tadi Tuan yang bilang, kalau aku tidak akan mati semudah itu? Tuhan itu berpihak kepadaku, jadi tidak akan membiarkan aku mati dulu sebelum dendam aku terbalaskan," sahut Marsya.
"Sekarang kamu tahu 'kan Takeda itu siapa?" tanya King.
"Iya, dia Papanya Nyonya Tessa. Apa aku bunuh saja Nyonya Tessa sebagai balasan tua bangka itu sudah membunuh Kakekku," ucap Marsya dengan penuh keberanian.
King menunjuk wajah Marsya dengan tatapan matanya yang tajam. "Jangan coba-coba kamu menyentuh Tessa, atau aku sendiri yang akan membunuh kamu," geram King.
"Apa Tuan masih ingat dengan janji Tuan? jika Tuan akan membantu aku membalaskan dendam aku jika aku mau mengurus anak-anak? tapi sekarang aku tahu jika Tuan hanya menipuku, Tuan hanya memanfaatkan aku, karena aku yakin Tuan tidak akan berani membunuh tua bangka itu karena dia adalah Papa dari wanita yang sangat Tuan cintai," seru Marsya.
King mengeraskan rahangnya, jika Marsya tidak sakit mungkin King sudah mencekiknya. King mengepalkan kedua tangannya, lalu tanpa bicara sepatah kata pun King pergi dari ruangan rawat Marsya. Marsya menghela napasnya, kali ini dia harus berani melawan King.
***
Waktu pun berjalan dengan sangat cepat, satu minggu berlalu dan Marsya sudah diperbolehkan untuk pulang namun dia tidak diperbolehkan mengangkat yang berat-berat dulu. Anak buah King menjemput Marsya, sesampainya di rumah King dia langsung masuk ke dalam kamarnya. Marsya merebahkan tubuhnya, kali ini dia sudah tidak mau ikut campur urusan keluarga King.
Sementara itu, Andrew saat ini sedang berada di ruangan kerja King. "Bagaimana, apa yang kamu temukan akhir-akhir ini?" tanya King.
"Saya belum menemukan hal yang mencurigakan Tuan, sepertinya akhir-akhir ini semuanya masih berjalan dengan baik-baik saja," sahut Andrew.
"Jangan lengah, kamu harus tetap awasi keduanya," ucap King.
"Baik, Tuan," sahut Andrew.
Sebenarnya bukan tidak terjadi apa-apa, hanya saja Raja dan Tessa pandai menyembunyikan hubungan mereka. Sudah satu minggu, Raja di luar negeri dan rencananya malam ini Raja akan pulang. "Kamu booking restoran yang biasa aku datangi untuk malam ini, karena aku akan mengajak Tessa makan malam bersama. Dan usahakan, restoran itu steril tidak ada orang satu pun karena aku ingin berdua saja," perintah King.
"Siap, Tuan."
***
Malam pun tiba....
King berangkat duluan ke restoran karena sebelumnya dia masih ada sesuatu yang harus dia urus dan dia tidak mau sampai Tessa ikut. King mengirim pesan kepada Tessa lalu King pun menyuruh anak buahnya untuk menjemput Tessa. Sementara itu, Tessa tampak terdiam saat membaca pesan yang baru saja King kirim kepadanya.
"Astaga, malam ini Raja pulang kalau sampai Raja pulang dan aku tidak ada, sudah pasti dia akan marah besar," gumam Tessa.
Tessa tidak bisa menemui King karena dia lebih memilih Raja dibandingkan King. "Tidak apa-apa, kalau masalah King bisa diatasi dengan mudah, dengan bujuk rayuanku King pasti akan mudah sekali memaafkanku," batin Tessa dengan senyumannya.
Tessa pun mematikan ponselnya supaya King tidak bisa menghubunginya. Sedangkan Tessa bersiap-siap akan pergi, dia akan minta anak buah Raja yang mengantarkannya padahal yang akan dia temui bukan King melainkan Raja. Raja menunggu di sebuah hotel, karena dia ingin menghabiskan malam itu berdua dengan Tessa tanpa diganggu oleh siapa pun.
King menunggu kedatangan Tessa dengan hati yang berbunga-bunga. Anak buahnya sudah menghubungi King, jika Tessa sudah berangkat menuju restoran tapi Tessa meminta anak buah Raja yang mengantarkannya. King sama sekali tidak curiga, karena cintanya kepada Tessa sudah benar-benar membutakan matanya.
"Sudah satu jam, kok Tessa belum sampai juga," gumam King dengan melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
King mencoba menghubungi Tessa namun sayang ponselnya mati. "Ke mana dia?" kesal King.
King mulai meminum minuman beralkohol saking kesalnya menunggu Tessa yang tak kunjung datang juga. Waktu berjalan dengan sangat cepat, waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 dan King semakin kesal dibuatnya. Bayangkan saja, dia sudah menunggu dari pukul 20.00 malam dan sampai sekarang Tessa belum kelihatan barang hidungnya juga.
"Sialan, ke mana dia?" King mulai emosi, dia terus saja meminum minuman beralkohol itu hingga tidak terasa dia sudah menghabiskan tiga botol dan King sudah mulai mabuk.
King menghubungi Andrew untuk menjemputnya dan tidak membutuhkan waktu lama akhirnya Andrew pun datang. "Tuan, apa anda mabuk?" seru Andrew.
"Jangan banyak tanya, cepat bawa aku pulang karena aku ingin memberi pelajaran kepada Tessa. Dia sudah berani mempermainkanku," geram King dengan nada mabuknya.
Andrew pun memapah King masuk ke dalam mobil. Selama dalam perjalanan, King terlihat meracau sendiri dengan nada-nada amarah. Sedangkan Andrew terlihat mengerutkan keningnya, kenapa bisa Tessa tidak menemui King sementara itu tadi jelas-jelas Tessa pergi dari rumah. "Ke mana sebenarnya Nyonya Tessa?" batin Andrew.
Sesampainya di rumah, Andrew sudah sigap akan memapah King namun King menolaknya. "Aku bisa jalan sendiri, kamu jangan ikuti aku karena aku akan membuat perhitungan kepada Tessa," ucap King.
"Baik, Tuan."
Andrew tidak mau membantah, dia pun membiarkan King masuk sendiri walaupun King terlihat sempoyongan. Andrew segera menuju tempat lain, dia ingin mencari orang yang tadi mengantarkan Tessa. King mulai menaiki anak tangga, susah payah dia berjalan hingga dia pun sampai di lantai dua.
Saking parahnya dia mabuk, dia sampai tidak bisa membedakan mana kamar Tessa dan juga Marsya karena posisi kamar keduanya bersebelahan. "Tessa, buka pintunya!" teriak King sembari menggedor pintu kamar Marsya.
Marsya tersentak kaget, dia langsung terbangun mendengar pintu kamarnya digedor sekencang itu. Dengan cepat Marsya membuka pintu kamarnya, dan ternyata King langsung mendorong tubuh Marsya masuk ke dalam dan menutup pintunya. "Tu--tuan King," ucap Marsya kaget.
"Tessa, kenapa kamu tidak datang ke restoran yang sudah aku janjikan?" bentak King.
"Aku Marsya, Tuan. Tuan mabuk, lebih baik sekarang Tuan keluar dari kamar aku," sahut Marsya.
King menarik tangan Marsya dan mendorong Marsya sampai dia terjatuh ke atas tempat tidur. Marsya meringis kesakitan karena lengannya masih terasa ngilu dan belum sembuh total. King melepaskan jas dan kemejanya membuat Marsya membelalakkan matanya.
"Aku sudah muak dengan penolakanmu Tessa, malam ini aku akan membuat kamu tidak bisa menolakku lagi, karena dengan seperti ini kamu akan mau menikah denganku," ucap King.
Marsya ketakutan, King menyangka kalau itu adalah Tessa. Mata Marsya sudah mulai berkaca-kaca, dia tidak mau masa lalunya kembali terulang. King menatap Marsya dengan tatapan memangsa, bahkan sudut bibirnya sudah terlihat terangkat.