NovelToon NovelToon
Bidadari Di Balik Dosa

Bidadari Di Balik Dosa

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Suami Tak Berguna
Popularitas:9.9k
Nilai: 5
Nama Author: triani

Ini kelanjutan kisah aku istri Gus Zidan ya, semoga kalau. suka🥰🥰🥰

****

"Mas, saya mau menikah dengan Anda."

Gus Syakil tercengang, matanya membesar sempurna, ia ingin sekali beranjak dari tempatnya tapi kakinya untuk saat itu belum mampu ia gerakkan,

"Apa?" Ia duduk lebih tegap, mencoba memastikan ia tidak salah dengar.

Gadis itu menganggukan kepalanya pelan, kemudian menatap Gus Syakil dengan wajah serius. "Saya bilang, saya mau menikah dengan Anda."

Gus Syakil menelan ludah, merasa percakapan ini terlalu mendadak. "Tunggu... tunggu sebentar. mbak ini... siapa? Saya bahkan tidak tahu siapa Anda, dan... apa yang membuat Anda berpikir saya akan setuju?"

Gadis itu tersenyum tipis, meski sorot matanya tetap serius. "Nama saya Sifa. Saya bukan orang sembarangan, dan saya tahu apa yang saya inginkan. Anda adalah Syakil, bukan? Anak dari Bu Chusna? Saya tahu siapa Anda."

Gus Syakil mengusap wajahnya dengan tangan, mencoba memahami situasi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27. Kedatangan Ning Chusna

Sifa terus mendorong kursi roda syakil sepanjang jalan menuju ke rumah, sebenarnya seharusnya hari ini ia harus melakukan terapi tapi Syakil memilih tidak datang ke rumah sakit tanpa alasan yang jelas, ia juga tidak pergi ke kampus ataupun melakukan pekerjaan apapun. Iaa hanya menghabiskan waktunya setengah hari duduk-duduk di rumah dan setelah dhuhur baru mangajak Sifa ke taman meskipun juga tidak juah beda dengan yang dilakukan di rumah, hanya diam dan melamun.

Hingga senyum Syakil mengembang saat melihat sosok yang tengah berdiri di teras rumah, "Bunda,"

Sifa pun mempercepat langkahnya, mendorong kursi roda menghampiri sang bunda.

"Assalamualaikum, bunda. Bunda sudah lama datangnya?" tanya Syakil segera dan mereka pun segera mengulurkan tangan pada Ning Chusna.

"Waalaikumsalam, baru beberapa menit lalu. Aku lihat pintunya terkunci jadi bunda nunggu di luar. Kalian dari mana?" tanya Ning Chusna.

Syakil menoleh pada Sifa, meminta Sifa untuk menjawabnya, "Mas Syakil ngajak jalan-jalan ke taman, bund." jawab Sifa mengerti dengan isyarat yang diberikan oleh Syakil. "Biar Sifa bukain pintunya," tambah Sifa sembari berjalan cepat menghampiri pintu dan memasukkan kunci ke dalam lubang kunci memutarnya dua kali hingga pintu terbuka.

"Mari bund, silahkan masuk." ajak Sifa, ia hendak mengambil koper Ning Chusna dan bersiap membawanya masuk, "Biar Sifa bantu."

"Terimakasih, ya sayang." ucap Ning Chusna lembut. Ia pun mengambil kendali kursi roda milik Syakil dan membawanya ke dalam rumah, mereka pun berhenti di ruang tamu.

"Silahkan duduk, bunda. Biar Sifa buatkan teh untuk bunda dan mas Syakil." ucap Sifa meskipun ia tidak begitu pandai membuat teh setidaknya Syakil sudah mengajarinya dan ia mulai hafal dengan takarannya.

"Jangan repot-repot, sayang. Duduk saja sama bunda, di sini." ucap Ning Chusna sembari menepuk sofa kosong di sampingnya.

"Cuma bentar kok bund." ucap Sifa sembari berlalu meninggalkan Syakil dan Ning Chusna di ruang tamu . Langkahnya cepat menuju ke dapur, tangannya mulai cekatan mengambil panci dan mengisinya dengan air kemudian meletakkannya di atas kompor, menyalakan dengan hati-hati. Ia menghela nafas ringan kemudian menyatakan punggungnya di meja dapur sembari menunggu airnya mendidih.

"Mas Syakil pasti seneng banget ada bunda di sini. Apa sebaiknya aku kasih tahu semuanya Pumpung ada bunda ya." gumamnya pelan. "Tapi kalau mas Syakil marah trus ngusir aku gimana?"

Hehhhhhh ....

Sekali lagi Sifa menghela nafas, ia tidak tahu harus bersikap bagaimana. Ia juga masih begitu takut jika harus jujur.

"Siapa yang marah, Sifa?"

Pertanyaan itu berhasil membuat Sifa terkejut, ia dengan cepat menoleh ke sumber suara, "Bunda...., sejak kapan bunda di situ?" tanya Sifa dengan wajah pucatnya.

Ning Chusna pun berjalan perlahan menghampiri Sifa, "Belum lama, siapa yang marah, sayang?" tanyanya lagi sembari mengusap rambut Sifa yang tergerai.

Mungkin bunda tidak mendengar semuanya ...., batin Sifa sembari tersenyum, "Enggak kok bund. Bukan apa apa, Sifa hanya takut saja kalau mas Syakil marah karena Sifa nggak bisa buat teh." ucap Sifa mencari alasan, semoga bunda benar-benar tidak mendengarnya , batinya lagi.

Ning Chusna pun tersenyum, "Ya enggak lah sayang. walaupun kadang agak keterlaluan tapi hati Syakil baik, kok." ucap Ning Chusna menasehati, kemudian manik matanya mengarah ke panci yang berada di atas kompor, "Sayang, airnya sudah matang."

Sifa pun dengan cepat berbalik, "Ahhh iya bunda." Sifa pun segera mematikannya.

"Biar bunda bantu racik teh nya." ucap Ning Chusna sembari mencari gelas kosong dan meletakkannya di atas meja, menyendokkan satu sendok gula dan teh kemasan dan Sifa pun segera menyedunya dengan air panas.

"Sekarang biar Sifa aja yang bawa ke depan, bund." Sifa segera mengangkat nampan yang diatasnya sudah berisi dua gelas teh itu.

"Baiklah," ucap Ning Chusna sembari tersenyum. Sifa pun berjalan lebih dulu dan di susul Ning Chusna di belakangnya.

Sembari menunggu waktu ashar mereka pun memutuskan untuk mengobrol sebentar,

"Bunda, bagaimana hari ini? Semuanya lancar?" tanya Syakil setelah beberapa obrolan seru berlangsung, tiba-tiba suasana menjadi hening dan Ning Chusna tersenyum pada Syakil.

"Alhamdulillah, insyaallah sesuai yang bunda harapkan."

Syakil mendekatkan kursinya, menggenggam tangan bundanya, "Bunda..., bunda baik-baik saja kan?" terlihat wajah Syakil begitu cemas. sepertinya seharian ini yang membuatnya tidak punya semangat untuk melakukan sesuatu karena terlalu memikirkan masalah perceraian bunda dan ayahnya.

Ning Chusna menarik sudut bibirnya, menatap Syakil dengan penuh kepastian, "Insyaallah, selama bunda punya Allah dan kamu di hati bunda, bunda bisa melewatinya dengan mudah."

Sifa yang tidak begitu faham puh merasa tersentuh dengan kelembutan hati Ning Chusna, ia merasa perlu belajar banyak dari wanita yang begitu penting bagi suaminya itu.

***

Malam ini, setelah sholat isya' Sifa memilih mendatangi kamar Ning Chusna, ia merasa karena di kamar pun ia sendirian, Syakil tengah menyibukkan diri di ruang kerja.

Tangannya perlahan mengetuk pintu kamar tamu, dan suara seseorang dengan lembut mempersilahkan masuk.

"Bunda...., Sifa ganggu nggak?" tanya Sifa yang sudah berada di ambang pintu dan Ning Chusna yang tengah duduk di depan meja rias pun menoleh dan tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Enggak kok sayang, masuk aja."

Sifa pun duduk di tepi tempat tidur dan Ning Chusna segera beranjak dan berjalan mendekati Sifa, duduk di samping Sifa.

"Ada apa sayang?" tanya Ning Chusna.

"Tidak apa-apa bund. Hanya saja, kalau bunda merasa tidak nyaman di kamar sendiri, Sifa bisa temenin tidur nanti ."

Ning Chusna tersenyum kemudian mengusap punggung tangan Sifa dengan lembut, "Nggak pa pa sayang, jangan khawatir. Kamu temenin Syakil saja."

"Iya..., bund." sebenarnya tujuan Sifa mendatangi kamar Ning Chusna bukan ingin menanyakan itu, tapi bibirnya terlalu kelu untuk bertanya.

"Sifa ...., ada yang ingin kamu tanyakan?" sepertinya Ning Chusna menyadari kegundahan menantunya.

"Bund...," Sifa mengangkat wajahnya, menatap Ning Chusna, "Mas Syakil itu gimana, bund? Emmmm.... , maksudnya mas Syakil apa paling tidak suka kalau ada yang bohong? Ehhhh, maksudnya mas Syakil itu sifatnya gimana sing bund, suka nggak?" Sifa segera mengimendendamngat bibir bawahnya begitu selesai dengan pertanyaannya

Ning Chusna tersenyum, lagi-lagi ia youmengusap lembut tangah Sifa, "Sifa ...., tidak ada di dunia ini orang yang benar-benar sabar, tapi insyaallah menurutku Syakil bukan orang yang mudah emosi, ia juga tidak pernah emosi, ia sering kali menyelesaikan masalah dengan kepala dingin."

Itu artinya mas Syakil tidak akan marah kan kalau tahu sebenarnya ..., batin Sifa sembari tersenyum .

"Terimakasih ya bund Nasehatnya."

Ning Chusna tiba-tiba bangkit dari duduknya kemudian mengambil sesuatu di dalam tasnya dan kembali duduk di samping Sifa, "Maaf ya kalau hadiahnya terlambat, seharusnya bunda kasihkan pas kalian nikah tapi karena nikahnya kalau tiba-tiba bunda nggak sempet buat kado. Terima ya." ucapnya sembari menyerahkan bingkisan itu.

"Isinya apa, bund?" tanyanya penasaran.

"Buka aja."

Karena tidak sabar, Sifa pun membukanya di depan Ning Chusna, rupanya beberapa potong jilbab dan satu pakek skin care brand nya sendiri.

"Bund..., ini."

"Aku harap suatu saat kamu akan memakainya, dan itu skin care brand bunda sendiri, siapa tahu kamu cocok."

"Jadi bunda punya brand sendiri ya?" tanya Sifa cukup terkejut.

"Hmmm," Ning Chusna menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Wahhhh, bunda hebat."

"Masih belajar sayang."

Bersambung

1
Entin Fatkurina
terimakasih upnya, kak triani.
yuning
syakil
yuning
kejujuran itu lebih baik Sifa dari pada bohong,tapi boleh saja kita menutupi aib kalau untuk kebaikan
Jamil Azhari
Sifa2 aku harap jika syakil tahu biarlah dari sifa biar ngak terlalu sakit kalaupun kata cerai akan di ucapkan nanti
fee2
sifa lum tahu ya calon suami darah ya syakil yang sekarang jadi suami kamu sifa...
Adhen Idho
Kalian sudah saling cinta😁
malu 2 tapi mau🤭
saranku ya sif jujur saja kalau kamu yg nabrak syakil biar gak terlalu kecewa syakil nya
yuning
akh Sifa suami kamu butuh itu, yg peka dong
yuning
suamiku calon suami temanku yg gagal nikah wkwk
yuning: 😁😁😁😁😁
Tri Ani: mantul judulnya
total 2 replies
yuning
gak usah memaksa om, karena segala yang dipaksakan tidak akan berakhir baik
yuning
Miss you ustadz Zaki
fee2
ternyata papa sifa ada di balik semua ini... bagaimana ya sifa....
fee2
jadi zahra setiap hari dapat petuah bijak ustadz Zaki..
fee2
ustadz zaki bijak sekali....
Sri Murtini
kenapa papa jadi provokator😇😇😇
Sri Murtini: emang betul kan seharusnya didoa kan biar samawa ini nggk ,belum tahu gmn Syakil mendidik istrinya. lihat besuk hasilnya jd istri solekhah
total 1 replies
fee2
sakitnya sifa jatuh cinta kedebug love ya sifa....
yuning
luar biasa
yuning
itu jatuh cinta Sifa,kamu tuh y polos banget
Jamil Azhari
Moga sifa bisa jujur dan gus syakil bisa menerimanya
Maulana ya_Rohman
kalau di periksa jantung nya ke dokter...
pasti dokter nya mau ketawa pun harus di tahan....
krn gak mungkin juga lepas ketawa nya...
fee2
siapa ya yang liat mereka... apa ayahnya sifa yang masih memantau anaknya... atau ning husna....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!