🏆Novel Legendaris🏆
Kisah seorang gadis berusia 17 tahun yang dipaksa menikah untuk menggantikan adik kandungnya yang di lamar oleh keluarga Van Rogh Costel III tetapi adiknya, yang bernama Jingmi menolak lamaran keluarga bangsawan tersebut yang mengakibatkan kemarahan keluarga Van Rogh Costel III.
Untuk meredakan amarah keluarga Van Rogh Costel III maka Jia Li yang merupakan anak kedua keluarga imigran bermarga Kwee yang sukses itu terpaksa di nikahkan dengan anak pertama Van Rogh Costel III yaitu Van Costel IV anak laki-laki keluarga bangsawan di Rumania.
Sayangnya Van Costel IV yang akan dinikahkan dengan Jia Li, dia bukanlah manusia...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Heng Dan Ho
Kwee Lan memanggil dua anak buah kepercayannya untuk menemuinya di ruangan kerja.
Heng dan Ho adalah kaki kanan Kwee Lan yang paling terpercaya.
Tampak keduanya berlarian sepanjang jalan menuju ruangan kerja Kwee Lan yang terletak di dekat halaman rumah.
"Pagi-pagi sekali, tuan Kwee Lan memanggil kita, apakah ada yang ingin tuan Kwee Lan perintahkan kepada kita ?", tanya Ho.
"Aku juga tidak mengerti tetapi jika tuan Kwee Lan memanggil kita pagi-pagi seperti ini pasti ada urusan penting", sahut Heng.
"Apa ada kaitannya dengan nona Jia Li ?", tanya Ho.
"Entahlah, aku sendiri hanya bisa menebak saja", sahut Heng.
"Sebaiknya kita secepatnya menemui tuan Kwee Lan karena dia tidak pernah suka jika urusannya sampai tertunda", kata Ho.
"Aku harap ini kabar baik..., Ho...", sahut Heng.
"Semoga..., Heng !", ucap Ho.
Kedua pria dengan berpakaian kemeja warna hitam dengan topi sincia hitam menghela nafas panjang.
Mereka berhenti tepat di depan pintu berukuran besar kemudian mengetuk pintu itu sebanyak tiga kali.
Tok... Tok... Tok...
"Masuk !"
Terdengar suara yang menjawab ketukan pintu dari Heng dan Ho.
KRIET...
Heng membuka pintu lalu masuk ke dalam ruangan kerja Kwee Lan disusul oleh Ho dibelakangnya.
"Selamat pagi, tuan Kwee Lan !", ucap Heng dan Ho bersamaan.
"Pagi ! Masuklah Heng..., Ho... !", sahut Kwee Lan.
"Iya, tuan Kwee Lan", ucap Heng dan Ho.
Kwee Lan membenahi kertas di atas meja kerjanya lalu berdiri dari tempat duduknya.
Dia berjalan mendekat ke arah Heng dan Ho yang berdiri menghadapnya.
"Aku ada urusan penting karena itulah aku memanggil kalian berdua kemari", ucap Kwee Lan.
"Urusan penting apakah yang harus kami kerjakan tuan ?", tanya Ho.
Kwee Lan berdiri tepat di depan Heng dan Ho sambil menatap keduanya dengan ekspresi wajah serius.
Cukup lama Kwee Lan memandang keduanya kemudian dia mulai berbicara kepada mereka.
"Aku menugaskan kalian untuk menghadap ke Dalca II hari ini", kata Kwee Lan.
"Dalca II !?", tanya Heng.
"Kalau boleh kami tahu, siapakah Dalca II itu, tuan Kwee Lan ?", tanya Ho.
"Kalian akan segera mengetahuinya setelah kalian bertemu dengannya dan sampaikan pesanku ini padanya", ucap Kwee Lan.
Kwee Lan menyerahkan sebuah gulungan kertas kepada Heng dan Ho.
"Dimanakah kami harus menemuinya, tuan Kwee Lan ?", tanya Heng.
"Di Lembah kematian !", sahut Kwee Lan.
"Apa ?", sahut Heng dan Ho serempak.
Heng dan Ho saling berpandangan dengan tatapan penuh tanda tanya serta terlihat jelas kengerian dari roman muka keduanya saat mendengar lembah kematian.
"Lembah kematian, tuan Kwee Lan ?", ucap Ho.
"Benar, lembah kematian yang terletak di hutan Hoia Baciu", sahut Kwee Lan.
Kwee Lan hanya menganggukkan kepalanya cepat kepada Heng dan Ho.
Heng dan Ho tersentak kaget dan hampir tidak percaya dengan yang mereka dengar karena hutan Hoia Baciu adalah hutan paling terangker di Rumania sedangkan lembah kematian berada didalam hutan yang dikenal luas sebagai benteng yang digunakan sebagai aktivitas paranormal serta memiliki banyak kejadian aneh.
"Temui Dalca II di kastilnya yang terletak di lembah kematian dan kalian akan segera mengetahuinya karena kastil itu paling mencolok berwarna oranye", ucap Kwee Lan.
"M--maaf tuan Kwee Lan... B--agaimana kami dapat masuk kesana ? Sedangkan hutan Hoia Baciu terkenal angker dan kami belum pernah kesana", sahut Heng.
"Karena itulah aku memanggil kalian berdua untuk mengemban tugas ini ! Dan kalianlah yang aku rasa tepat melaksanakan tugas ini karena kalian ahlinya !", ucap Kwee Lan.
"I--iya..., tuan Kwee Lan...", sahut Heng dan Ho.
Heng dan Ho terlihat menelan ludah mereka saat menerima amanat dari tuannya yang bernama Kwee Lan untuk pergi ke lembah kematian.
Mereka paham benar bagaimana cerita tentang lembah kematian yang terkenal mengerikan dan konon tak satupun orang yang berhasil keluar dari dalam hutan Hoia Baciu setelah masuk kesana.
Heng dan Ho hanya pasrah saat menerima perintah tuannya.
"Kami mohon pamit untuk segera pergi ke lembah kematian, tuan Kwee Lan", ucap Heng.
"Iya... Pergilah !", sahut Kwee Lan.
"Baik, tuan Kwee Lan", ucap keduanya kompak.
Heng dan Ho lalu melangkah keluar dari dalam ruangan kerja Kwee Lan sedangkan pria paruh baya itu hanya berdiri menatap ke arah dinding ruangan yang terdapat sebuah lukisan seorang perempuan sedang berdiri diantara rindangya pepohonan plum.
"Aku tidak tahu apakah rencanaku ini tepat, Tianba ?", gumam Kwee Lan sambil memandangi lukisan di hadapannya.
Suasana ruangan kerja Kwee Lan tampak tenang dan hanya terdengar suara hembusan angin pelan yang berasal dari luar jendela yang terbuka.
Heng dan Ho terlihat pergi dengan terburu-buru sambil mengendarai sebuah mobil menuju ke lembah kematian yang berada di hutan Hoia Baciu.
Mobil melaju cepat meninggalkan halaman rumah besar milik keluarga Kwee Lan.
"Apakah kita akan mengantarkan kematian kita ke sana, Ho ?", tanya Heng.
"Cukup bagiku untuk mengerti satu hal dalam hidupku, Heng !", sahut Ho.
"Apakah itu, Ho ?", tanya Heng.
"Kita memang ditakdirkan untuk mengantarkan nyawa kita dengan mudah selama kita menjadi orang kepercayaan tuan Kwee Lan", sahut Ho.
"Jangan berkata yang tidak-tidak, Ho ! Optimislah ! Karena aku merasa ini adalah sebuah amanat bukan perintah !", ucap Heng.
"Bagaimana kita menganggapnya amanat sedangkan kita tahu bahwa saat kita memasuki hutan Hoia Baciu maka kita tidak akan keluar selamanya !?", sahut Ho.
"Percayalah ! Tuhan pasti selalu bersama dengan kita, Ho ! Dan percayalah, kita pasti dapat keluar dari hutan itu dengan selamat !", kata Heng.
"Lalu siapakah sebenarnya Dalca II itu ? Dan tidak adakah tempat yang layak untuk dia tingggali selain lembah kematian ?", tanya Ho.
Heng terdiam dan tidak menjawab pertanyaan Ho, dia hanya mempercepat laju mobil yang dia kemudikan menuju ke hutan Hoia Baciu.
Sekitar tiga jam kemudian...
Mobil mulai memasuki area hutan Hoia Baciu dan bergerak lambat karena harus melewati pohon-pohon yang ada di dalam hutan.
Suasana hening tampak jelas di dalam hutan Hoia Baciu yang terkenal angker.
Heng menekan pedal gas mobil secara perlahan-lahan dan menjaga ritme mobil tetap berjalan pelan.
"Kita sudah memasuki area hutan Hoia Baciu, Ho", ucap Heng.
Heng memperlambat laju mobil ketika memasuki ke dalam hutan Hoia Baciu, mobil semakin masuk ke dalam hutan terdalam.
"Apakah kita sudah sampai di lembah kematian ?", tanya Ho.
"Aku rasa ini adalah lembah kematian, Ho", sahut Heng.
"Tapi aku tidak melihat kastil berwarna oranye itu, Heng", ucap Ho.
"Sebentar lagi mungkin kita melihat kastil itu, dan bersabarlah, Ho !", sahut Heng.
"Ada kabut di depan sana !", ucap Ho.
"Kabut !?", sahut Heng.
Heng tidak melihat sama sekali kabut yang dimaksud oleh Ho karena yang dilihat oleh Heng hanyalah padang rumput luas yang terlihat sangat hening.
"Aku tidak melihat kabut itu, Ho !", ucap Heng.
"Apakah kamu tidak melihat kabut itu ? Cobalah kamu perhatikan baik-baik di depan sana, Heng ! Aku melihat kabut tipis yang menghalangi pandangan di depan sana", sahut Ho.
"Demi Tuhanku ! Aku tidak melihatnya, Ho ! Sungguh ! Dan aku tidak berkata bohong padamu", ucap Heng.
"Padahal kabut itu cukup pekat meski tipis dan sebaiknya kita keluar dari dalam mobil untuk memastikannya dari dekat, Heng", sahut Ho.
"Tunggu Ho ! Jangan gegabah ! Dan jangan keluar dari dalam mobil !", cegah Heng cepat-cepat saat Ho hendak keluar dari dalam mobil mereka.
"Kenapa ?", tanya Ho datar tanpa ekspresi.
Ho menoleh ke arah Heng dengan pandangan penuh tanya karena dia tidak mengerti kenapa Heng melarangnya untuk turun dari dalam mobil.
"Kita tidak bisa keluar dari mobil karena sebelum kita melihat kastil itu kita sebaiknya tidak pernah turun dari mobil ini, Ho", sahut Heng.
Heng memegangi tangan Ho erat-erat seraya menatapnya tajam.
"Kenapa Heng ?", tanya Ho.
"Aku merasa tidak nyaman saat kamu mengatakan kabut tipis itu sedangkan aku tidak melihatnya, Ho", sahut Heng.
"Apakah kamu mengira ini sebuah jebakan ilusi saat berada di dalam hutan Hoia Baciu ?", tanya Ho.
"Bukan hanya jebakan ilusi tapi aku merasa ini adalah sebuah permainan dari penghuni hutan ini dan ingat kita berada di lembah kematian saat ini, Ho", sahut Heng.
Ho hanya tertegun mendengar perkataan Heng dan dia hanya bisa menuruti ucapan Heng yang melarangnya untuk keluar dari dalam mobil.
Keduanya saling mengangguk setuju dan sepakat untuk tidak turun dari mobil sampai mereka menemukan kastil milik Dalca II yang ada di lembah kematian di hutan Hoia Baciu.
Mobil terus bergerak memasuki area hutan Hoia Baciu menuju semakin ke dalam area hutan angker itu.
lom ada endingnya
diasaat Antolin memohon mohon lo aja hati u aja membatu. giliran itu baru so soan. aku bantuin karena dia ga tau apa apa.
Heh Kalau mau nolongin orang dengan tulus gak mungkin lo itu masih berbelit dengan masakelam yang lo alami. kesannya gak ikhlas nolonginnya. Katanya GURU kok kelakuan tak mencerminkan seorang Guru/Pooh-pooh/.
disaat Dimitri Peka ,Masonn gak peka.
di saat mason bicara ambigu disitulah Dimitri bertanya kemudian disaat dimitri berbicara ambigu disitulah mason juga bertanya tanya./Shame//NosePick//Pooh-pooh/
Teruslah kalian berdua planga plongo
terus kami yang baca juga ikut bertanya tanya dengan percakapan kalian yang ambigu/Shame/
wahai wanita...
cintailah aku...