Ketika wabah zombie mulai menyebar di sekolah, Violetta berusaha keras untuk menahan perasaannya. Luka hatinya akibat perselingkuhan Zean dan Flora masih segar, dan kini dia terjebak dalam situasi hidup dan mati yang mengharuskan dia untuk tetap fokus. Namun, perasaan sakit hati itu tetap menghantui, mengganggu konsentrasinya setiap kali dia melihat Zean atau Flora di dekatnya.
Di tengah situasi yang genting, Arshanan, cowok yang dikenal dingin dan tidak banyak bicara, justru menunjukkan perhatian yang mengejutkan. Meski jarang berbicara, ia selalu ada di sekitar Violetta, seolah memastikan gadis itu baik-baik saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puja Andriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 02
Arshanan semakin mengeratkan genggamannya pada tangan Violetta , menarik cewek itu dengan langkah cepat atau malah larian kecil tanpa mengatakan apapun. Sementara Violetta di belakang Arshanan berusaha mengikuti ritme langkah cowok itu meski tubuhnya terasa lelah dan cemas. Di sekeliling mereka, murid-murid lainnya terlihat juga berlarian tanpa arah. Wajah-wajah mereka dipenuhi kepanikan dan suara teriakan bercampur dengan langkah kaki tergesa-gesa memenuhi udara sekitar.
"Arshanan, lo mau bawa gue kemana?"
Arshanan hampir tidak habis pikir begitu ia merasa Violetta mencoba melepaskan genggaman tangannya dan bertanya dengan nada penuh curiga di sela-sela napasnya yang memburu. Apa yang di pikirkan cewek ini? Tidakkah ia bisa melihat situasi di sekitar mereka saat ini? Pertanyaan nya barusan dilontarkan seolah Arshanan akan membawanya kawin lari saja.
"Tutup mulut lo dan terus lari!" Arshanan menyahuti dengan ketus dan tetap menggenggam tangan Violetta dengan erat.
Matanya melirik dengan cermat ke sekitar, mencoba mencari jalan keluar.
Violetta mendengus. Namun raut sebalnya segera berubah menjadi kepanikan total ketika suara jeritan dan tangisan terdengar nyaring. Bola matanya membulat sempurna ketika ia melihat kepala sekolah kini sudah berubah menjadi agresif dan menyerang seorang murid lainnya tepat di depan mereka yang mana Arshanan segera membawanya berbelok ke arah lain.
"Mereka jadi Zombi?" Violetta segera membungkam mulutnya sendiri begitu ia memahami situasi yang tengah terjadi. Sementara Arshanan belum mengatakan apapun dan terus menatap ke sekitar mereka dengan penuh kewaspadaan. Mereka masih melangkah menyusuri koridor sekolah mencari tempat perlindungan yang sekira nya aman.
Ketika Arsanan dan Violetta baru menginjakkan kaki mereka di koridor teras kelas 2, Suara Amara yang menyerukan nama Violetta tiba-tiba saja terdengar di belakang mereka, membuat keduanya lantas berhenti dan membalikan badan.
Disana terlihat Amara yang berjalan dengan lambat dan terseok-seok ke arah mereka. Seragam sekolahnya di penuhi bercak darah, wajahnya terlihat pucat hampir membiru dan dipenuhi oleh air mata. Amara terlihat begitu acak-acakan.
" Vio... Gue takut...." suara Amara terdengar bergetar dan terbata-bata. Napasnya terlihat berat. Sorot matanya penuh ketakutan dan keputusasaan.
Violetta yang melihatnya tanpa pikir panjang hampir belari untuk mendekati Amara namun untungnya Arshanan dengan sigap langsung menahannya. Pegangan tangan Arsahanan masih begitu erat, dan sorot mata nya menatap penuh kewaspadaan kepada Amara.
"Sha, lepasin tangan gue! Gue mau nyelamatin Amara!" seru Violetta, mencoba melepaskan diri dari pegangan Arshanan.
Arsahanan tidak memperdulikan permintaan Violetta. Matanya tetap mengarah pada Amara yang semakin terlihat aneh.
"Sha, lepasin tangan gue. Amara temen gue!"
Violetta masih saja berusaha melepaskan genggaman tangan Arshanan di tangannya.
" Kita harus pergi sekarang!"
Arsahanan dengan sigap menarik kembali Violetta untuk segera pergi dari sama. Sementara Amara yang kini hanya beberapa meter dari mereka tiba-tiba saja begeming, kepala nya merunduk, napasnya semakin berat dan tak beraturan. Ketika ia kembali mengangkatkan pandangannya, mata Amara terlihat kosong, bibirnya berlumuran darah, dan terdengar suara gerangan rendah yang membuat bulu kuduk mereka meremang.
Violetta yang masih saja memberontak agar terlepas dari Arshanan mendadak berhenti, tubuhnya membeku di tempat."Amara?" Violetta tercekat. Suaranya bahkan hampir tidak keluar.
"Ayo!!" Arshanan menarik tangan Violetta dengan lebih kuat.
Mereka berdua segera berlari secepat yang mereka bisa. Langkah kaki keduanya menggema di sepanjang koridor yang sunyi. Namun, di belakang mereka, Amara mulai berlari seraya mengeluarkan geraman mengerikan yang membuat jantung Arshanan maupun Violetta terpacu lebih cepat.
"Sha! Amara... Amara ngejar kita!!" Violetta berseru panik. Sesekali menoleh ke belakang dan melihat Amara yang bergerak dengan kecepatan yang tidak wajar seolah bukan manusia lagi.
"Jangan liat ke belakang! Fokus aja ke depan!" kata Arshanan tegas meskipun napasnya mulai memburu.
Keduanya terus berlari sejauh mungkin dari sosok mengerikan yang masih terus mengejar mereka. Napas mereka terengah-engah, namun Arshanan tetap fokus memimpin langkah.
Saat tiba ditikungan koridor, Arshanan yang masih menggegam tangan Violetta segera menarik cewek itu ke arah toilet dan mendorongnya ke salah satu bilik di dalam toilet dan kemudian ia segera menyusul masuk, menutup dan mengunci pintu bilik dengan cepat. Tubuh mereka berdiri saling berhadapan dalam ruangan yang sempit, napas mereka memburu, saling beradu dalam kesunyian yang tegang.
Atmosfir di dalam bilik itu begitu canggung. Violetta mendongak, menatap wajah Arshanan yang hanya beberapa sentimeter darinya. Keringat bercucuran di dahi mereka, namun tatapan Arshanan tetap tajam dan penuh kewaspadaan.
Sementara itu suara geraman semakin jelas terdengar, membuat Violetta menjadi gelisah karena rasa takutnya. Melihat itu Arshanan meletakan jari telunjuknya di depan mulut, mengisyaratkan pada Violetta agar cewek itu tetap tenang. Violetta menatapnya sejenak, kemudian mengangguk kecil, berusaha menenangkan diinya meski tubuhnya masih bergetar.
Dari luar bilik, suara geraman Amara terdengar begitu dekat, kemudian suara cakaran terdengar di pintu bilik di belakang Arshanan.
Violetta menahan napasnya. Memegang erat ujung kemeja seragam Arshanan, seolah tengah mencari rasa aman ditengah keadaan yang begitu mencekam. Tubuh Violetta begitu gemetar, ia begitu ketakutan hingga keringat dingin membanjiri dahinya. Arshanan yang sedari tadi berusaha bersikap tenang, segera menarik Violetta ke dalam pelukannya, mencoba menyalurkan rasa aman dan berharap apa yang ia lakukan bisa membuat cewek itu sedikit lebih tenang.
Di dalam keheningan yang mencekam dan atmosfir canggung yang memenuhi udara di sekitar mereka, kedua nya terdiam.
sementara itu tiba-tiba terdengar suara teriakan bernada terkejut yan terdengar familiar sekali di telinga Violetta.
"Flora, Ayo!"
Kemudian suara lainnya dengan nada panik terdengar.
Violetta tentu saja mengenal siapa suara dua orang barusan. Perasaannya bergemuruh, ia merasakan perasaan sakit dan kecewa nya muncul lagi. Sementara itu Arshanan merenggangkan pelukan mereka, kepalanya di tempelkan ke pintu, suara geraman tidak terdengar lagi.
Arshanan bergeming beberapa saat, kemudian ketika merasa di luar aman, ia perlahan melepaskan pelukannya pada Violeta. Arshanan berbalik, gerakannya begitu perlahan dan penuh kehati-hatian ketika ia membuka sedikit pintu bilik itu, membuat sedikit cela untuk mengintip keluar. Matanya bergerak dengan teliti, memeriksa sekitar dengan seksama, memastikan tidak ada tanda-tanda keberadaan Amara atau Zombie lainnya.
Arshanan menghembuskan napas dalam setelahnya, " Aman, " katanya. Arsahanan lalu membuka pintu bilik lebih lebar. Ia melangkah keluar terlebih dahulu, memastikan sekali lagi bahwa situasi benar-benar aman sebelum memberi isyarat kepada Violetta untuk keluar juga dari bilik toilet.
Violetta dengan tubuh yang masih gemetar takut menggerakan kakinya penuh keraguan untuk keluar. Wajahnya terlihat begitu pucat. Arshanan yang melihat nya lantas mengulurkan tangannya, dan ketika Violetta menyambut uluran tangannya, Arshanan langsung menggegamnya dengan erat. Namun kali ini, jari jemarinya menyusup di antara jemari Violetta, mengisi ruas-ruasnya degan penuh keyakinan, seolah Arsahanan ingin memastikan bahwa ia akan melindungi cewek itu dan memastikannya tetap aman.
"Ayo kita pergi dari sini," Arshanan menatap Violetta, tatapan yang ia berikan seakan ingin meyakinkan Violetta bahwa dirinya tidak akan membiarkan Violetta menghadapi semuanya sendirian, "Gue bkal jaga lo," kalimat itu terdengar seperti sebuah janji yang tak akan ia ingkari.
Violetta menatap balik ke arah Arshanan. Di tengah situasi yang mencengkam ini, genggaman tangan Arsahanan terasa seperti satu-satu nya hal yang membuat Violetta merasa aman. Violetta mengangguk, ia tidak mengatakan apa-apa, tetapi dengan cara Violetta membalas genggaman Arshanan membuktikan bahwa ia memberikan kepercayaannya pada cowok itu.