"Jika kamu ingin melihat pelangi, kamu harus belajar melihat hujan."
Pernikahan Mario dan Karina sudah berjalan selama delapan tahun, dikaruniai buah hati tentulah hal yang didambakan oleh Mario dan Karina.
Didalam penantian itu, Mario datang dengan membawa seorang anak perempuan bernama Aluna, yang dia adopsi, Karina yang sudah lama mendambakan buah hati menyayangi Aluna dengan setulus hatinya.
Tapi semua harus berubah, saat Karina menyadari ada sikap berbeda dari Mario ke anak angkat mereka, sampai akhirnya Karina mengetahui bahwa Aluna adalah anak haram Mario dengan wanita lain, akankah pernikahan delapan tahun itu kandas karena hubungan gelap Mario dibelakang Karina?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tiga Puluh
Zoya pulang dari rumah sakit langsung menuju ke kantor sang suami. Saat dia sedang berjalan menuju ruang kerja Mario, dia bertemu dengan Ani. Dia yakin wanita itu akan mengatakan kehadirannya di kantor saat ini.
"Apa kabar, Ani?" tanya Karina dengan tersenyum. Wanita tampak terkejut karena di sapa. Dia telah berusaha menghindari bertatapan dengan menundukkan kepalanya tapi Karina justru menyapa.
"Baik ... Bu," jawab Ani dengan gugup.
"Jangan gugup, Ani. Mulai hari ini kamu akan sering bertemu denganku. Apa lagi mungkin aku akan menjadi sekretaris suamiku. Maaf jika nanti kamu akan dipindahkan ke bagian lain jika kamu menerimanya. Tapi, jika kamu menolak, silakan berhenti!' Karina mengucapkan penekanan di akhir kalimat.
Ani tampak semakin gugup, terlihat dari gerak tubuh dan juga tangannya yang di remas. Karina yakin, wanita itulah yang menjadi mata-mata bagi Zoya. Wanita itu tak menjawab ucapan Karina. Namun, dari wajahnya terlihat kurang senang.
Karina lalu melanjutkan langkah kakinya menuju ruang kerja suaminya, Mario, dengan senyum hangat. Dia menyukai aroma kopi dan kertas yang memenuhi ruangan ini. Setiap langkahnya terasa ringan, karena dia tahu suaminya sedang menunggu.
Saat memasuki ruang kerja Mario, Karina melihat suaminya sedang sibuk dengan pekerjaannya. Dia mendekati dan memeluk Mario dari belakang, membuat pria itu terkejut.
Karina sudah bertekad akan membuat suaminya jatuh cinta dengannya secara ugal-ugalan dan tak ada kesempatan memikirkan wanita lain, terutama Zoya. Biar saja dia agak terlihat manja.
"Mas, aku kangen!" bisik Karina di telinga suaminya.
Mario menoleh, tersenyum, dan membalas pelukan. "Aku juga, Sayang. Bagaimana dengan pertemuan dengan sahabatmu?" tanya Mario. Dia lalu meminta Karina duduk di pangkuannya.
Untuk saat ini Aluna sengaja dititipkan di penitipan anak yang sangat bagus, sekalian untuk belajar. Dia sengaja menyembunyikan semua dari Zoya.
Karina juga telah meminta seseorang mencari tahu, bagaimana hubungan suaminya dan Zoya sebelum ini. Dari laporan orang suruhannya itu, Mario hanya mampir sebentar di rumah Zoya. Pertemuan mereka hanya sebatas di kantor.
Namun, Karina masih menyayangkan sikap suaminya yang membiarkan wanita itu mengaku sebagai istrinya sehingga mereka dianggap telah berpisah.
"Mas, bagaimana kalau kita pergi liburan," ucap Karina dengan suara lembut seperti menggoda sang suami.
"Apa kamu menginginkan kita liburan bareng?" Bukannya menjawab pertanyaan sang istri, Mario justru bertanya balik.
"Aku ingin memberikan keturunan untukmu. Aku takut kamu kembali berpaling!"
Mario memeluk pinggang istrinya itu, dia lalu tersenyum. Mengerti dengan kekuatiran Karina. Tapi sebenarnya dia telah memiliki rencana itu. Beberapa tahun ini, dia merasa kurang memiliki waktu berdua dengan istrinya itu.
Dia terlalu sibuk mengembangkan perusahaan. Waktunya juga banyak dihabiskan bersama Aluna.
"Aku mau kita pergi liburan berdua saja. Tapi jika kamu tetap ingin membawa Aluna, kamu harus bawa pengasuh agar tak ada yang mengganggu saat kita sedang berdua," ucap Karina dengan manjanya.
"Terserah kamu saja, Sayang. Kamu pikirkan dulu ke kota mana yang kamu inginkan. Aku mengikuti saja." Mario mengecup pucuk kepala istrinya yang bersandar di bahu.
Saat mereka berdua sedang berpelukan, pintu ruangan terbuka. Ani, rekan kerja Mario, masuk dengan senyum palsu. Karina tahu dia pasti sengaja masuk untuk mengetahui apa yang mereka kerjakan.
Dengan sengaja Karina makin memperlihatkan kemesraannya dan suami. Dia memeluk leher suaminya dengan kedua tangan. Dan menyadarkan kepala itu di bahu Mario.
"Maaf Pak, saya mengganggu," kata Ani, mata tajamnya memandang Karina. Tampak sekali raut wajah tak sukanya.
Karina melepaskan pelukan dan menatap Ani dengan senyum sinis. "Kami tak merasa terganggu, Ani. Kami hanya bicara masalah berdua. Ada perlu apa kamu ke sini?"
Karina bertanya dengan suara sedikit ketus. Dia kembali sengaja bermesraan biar Ani melaporkan semua pada Zoya. Mario sebenarnya heran, tapi dia tak menolaknya. Dia tak berpikir jika sang istri sengaja manja untuk memanasi Ani.
Ani tersenyum, tetapi matanya berbicara lain. "Maaf, Bu. Saya hanya ingin memberitahu Pak Mario tentang proyek baru. Saya ingin bicara berdua dengan Bapak!" seru Ani dengan suara sedikit ketus.
Mario mengangguk. Memang tadinya mereka ingin berdiskusi mengenai proyek baru, tapi dia merasa tak enak mengusir Karina. Ani merupakan sekretaris yang handal. Kinerjanya sangat bagus. Di luar dugaan jika dia mata-mata Zoya, gadis itu sangatlah pintar.
"Nanti saja, Ani. Aku sedang berdiskusi dengan istriku." Mario menjawab ucapan sang sekretaris.
"Baiklah, Pak. Kalau begitu saya pamit. Apa ada yang perlu saya kerjakan lagi?" tanya Ani.
Diam-diam dia melirik ke arah Karina. Mata mereka bertemu, saat sang sekretaris memandangi istri dari Mario itu.
"Tidak ada, Ani. Aku hanya ingin berdua dengan istriku saja, jika ada urusan, kamu hendel saja dulu," jawab Mario.
"Baiklah, Pak." Ani menjawab dengan mata terus melirik ke arah Karina yang semakin mempererat pelukannya di leher sang suami.
Beberapa saat wanita itu tetap masih berdiri di tempat. Hal itu membuat Karian sedikit gusar.
"Kenapa kamu tidak juga pergi?" tanya Karina melihat wanita itu masih berdiri di tempat.
"Baik, Bu. Saya takut masih ada yang diperlukan," ucap Ani sedikit gugup. Dia nampak kurang senang saat di tegur Karina.
Setelah Ani pergi, Karina merubah duduknya. Walau masih dipangkuan sang suami, tapi dia tak memeluknya lagi.
"Ani pasti mata-mata Zoya, Mas," kata Karina dengan suara pelan. Dia takut wanita itu menguping obrolannya dengan sang suami.
Mario menatap wajah istrinya dengan heran. "Kenapa kamu berpikir begitu, Sayang. Apa ada buktinya?"
Karina memijat bahu Mario. "Aku tahu, Mas. Aku melihat cara dia memandang kita terutama denganku. Dia sepertinya tak suka saat kamu bermesraan denganku!"
Mario menghela napas. "Mungkin kamu salah paham. Selama ini dia bekerja dengan baik. Belum ada aku melihat dia melakukan kesalahan."
Karina menatap suaminya serius. "Aku tidak salah paham, Mas. Aku tahu Zoya tidak akan berhenti sampai dia mendapatkan apa yang dia inginkan."
Mario memeluk Karina erat. "Jangan khawatir, Sayang. Aku ada di sini untuk melindungi kamu. Jika terbukti dia melakukan kesalahan, aku sendiri yang akan memecatnya walaupun kinerjanya bagus."
Mario memberikan senyuman untuk meyakinkan sang istri jika dia memang telah berubah. Apa pun yang akan membuat istrinya bahagia akan dilakukan.
"Ya, Mas." Karina menjawab dengan pelan. Dia harus mencari bukti jika wanita itu memang suruhan Zoya.
Karina yakin dengan dugaannya jika Ani adalah mata-mata istri simpanan sang suami. Dia tahu Zoya akan melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya. Dari Ani wanita itu tahu semua yang terjadi di kantor.
Namun, Karina tak takut lagi dengan Zoya. Dia akan mengatakan kebenaran ini pertama kali dengannya. Dia bermaksud ingin menemui wanita itu.
Kamu harus mengatakan kebenaran ini ke Mario , biar bagaimana pun Mario harus tahu kebeneran ini
Dan semoga dgn kabar ini kan mempererat hubungan Karina dan Mario.
laaah lalu anak siapa ayah biologis dari Aluna. Berarti Mario korban dari Zoya