Ciara lemas setengah mati melihat garis dua pada alat tes kehamilan yang dipegangnya. Nasib begitu kejam, seolah perkosaan itu tak cukup baginya.
Ciara masih berharap Devano mau bertanggung jawab. Sialnya, Devano malah menyuruh Ciara menggugurkan kandungan dan menuduhnya wanita murahan.
Kelam terbayang jelas di mata Ciara. Kemarahan keluarga, rasa malu, kesendirian, dan hancurnya masa depan kini menjadi miliknya. Tak tahan dengan semua itu, Ciara memutuskan meninggalkan sekolah dan keluarganya, pergi jauh tanpa modal cukup untuk menanggung deritanya sendirian.
Di jalanan Ciara bertaruh hidup, hingga bertemu dengan orang-orang baik yang membantunya keluar dari keterpurukan.
Sedangkan Devano, hatinya dikejar-kejar rasa bersalah. Di dalam mimpi-mimpinya, dia didatangi sesosok anak kecil, darah daging yang pernah ditolaknya. Devano stres berat. Dia ingin mencari Ciara untuk memohon maafnya. Tapi, kemana Devano harus mencari? Akankah Ciara sudi menerimanya lagi atau malah akan meludahinya? Apakah Ciara benar membunuh anak mereka?
Apapun risikonya, Devano harus menerima, asalkan dia bisa memohon ampunan dari Ciara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yeni Erlinawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
R?
Setelah Ciara di pindahkan keruang rawat inap, Olive dan Dea langsung masuk kedalam ruangan tersebut.
Mereka berdua tampak bisa bernafas lega karena Ciara dalam keadaan baik-baik saja sama seperti yang di ucapkan oleh dokter Anastasya tadi.
Tak berselang lama seorang suster datang dengan membawa bayi mungil di gendongannya dan bertepatan itu pula Ciara dengan perlahan membuka matanya.
"Liv, dimana anakku?" Hal pertama yang ia tanyakan setelah sadar dari pingsannya.
Belum sempat Olive membuka mulutnya, Suster tadi lebih dulu mengambil alih bicara.
"Permisi Bu, ini babynya sudah selesai dibersihkan. Dia sangat tampan dan menggemaskan," ucap Suster tersebut yang merasa gemas sendiri.
"Oh ya Bu, jika nanti babynya udah bangun sebaiknya segera disusui ya guna untuk merangsang asi supaya cepat keluar," sambung Suster tersebut sembari meletakkan anak Ciara di samping sang Ibu.
Ciara pun mengangguk mengerti.
"Kalau begitu saya pamit undur diri. Kalau ada apa-apa langsung panggil saya saja ya Bu."
"Baik sus. Terimakasih," ucap Ciara dengan senyum yang mengembang. Suster tersebut membalas senyuman dari Ciara lalu ia segera meninggalkan ruang inap Ciara.
Kini pandangan Ciara terus menatap wajah anaknya. Jari telunjuknya ia gunakan untuk mengelus pipi baby tersebut.
"Huwaaaaa tampan sekali sih ponakan Aunty. Gemesin pula. Aunty gak bisa bayangin gede kamu setampan siapa sayang mungkin Zayn Malik lewat kali ya," heboh Olive.
Ciara hanya bisa tersenyum tanpa berniat menimpali ucapan dari Olive. Ia lebih memilih untuk memandangi anaknya tersebut.
"Terimakasih Ya Allah, kau telah memberikan hamba malaikat kecil yang sangat lucu, tampan dan tanpa kekurangan apapun. Dan terimakasih nak, kamu telah hadir disisi Mama. Temani Mama berjuang ya sayang. Mama janji akan selalu menyayangi dan merawat kamu dengan sekuat tenaga Mama. Kak Dev, apa kamu tau anak kita sudah lahir. Dia begitu tampan sepertimu. Apa jika kamu melihatnya, kamu akan mengakuinya Kak? Huh tapi itu tidak mungkin karena kita tak akan pernah bertemu lagi dan aku harap tak akan pernah sama sekali. Dan semoga saat kamu sudah mulai bisa berbicara nanti, Mama harap kamu tak menanyakan keberadaan Ayah kamu ya nak," batin Ciara menjerit.
Tanpa ia sadari air matanya menetes, rasa haru bercampur sakit karena masa lalu tak bisa ia pendam lagi.
Olive mengerti dan paham apa yang saat ini Ciara rasakan. Melahirkan sendirian tanpa didampingi seorang suami benar-benar sangat menakutkan apalagi Ciara melahirkan di usia yang masih muda. Jika dia yang diposisi sang sahabat akan ia pastikan hidupnya tak akan sekuat dan setegar Ciara. Walaupun Ciara tak pernah menampilkan sisi rapuhnya namun ia yakin didalam lubuk hatinya yang paling dalam ia sering merintih, menangis maupun menjerit merasakan luka yang entah kapan akan mengering.
"Huh. Semoga kamu segera bahagia Cia," gumam Olive lirih tanpa bisa didengar oleh Ciara.
Olive yang sempat ikut larut dalam kesedihan Ciara pun lebih mendekatkan dirinya ke Ciara dan juga baby yang masih dengan nyenyaknya tertidur.
"Hey jangan nangis lagi ya. Ada aku sama Dea disini dan ditambah sama si tampan yang akan selalu disamping kamu," ucap Olive.
"Benar apa yang dikatakan Kak Olive. Jangan merasa sendiri lagi sekarang ya Kak. Ada kita yang selalu bersama Kakak." Ciara tersenyum menatap Olive dan Dea secata bergantian.
"Sini peluk," ucap Ciara dan disambut dengan senang hati oleh kedua perempuan tersebut untuk segera memeluk tubuh Ciara.
"Thanks untuk semuanya," sambung Ciara.
Mereka pun kini melepaskan pelukannya.
"Ya ampun ponakan tampanku bisa nafas kan tadi?" tutur Dea yang baru sadar jika ditengah-tengah mereka tadi ada baby disana.
"Aduh aku tadi juga lupa lagi. Maafin Aunty ya sayang," kini Olive juga ikut heboh.
"Baby tadi aman kok. Tenang aja," ucap Ciara yang membuat Olive dan juga Dea bisa bernafas lega.
Entah karena terganggu dengan teriakan dan kehebohan para aunty rempong tadi, Baby mungil tersebut menggeliatkan tubuhnya dan perlahan membuka mata.
"Eh eh ponakan Aunty akhirnya melek juga."
"Cia buruan gih di kasih ASI dulu. Kasihan dia," ucap Olive.
Ciara langsung saja memberikan air susunya ke baby yang langsung di respon dengan cepat.
"AW," rintih Ciara.
"Sakit ya? Kata dokter Anastasya tadi si memang sakit di awal-awal tapi kalau udah terbiasa rasa sakitnya hilang kok," tutur Olive.
Ciara tersenyum dan kemudian terdiam. Memandangi wajah anaknya yang tengah rakus meminum asi darinya.
"Tumbuh menjadi anak yang sehat, pintar, baik dan bertanggungjawab ya sayang," batin Ciara sembari memainkan tangan mungil anaknya yang sedari tadi tangan tersebut menggenggam jari telunjuk Ciara.
"Cia!"
"Iya?"
"Kamu udah nyiapin nama baby belum?" Ciara mendangakan kepalanya menatap wajah Olive.
"Udah," jawabnya.
"Siapa?" tanya Olive dan Dea berbarengan. Ciara tersenyum dan kembali menatap wajah damai baby yang sudah kembali terlelap.
"Alsheyrez Devra R," jawab Ciara.
"Panggilannya baby Al," sambungnya.
Mereka berdua pun mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. Tapi beberapa detik kemudian rasa kekepoan mereka berdua kembali muncul.
"Terus yang R-nya itu apa Ci? Kenapa harus disingkat?"
Ciara tersenyum sendu lalu ia menjawab, "Walaupun Papa Al gak menganggap diri baby Al ada dan mengakuinya. Tapi tetap saja saat ini darahnya telah mengalir di tubuh Al. Aku gak bisa mengelak hal itu Liv jadi nama R itu aku ambil dari marga Papanya."
Baru saja Ollive ingin bertanya kembali, ucapan Ciara lebih dulu menjawabnya seakan-akan ia tau apa yang akan Olive tanyakan.
"Cukup jadi rahasia aku siapa Papa baby Al. Dia akan selalu aku ingat dan simpan rapat-rapat tanpa ada seorangpun yang tau termasuk Al nantinya. Aku gak mau Al ngerasain sakitnya ditolak bahkan sebelum dirinya lahir ke dunia ini," sambungnya dengan tangis yang tertahan. Tatapan pun kini menjadi kosong.
Entah mengerti akan kesedihan yang dirasakan Ciara, Baby Al kini terbangun dari tidurnya dan menangis.
"Oek... oek...oek," suara tangisan baby Al. Namun tangisan baby Al tak membuat Ciara kembali di dunia nyata.
Olive yang menyadari hal tersebut langsung saja ia mengambil alih baby Al kedalam gendongannya.
"Cup cup cup. Sayangnya Aunty, gantengnya Aunty gak boleh nangis ya. Tar kalau baby Al gak nangis lagi Aunty janji deh beliin baby Al es krim gimana?" bujuk Olive seakan-akan baby Al akan mengerti dengan bujuk rayunya.
"Ya ampun Kak. Baby Al mana ngerti. Bujukan itu akan berlaku jika baby Al udah bisa jalan," timpal Dea.
"Iya juga ya hehehe."
Dea memutar bola matanya malas. Ia lebih memilih untuk menenangkan Ciara saat ini dan membiarkan Olive menenangkan tangis baby Al yang semakin menjadi.
love you sekebon /Heart//Heart//Heart//Heart//Heart/
kayak mo nggruduk apa gitu serombongan si berat /Smirk//Smirk/