Zia harus menelan pahit, saat mendengar pembicaraan suami dan juga mertua nya, Zia tak percaya, suami dan mertua nya yang selalu bersikap baik padanya, ternyata hanya memanfaatkannya saja.
Zia tidak bisa diam saja, saat tahu sikap mereka yang sebenarnya.
"Awas kalian, ternyata kalian selama ini hanya ingin memanfaatkan aku!" gumam Zia, mencekal tangannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lukacoretan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan
Setelah sedikit berdebat panjang dengan pihak bank, akhirnya Zia menyelesaikan semuanya, dan tabungan milik suaminya sudah berpindah ke ATM miliknya.
"Bodo amat mas Rangga akan marah," ucap Zia.
Setelah Zia menyelesaikannya, Zia tidak langsung pulang, karena moodnya hari ini sedang tidak baik-baik saja, apalagi nanti melihat wajah suaminya, bisa-bisa Zia mengamuk.
Zia memutuskan kerestoran miliknya, karena sudah beberapa hari Zia tidak kesana.
Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam lamanya, Zia sampai kerestoran ZK.
Zia memasuki restoran tersebut, terlihat ramai pengunjung, lebih tepatnya, restoran milik Zia selalu ramai.
"Selamat siang bu, mau minum apa?" tanya sang pegawai.
"Air putih aja San, aku haus," jawab Zia.
Zia memutuskan tidak masuk kedalam ruangannya, karena Zia mau mendinginkan pikirannya dulu.
"Ternyata rumahtanggaku, tidak seperti yang aku impikan," gumam Zia, menatap kosong.
"Aku kira, menikah dengan orang yang aku cintai, akan bahagia, dan menjalankan kehidupan seperti yang aku impikan," Zia merasa kasihan dengan dirinya.
Selama dua tahun bersama Rangga, ternyata Zia telah dibohongi, dan dimanfaatkan.
Zia merasa dirinya bodoh, sangat bodoh.
"Kenapa...kenapa aku sangat bodoh sekali, percaya dengan kata-kata manis dia," Zia mengacak rambutnya, menundukan kepalanya.
"Kenapa?" ucap seseorang yang datang.
Zia mengangkat wajahnya, lalu melihat siapa yang datang.
"Kak Arka" ucap Zia.
"Kenapa? Seperti sedang banyak pikiran?" tanya Arka.
Zia hanya tersenyum, tidak mau menjawab pertanyaan Arka.
"Kenapa diam?" ucap Arka.
"Ah tidak apa-apa," jawab Zia.
"Matamu tidak bisa berbohong, Kia" ucap Arka.
"Kak Arka mengingat nama panggilan aku dulu," gumam Zia.
"Aku Zia, jangan panggil aku Kia, karena itu panggilan kecil, aku sudah dewasa," ujar Zia.
"Sudah dewasa, ya" sahut Arka.
"Iya, kakak tidak lihat, bagaimana aku," ucap Zia.
"Lalu, kenapa menangis ditempat umum?" tanya Arka.
"Tidak menangis," jawab Zia.
"Oke, tidak menangis, ya" sahut Arka.
"Kakak ngapain kesini," tanya Zia.
"Memangnya tidak boleh?" tanya Arka.
"Boleh, tempat umum kok," jawab Zia.
"Kesini dengan siapa? Pacar kakak?" tanya Zia.
"Tidak ada waktu untuk berpacaran," jawab Arka.
"Dari dulu kakak tidak berpacaran, aku curiga," ucap Zia.
"Curiga apa?" tanya Arka.
"Kakak suka dengan laki-laki?" ucap Zia.
Arka menyentil kening Zia.
"Sakit tau," ucap Zia.
"Kalo ngomong, jangan sembarangan," jawab Arka.
"Gak sembarangan, cuman nanya doang," ucap Zia.
"Aku cuman sedang menunggu seorang wanita yang siap untuk dinikahi," jawab Arka.
"Kelamaan, keburu kakak tua," sahut Zia.
"Aku masih muda," jawab Arka.
"Berapa umur kakak?" tanya Zia.
"30tahun.." jawab Arka.
"Sudah tua, sudah memasuki kepala tiga," ucap Zia.
"Tapi masih tampan," ujar Arka.
"Gak pernah berubah, dari dulu seperti itu," ucap Zia malas.
Arka hanya tertawa melihat raut wajah Zia.
"Suami kamu kemana, kok gak ikut?" tanya Arka.
"Sedang bekerja kak," jawab Zia.
"Sibuk banget, sampai gak bisa menemani istrinya makan," sahut Arka.
"Kakak mau pesan apa?" tanya Zia.
Arka mengerutkan keningnya.
"Restoran milikmu?" tanya Arka.
"Tidak tahu?" ucap Zia.
Arka menggelengkan kepala.
"Ini restoran aku, bukan restoran milik keluarga aku, aku mendirikan restoran ini dengan uang tabungan aku," ucap Zia.
"Hebat, ternyata kamu bertumbuh dengan baik," ujar Arka.
"Aku bertumbuh dengan baik, karena keluargaku, tapi nasibku tidaklah baik," jawab Zia.
"Maksudmu, apa?" tanya Arka.
"Ah tidak, lupakan saja," jawab Zia.
"Mau pesan apa, biar aku yang menyiapkan, khusus untuk kak Arka," tanya Zia.
"Mau nasi goreng udang, pedas tapi jangan pedas banget, minumannya, jus mangga," ucap Arka.
"Ditunggu ya, makanan akan segera meluncur," ucap Zia tersenyum.
Arka hanya menggelengkan kepala, melihat tingkah Zia.
Dulu saat Arka meninggalkan Jakarta, Zia masih kecil, Arka ingat betul, dulu Zia menangis saat Arka meninggalkannya.
"Sebenarnya, apa yang terjadi denganmu, zia?" Arka bingung, ia belum sempat menanyakan kepada Roy dan juga Rey, tentang kehidupan Zia.
Sembari menunggu pesanannya siap, Arka memutuskan membuka ponselnya, namun Arka dikejutkan dengan satu pesan yang masuk.
[Sayang, seminggu lagi, aku akan ke Jakarta, tunggu aku]
Arka tak membalasnya, ia langsung menutup ponselnya, karena Zia sudah datang, membawa pesanan buat Arka.
"Ini pesanannya, selamat menikmati," ucap Zia, menyiapkan makanannya diatas meja.
"Terima kasih bu owner," goda Arka.
"Kak ih..." ucap Zia kesal.
"Jangan cemberut gitu, nanti cantiknya akan hilang," ucap Arka.
"Kecantikan aku, abadi," jawab Zia.
Saat mereka sedang berbicara, ketawa-ketawa, tiba-tiba Roy datang.
"Asik nih," sahut Roy.
"Kakak, ada apa kesini?" tanya Zia.
"Tidak boleh?" tanya Roy.
"Boleh, tapi tidak biasanya," jawab Zia, memeluk sang kakak.
"Kakak mencemaskan dirimu, makanya kakak kesini, karena kakak yakin kamu akan datang kerestoran ini," ujar Roy.
"Aku baik-baik saja kak, kakak tenang saja," jawab Zia.
"Ada yang perlu kakak bicarakan denganmu," ucap Roy.
"Nanti diruangan aku, kak" jawab Zia.
Roy mengangguk.
"Bro, sejak kapan disini?" tanya Roy.
"Tadinya gua gak tahu, ini restoran milik Zia," ucap Arka.
"Salah sendiri, ngilang lama," jawab Roy.
•
•
"Kamu kapan bercerai dengan suamimu?" tanya seorang laki-laki yang tidak memakai sehelai kain.
"Sabar, aku cuman mau manfaatin dia dulu, kalo sudah mendapatkan yang aku mau, baru aku akan meninggalkan dia," jawab Lena.
Ya! Kedua pasangan itu Lena dengan pacarnya, selama ini Lena hanya memanfaatkan Rangga saja, untuk kepentingannya sendiri.
"Aku kan bisa memberikan semua itu, kenapa harus dengan dia?" ucap laki-laki, yang bernama. Helmi.
"Aku tahu, tapi aku memiliki misi, aku mau menghancurkan dia dulu," jawab Lena.
"Masih dendam dengan kejadian yang lalu?" tanya Helmi.
"Masih, aku masih memiliki dendan dengan dia, sebelum aku melhat dia hancur, aku tidak akan mundur," jawab Lena.
"Kasihan anak kita, nanti jadi korban," ucap Helmi.
"Kamu tenang saja, anak kita akan baik-baik saja," jawab Lena.
"Padahal aku sudah menerima kamu apa adanya," ucap Helmi.
"Aku tahu, tapi aku mau membalaskan dendamku dulu, masih ada perasaan tidak terima dalam hati aku, tentang kejadian yang lalu," jawab Lena.
"Tapi kamu sudah menghancurkan hati sesama wanita," ucap Helmi.
"Aku tidak peduli, yang paling penting, Rangga merasakan penderitaan yang aku rasakan dulu, bahkan aku mau lebih," jawab Lena.
"Kamu keras kepala, mau bagaimanapun aku menasehati kamu, kamu tetap kekeh dengan niat kamu," ucap Helmi.
"Mending kamu pulang, aku mau keluar sebentar," ucap Lena.
"Mengusir aku?" ucap Helmi.
"Bukan, tapi aku butuh waktu sendiri," jawab Lena.
"Baiklah" jawab Helmi, lalu ia keluar dari rumah tersebut.
"Satu langkah lagi, kamu akan hancur, Rangga" ucap Lena.
***
Sebenarnya apa masalah Lena dengan Rangga dulu, ya?" humm
bakal berusaha trs mengganggu hdp zia trs
cepat sembuh zia