"Masa lalumu biarlah menjadi masalalumu, dan masa depanmu adalah masa depan kita."
"Tapi aku takut mengecewakanmu."
"percayalah jika seseorang mencintaimu dengan tulus dia tak akan pernah mempermasalahkan masalalumu, tidak semua orang memiliki masa lalu yang indah ataupun sebaliknya jadi tak semua orang harus mengetahuinya."
Novel ini mengisahkan perjuangan seorang gadis yang harus meninggalkan keluarganya dan oramg ia sayangi demi ketenangan hidupnya dan brusaha keras untuk mewujudkan semua impiannya.
Meski harus menikah di usianya yang terbilang masih muda dan menjadi gelar seorang Ibu baginya tak menjadi penghalang untuk mengejar apa yang telah ia impikan selama ini.
Apakah Alindia bisa bangkit dari keterpurukan dan menemukan kebahagiaan? Yuk baca novelnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosdiana meida sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Difitnah
Seperti biasa sebelum barangkat sekolah, Alin dan ke tiga saudaranya sarapan bersama kedua orangtuanya, Semua makanan telah disiapkan oleh Bik Iyem asisten rumah tangganya, berbagai macam menu sarapan seperti Opor Ayam, nasi goreng, sandwich serta jus telah dihidangkan diatas meja dengan rapih.
Alin hanya memakan sepotong sandwich dan segelas jus alpukat saja karena dia tidak terbiasa makan nasi di pagi hari. setelah selesai sarapan Alin dan ke tiga saudaranya berpamitan untuk berangkat sekolah.
"Aliin ingat ya kalau kamu masih ketahuan pacaran, Papa tidak akan segan - segan menghentikan biyaya kamu sekolah."
"Tapi Alin memang tidak pacaran Paa."
"Sudahlah Liin gak usah nge bantah." ucap Bu Liliy
Alin hanya diam lalu berpamitan kepada orangtuanya untuk berangkat sekolah. Mereka ber empat masuk ke dalam mobil, Pak Mamat terlebih dahulu mengantarkan Keisya, terakhir baru Alin, Laura dan Shela..
Tetapi ditengah perjalanan menuju sekolah, Laura menyuruh Pak Mamat berhenti..
"Stop pak. dan kamu Alin, cepat turun dari mobil."
"Tapi Raa, aku berangkatnya gimna nanti telat."
"Bodo amat, cepat turun."
Shela membuka pintu mobilnya dan Laura menyuruh Alin keluar dari mobil dengan paksa, Pak Mamat hanya diam dan kasihan dengan Alin tapi dia tak bisa berbuat apa - apa karena takut dipecat, ia sangat butuh pekerjaan ini demi istrinya di kampung yang sedang Hamil.
Akhirnya mobilpun melaju dengan kencang meninggalkan Alin dipinggir jalan, Alin pun kembali berjalan dengan cepat, berharap ia bisa sampai sekolah dengan tepat waktu meski itu sepertinya tidak mungkin karena masih jauh, ia juga tidak membawa uang saku karena Papanya tidak memberinya uang gara - gara dituduh pacaran.
Tak disangka ditengah perjalanan, ia bertemu dengan Aldi yang sepertinya sedang terburu buru.
"Aliin kok jalan kaki, ayo bareng."
"Gak usah Al bentar lagi juga nyampe."
"Apanya? masih jauh ini, ayo buruan."
tanpa berfikir panjang, Alin naik motor bersama Aldi, tetapi karena memang Aldi terlalu mepet dengan jam masuk sekolah, mereka berdua akhirnya dihukum karena terlambat 15 menit dan tidak diperbolehkan masuk sekolah.
"Ayo dong pak izinkan kami masuk. kan cuman 15 menit." ucap Alin
"Maaf gak bisa non, cuman mas Aldi aja yang boleh masuk."
"Gak pak, kalau Alin gak bisa masuk, saya juga gak bakal masuk."
"Tapi Mas nanti Pak Danuarta gimana?"
"Mangkanya pak, izinkan kita berdua masuk aja."
"Baiklah mas tapi jangan bilang ya."
"Siap Pak." jawab Aldi
Gerbang pun dibuka, mereka berdua segera masuk, sambil berjalan, Alin bertanya.
"Looh hubungannya apa kamu dengan kepala sekolah?"
"Itu Papaku.."
"Haah? kok aku baru tau kalau kamu anaknya Kepala sekolah ini, katanya dulu Ayahmu pelaut?"
"Nanti aku ceritain ya, sekarang kita masuk kelas dulu."
Alin hanya mengangguk dan mereka masuk ke kelas masing - masing.
sesampainya di kelas, Laura merasa heran melihat kedatangan Alin.
"looh kok dia bisa masuk, bukannya seharusnya dia telat, jangan - jangan cowok kemarin itu yang nolongin dia lagi "
"Cowok yang mana Ra?" tanya Diva teman sebangku Laura.
"Yang Osis ituloh."
"Oh yang ganteng kemarin itu?"
"Ehh rupanya cowok yang kemarin itu anaknya kepala sekolah kita looh." sahut Ambaar yang masih satu geng dengan Laura
"Apaa?? serius loe Mbar?" tanya Laura terkejut
"Iya Raa dia itu Aldi anaknya Pak Danuarta, beruntung banget sih Alin bisa deket sama Aldi."
"Ini gak bisa dibiarin, gue gak mau Alin bisa deket sama Aldi, gara - gara dia, cowok gue mutusin gue karena naksir juga sama si Alin."
"Yaudah kita kerjain aja gimana?" ucap Ambar
"Oke setuju." sahut Laura dan Diva..
Ternyata Laura dan kedua temannya memiliki niat buruk kepada Alin, seperti biasa sepulang sekolah Laura dan Shela meninggalkan Alin. jadi Alin pulang sekolah bersama Aldi, tetapi kali ini di tengah jalan tiba - tiba motornya Aldi berhenti.
"Waah banku bocor nih Lin, kok aku baru nyadar ya.?"
"Terus gimana ini Al kan bengkel jauh banget apalagi ini mendung bentar lagi hujan."
"Kamu naik taxi aja ya aku bayarin, takutnya nanti kamu telat pulangnya dimarahin lagi."
"Enggak Al, kita bareng - bareng aja ya."
"Tapi kasian kamu Lin, nanti capek loh."
"Udah gak apa - apa."
Akhirnya mereka berdua berjalan sambil mendorong motornya mencari bengkel dan tiba - tiba hujan pun turun, tetapi mereka tetap berjalan karena Alin ingin segera pulang, setelah berjalan cukup lama, akhirnya mereka menemukan bengkel. sambil menunggu motornya selesai, Aldi mengajak Alin makan bakso terlebih dahulu. sekalian menghangatkan badan
"Gimana lanjutan ceritanya yang tadi?" tanya Alin memulai pembicaraan.
"Ooh soal tadi, Ibuku waktu itu berbohong padaku, katanya Papaku bekerja sebagai pelaut, ternyata Papaku selingkuh sama perempuan di kota, itu sebabnya ada disini dan jadi kepala sekolah."
"Tapi mereka menikah?"
"Iyaa, aku juga sama sepertimu tapi bedanya Mamatiriku sangat menyayangiku, tapi tidak denganku, aku sangat membencinya, gara -gara dia, ibuku sering sakit - sakitan dulu, sering bertengkar juga karena Papaku selingkuh."
"Aku kira cuma aku yang berasal dari keluarga brokenhome ternyata kamu juga."
"yaudah gak papa, ada aku disini bust kamu, tetap semangat ya." Ucap Aldi sambil menggenggam tangan Alin.
Sementara dirumah, Keisya mondar mandir menunggu kakaknya pulang, bolak balik dia menghubungi Alin tetapi tidak aktif.
"Aduuh dimana sih kakak, kok belum pulang juga, bentar lagi Umi sama Papa pulang, pasti kena marah lagi." ucap Keisya dengan cemas.
Beda dengan Laura dan Shelaa.
"Kak Alin kayaknya telat lagi deh Kak."
"Biarin, ntar kenak marah Papa."
"Tapi kan ada kak Aldi."
"Tenang aja, motornya Aldi udah Kakak bikin bocor bannya."
Beberapa menit kemudian, Bu Lily dan Pak Wirawan datang, Keisya mulai deg - degan.
"Alin kemana, belum pulang lagi dia?" tanya Pak Wirawan
"Paling pacaran lagi sama cowok kemarin Paa, mangkanya kita pulang duluan." jawab Laura
Hari sudah semakin gelap dan saat azan magrib berkumandang, motor Aldi telah tiba didepan gerbang rumahnya Alin. Pak Wirawan sudah bersiap - siap untuk memarahi Alin.
"Dasar anak tak tau diuntung disuruh sekolah malah pacaran, ini sudah jam berapa?"
"Maaf Oom, tadi motor saya mogok saat ingin mengantarkan Alin pulang dan susah cari bengkelnya."
"Diam kamu!! Ayo Alin masuuk."
Pak Wirawan membawa masuk Alin secara paksa, dia menyeret Alin dan memasukkannya kedalam gudang.
"Papa tolong dengerin aku, aku memang gak pernah pacaran justru Laura yang sering pacaran disekolah bukan aku."
"Jangan dengerin dia Paa. mana buktinya kalau Laura pacaran?"
"Itu hukuman buat pembangkang sepertimu Alin, kamu Papa kurung disitu." Ucap Pak Wirawan lalu pergi meninggalkan Alin.
"Umii tolong bukain pintunya, besok Alin ada ujian disekolah Umii. tolong bukain pintunya." Ucap Alin sambil menggedor gedor pintunya.
"Maaf Lin kali ini Umi tidak bisa menolongmu karena kamu memang bersalah." Bu Liliy pun pergi meninggalkan Alin didalam gudang yang gelap dan pengap sendirian..
Keisya yang tidak tega melihat kakanya dikurung, dia mencoba berbicara dengan Ibunya.
"Umi gimana sih, Umi ini ibu kandungnya kenapa Umi lebih percaya mereka daripada anak umi sendiri."
"Diam kamu Keisyaa, kamu masih kecil gak tau apa - apa."
"Keisya kecewa sama Umi."
"Awas ya kalau sampai kamu menolong kakamu, nanti umi masukkan kamu ke gudang sekalian."
Selama didalam gudang, Alin hanya bisa menangis dan mengingat Usman Ayah kandungnya, dia ingat kebaikan sang Ayah yang selalu memperlakukannya dengan lembut, tiba - tiba jantung Alin terasa berdebar sangat cepat dan nafasnya mulai terasa sesak, seoertinya penyakitnya mulai kambuh, tak lama kemudian, diaa jatuh pingsan....
mampir juga di novel aku
"Bertahan Luka"