Ini tentang Xeira, tentang kisah cintanya dengan Jeffery sang artis juga model ternama, tentang rasa sayang Xeira pada Alexa sang adik dan tentang rasa cemasnya.
Xeira sangat menyayangi sang Adik, tak sekali pun dia menolak apa yang menjadi keinginan adik tercintanya namun satu hal yang menjadikan Xeira bimbang untuk mengambulkan salah satu permintaan sang adik, Jeffery. seorang pria yang adiknya dambakan sebagai seorang kekasih nyatanya adalah kekasih Xeira, pria yang Xeira cintai di dalam hidupnya.
Akankah Xeira memilih kembali menuruti sang adik dan melepaskan Jeffery, atau tetap mempertahankan pria itu dan menolak apa yang menjadi keinginan sang adik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firda 236, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TIGA PULUH TIGA
“Dokter bilang, pasca kecelakaan di tambah karena kecemasan kamu yang kemarin itu buat tubuh kamu makin down. Jadi untuk sementara waktu, kamu harus di rawat inap, sekitar satu minggu mungkin lebih cepet kalau imun kamu pulih banget.” Aku mengangguk, tidak ada yang terlalu menghawatirkan kalau begitu.
“Baby” aku menatapnya yang kini, beranjak duduk di samping kaki ku mengenggam kedua tangan ku lembut penuh perasaan.
“Aku udah nanya sama dokter soal kamu yang gampang cemas dan khawatir tentang sesuatu” aku mendengarkan dengan seksama.
“Dan dokter bilang, kamu hanya terlalu khawatir dan gak menutup kemungkinan itu bakal lebih parah kalau kamu terus nurutin kecemasan kamu” aku menunduk, sudah tau tentang hal itu.
“Jadi baby, aku mohon sama kamu. Tolong kasih tau sekecil apapun yang buat kamu khawatir dan cemas, apapun itu aku mohon kasih tau aku. Biar aku tau, biar aku bisa bantu kamu supaya tenang dan kecemasan kamu gak bakal berlebihan kamu mau’kan?” aku terdiam sejenak, sebelum mengangguk mengiyakan, membiarkan Jeffery memeluk ku erat.
“Aku khawatir sama kesehatan kamu baby. Aku gak mau kamu sakit, aku sedih kalau kamu sampai dirawat kaya gini”
“Maaf Jeff”
“It’s oke, yang penting sekarang, kamu harus sehat. Supaya bisa ngelakuin aktifitas kaya biasanya oke?” aku mengangguk, membiarkan Jeffery kembali menyuapi ku dengan apel yang dia ambil dari piring yang sebelumnya di letakan di atas nakas.
“Kamu tiap hari disini?” dia mengangguk.
“Kamu jangan khawatir baby, aku gak ketemu sama Alexa kok. Sesekali juga aku pulang buat ganti baju, dan ya Mamah Papah dan Alexa bakal dateng jagain kamu.” Aku mengulas senyum lega.
“Kemarin juga Mamah Papah aku kesini, buat jenguk kamu. Tapi kamu belum sadar dan mereka punya urusan lain jadi gak bisa lama nemenin kamu, maaf ya?”
“Gak papa. Aku seneng kamu disini, itu gak ganggu kerja kamu‘kan?” Jeffery menggeleng, menyuapkan satu potong apel pada ku juga pada dirinya.
“Itu punya aku!”
“Aku gak boleh makan?” aku menggeleng, dia memasang wajah merajuk, aku terkikik karena itu sebelum mengambil satu potong apel, dan menyuapinya.
“Makasih. Kamu gak perlu khawatir baby. Pekerjaan aku gak sepenting kamu. Aku juga udah minta cuti selama disini, sekitar satu atau dua minggu’lah”
“Mereka gak keberatan?”
“Dari pada aku keluar?”
“Ah iya juga. Dasar kamu”
“Gak ada yang sepenting kamu baby” Aku memutar mata malas.
Pergerakan Jeffery yang hendak mengambil potongan apel mendadak beralih pada handphone-nya yang berdering, aku sempat melihat nama managernya –Rubby- pada layar, setelahnya Jeffery yang meminta sedikit waktu guna mengangkat telfon. Aku hanya mengangguk, membiarkannya mengambil jarak mencari privasi.
“Kenapa?” tanya ku saat Jeffery kembali, wajahnya mendadak kesal, aku tidak tau mengapa.
“Baby, kayaknya aku harus pergi sebentar” aku menatap tanya
“Rubby bilang ada pemotretan yang gak bisa aku tinggal, aku sebenernya udah bilang aku cuti, tapi ini penting katanya. Aku janji aku bakal ke sini lagi, kamu gak papa’kan aku tinggal? Aku juga udah telfon mamah kamu, dia bentar lagi ke sini” aku mengangguk walau rasanya tak ingin di tinggal.
“Maafin aku ya?”
“Gak papa Jeff. Jangan lama-lama ya” dia mengangguk, mencium kening ku lama sebelum beranjak pergi.