NovelToon NovelToon
Sistem Sepak Bola

Sistem Sepak Bola

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Pemain Terhebat / Bepergian untuk menjadi kaya / Mengubah sejarah / Karir
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Lion Star24

Ronald Leo, seorang remaja berbakat dari desa kecil di Kediri mendapatkan kesempatan emas untuk mewujudkan mimpinya menjadi pemain sepak bola profesional. Setelah mencuri perhatian pelatih selama seleksi Borussia Dortmund ||, Leo berkembang pesat dengan bantuan sebuah Sistem misterius yang meningkatkan kemampuan fisik dan tekniknya diatas rata- rata. Ditengah persaingan ketat dan berbagai tantangan, Leo memimpin timnya menjadi juara liga remaja Jerman dan mencetak prestasi luar biasa. Namun, perjalanan Leo baru saja dimulai, karena ia kini harus membuktikan kemampuannya di panggung yang lebih besar ~ Liga Profesional.
Dengan penuh aksi, persahabatan, dan impian besar, "SISTEM SEPAK BOLA" adalah kisah seorang remaja Indonesia dalam meraih kejayaan di dunia sepak bola internasional.
Novel ini tidak menganut jadwal dan regulasi liga Eropa secara menyeluruh, demi perkembangan jalan cerita, jadi mohon dimengerti bila ada jadwal yang melenceng jauh.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lion Star24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

Leo mengangguk dengan mata berkaca-kaca. "Aku akan berusaha keras dan tidak akan mengecewakan kalian".

*****

Hari keberangkatan semakin dekat, dan Leo semakin sibuk dengan segala persiapan akhir. Steven dan Rudi datang ke rumah Leo untuk memastikan semua dokumen dan persiapan telah lengkap.

"Selamat pagi, Leo, Pak Herman, Bu Susi" Sapa Steven. "Kami sudah siap dengan semua dokumen. Leo, pastikan kamu memeriksa barangmu sebelum berangkat".

"Terimakasih, Steven. Kami sudah menyiapkan semua yang diperlukan. Dan terimakasih juga Pak Rudi, atas bantuan anda dengan dokumen dan terjemahan" Kata Bu Susi.

Pak Rudi tersenyum. "Tidak masalah, kami disini untuk memastikan semuanya berjalan lancar. Leo jika ada yang kamu butuhkan, jangan ragu untuk menghubungi kami".

Leo tersenyum lega mendengar semua dukungan dari semua orang di sekelilingnya.

Dengan persiapan yang matang dan dukungan penuh dari keluarga serta teman-teman, ia merasa siap untuk menghadapi tantangan baru di Jerman.

Sebenarnya Pak Herman merasakan perasaan yang mengganjal, karena beberapa hari lalu Steven menelfon Pak Herman meminta uang untuk membeli tiket ke Jerman, dengan alasan dia belum mendapatkan gaji dari pihak klub.

Tapi Pak Herman tetap berpikir positif, mengingat ini adalah keputusan anaknya.

***

Saat hari keberangkatan tiba, Leo berdiri di bandara bersama orang tua dan adiknya. Ia merasa campur aduk antara semangat dan kesedihan.

"Selamat tinggal, Nak. Jaga diri baik baik dan selalu ingat nasihat dari Bapak dan Ibu" Kata bapak Herman sambil memeluk Leo.

"Selamat tinggal, Bu, Pak. Aku akan selalu mengingat semua pesan dan dukungan kalian. Terimakasih telah selalu ada untukku" Jawab Leo dengan penuh rasa syukur.

Leo mengusap lembut rambut adiknya "Jangan nakal, dengarkan Bapak Dan Ibu ya dek"

Bu Susi mengusap air mata di pipinya. "Berhati-hatilah dan jangan lupa untuk selalu berdoa. Kami akan selalu mendukungmu dari sini".

Leo melambaikan tangan saat ia melangkah menuju gerbang keberangkatan. Dengan tekad yang bulat dan dukungan yang kuat dari orang-orang terkasih, ia siap memulai perjalanan menuju Jerman, tempat dimana mimpi mimpinya akan mulai menjadi kenyataan.

***

Setelah perjalanan panjang yang melelahkan selama 20 jam, Leo akhirnya tiba di bandara Dortmund. Waktu menunjukkan sudah sore hari saat pesawatnya mendarat, Leo merasa kagum dengan kemegahan bandara serta kota Dortmund yang tampak menakjubkan dari atas pesawat. Langit sore memberikan sentuhan misterius pada kota yang baru saja ia kenal.

Saat mereka keluar dari bandara, Steven terlihat antusias. "Selamat datang di Dortmund, Leo! Kota ini menjadi rumah barumu untuk beberapa waktu kedepan. Bagaimana dengan kesan pertamamu?"

Leo menatap sekeliling dengan mata berbinar. "Ini sangat berbeda dari kediri. Saya belum pernah melihat kota sebesar ini sebelumya. Semuanya terlihat sangat modern dan bersih".

Mereka berdua naik taksi menuju markas Borussia Dortmund II. Selama perjalanan, Steven terus menerangkan berbagai hal tentang kota dan klub sepakbola yang akan menjadi tujuan Leo.

"Disini, kamu akan dilatih dengan para pelatih terbaik. Mereka tahu bagaimana mengasah bakat seperti kamu" Kata Steven dengan penuh semangat.

Leo merasa terinspirasi oleh kata kata Steven. Namun, perasaannya mulai berubah saat Steven menghentikan taksi mereka di sebuah taman yang terlihat agak sepi.

"Kenapa kita berhenti disini, Steven?" Tanya Leo bingung.

"Ini adalah tempat yang nyaman untuk beristirahat sebentar sebelum kita menuju markas klub. Aku ingin kamu berganti pakaian formal karena kita akan bertemu bos klub" Jawab Steven. "Bagaimana kalau kamu ganti pakaian di toilet taman ini? Aku akan menjaga kopermu".

Leo yang percaya sepenuhnya kepada Steven, mengangguk. "Baiklah. Terimakasih, Steven".

Setelah mengambil pakaian yang dibutuhkan dari dalam koper, Leo menyerahkan kopernya kepada Steven.

Leo masuk ke dalam toilet taman sambil membawa ransel kecilnya, meninggalkan kopernya di tangan Steven. Dia tidak tahu bahwa Steven sebenarnya bukanlah agen pencari bakat seperti yang ia kira, melainkan seorang pelancong biasa yang tengah mengalami kesulitan finansial dan melihat kesempatan untuk mendapatkan uang dengan cara yang licik.

Setelah Leo berganti pakaian, ia keluar dari toilet dan mencari Steven di sekitar taman.

“Steven? Di mana kamu?”

Namun, taman tersebut kosong dan sepi. Leo mulai merasa cemas. Dia mencoba mencari di setiap sudut taman, tetapi tidak menemukan sosok Steven. Waktu semakin sore, dan matahari perlahan-lahan tenggelam di balik cakrawala.

Perut Leo mulai keroncongan dan ia merasa sangat kehausan. Dia merogoh saku celananya, tetapi tidak menemukan uang sama sekali. Dengan panik, ia membuka ranselnya dan beruntungnya menemukan satu amplop berisi uang sebesar 50 juta rupiah—dana darurat yang disiapkan oleh Bapak Herman untuk keadaan mendesak.

Di dalam ranselnya hanya berisi dokumen-dokumen dan beberapa potong pakaian santai.

Leo berusaha menenangkan diri dan mencari solusi. Dengan langkah tergesa-gesa, ia menuju ke seberang taman, mencari penduduk sekitar untuk mencari informasi. Berdasarkan petunjuk dari penduduk sekitar, ia menemukan tempat penukaran uang.

“Permisi, di mana saya bisa menukarkan uang?” tanya Leo kepada seorang pria di tempat penukaran uang.

“Di sini,” jawab pria itu sambil menunjukkan meja tempat penukaran uang.

Setelah menukarkan uangnya, Leo kembali ke kedai makanan ringan terdekat. Ia membeli roti dan minuman dingin, berusaha menghemat uangnya sebanyak mungkin. Ia sadar bahwa ia harus bijak dalam menggunakan uang yang tersisa.

“Ini saja, terima kasih,” kata Leo sambil membayar makanan dan minumannya.

Malam tiba, dan lampu-lampu jalan mulai menyala, menerangi suasana gelap. Leo kembali ke taman dengan perasaan campur aduk—marah, sedih, dan ketakutan. Baru pertama kali dalam hidupnya ia melangkah jauh dari rumah, dan kini ia terjebak dalam situasi yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Ia mencoba mencari tempat untuk berlindung di malam hari yang semakin gelap. Setelah mempertimbangkan beberapa opsi, ia memutuskan untuk kembali ke toilet taman dan beristirahat di sana. Kebetulan saat itu taman sedang sepi, jadi ia merasa sedikit tenang.

Di dalam toilet, Leo duduk di lantai dengan bersandar pada dinding, mencoba menenangkan pikirannya. “Bagaimana bisa ini terjadi? Aku sangat berharap ini bukan mimpi buruk,” gumamnya kepada diri sendiri. “Aku harus berpikir jernih dan mencari jalan keluar.”

Dia mengeluarkan roti dari tasnya dan makan dengan cepat, mencoba mengisi perutnya yang kosong. “Setidaknya aku masih punya uang. Aku harus mencari cara untuk menghubungi Steven atau mencari tempat tinggal sementara.”

Leo mengingat kembali semua yang telah dia pelajari dan persiapkan sebelum berangkat. Dia tahu bahwa dia harus tetap optimis dan tidak menyerah begitu saja. “Aku tidak bisa membiarkan semua usaha ini sia-sia. Aku harus bertahan dan terus berjuang.”

Sambil memikirkan langkah selanjutnya, Leo merasa lelah dan mengantuk. Ia berbaring di lantai toilet, berusaha memejamkan mata dan berdoa agar hari esok membawa solusi untuk masalahnya.

"Mungkin ada orang disekitar sini yang bisa membantu. Aku harus bertanya kepada penduduk sekitar besok pagi," Pikirnya sebelum terlelap dalam tidur yang tidak nyenyak.

******

1
Deva Silvia Putri
mending leo pindah ,cari klub lain
Azril Parmen
Luar biasa
Rizky Fadillah
berantakan seperti sistem ai
adlyu
Update thor
Lion Star⭐: siap👌
total 1 replies
Afdhal Fauzi
teruskan/Smile//Joyful/
🛌
kek yang ada di platform novel penghasil uang deh/Shame/
Dani Ni
bisa ngk kata katanya, ngk ush terlalu formal.
Dani Ni
kata katanya terlalu formal, seperti percakapan biasa aj.
RMYAN'S
kok jalan ceritanya kaya sama ya sama akun sebelah?

ini copy paste atau karya asli?


sorry author bukannya meremehkan karyamu atau apalah tapi menurut saya pribadi jalan cerita yang author tulis tidak asing bagi saya🙏
Mhmmd Hrts: yg mn?
pembaca gabut: beda nama doang wkwkw wkw TPI bodo amat yg dosa kan dia
total 3 replies
juan carlos vasquez paredes
Lanjut terus thor, saya sudah jatuh cinta sama ceritamu❤️
Lion Star⭐: Siap 86
total 1 replies
o^┢┦apΡy
Aku jadi pengen main ke dunia dalam cerita ini 👍
Fajar Fathur
lanjut update thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!