NovelToon NovelToon
Desa Terkutuk. Urban Legend

Desa Terkutuk. Urban Legend

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Rumahhantu / Kumpulan Cerita Horror / Desas-desus Villa / Tumbal
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ady Irawan

Kumpulan Kisah horor komedi, kisah nyata yang aku alami sendiri dan dari beberapa narasumber orang-orang terdekatku, semuanya aku rangkum dalam sebuah novel.

selamat membaca. Kritik dan saran silahkan tuliskan di kolom komentar. 😘😘😘😘😘😘

Lawor di mulai!!! 😈😈😈😈😈

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

1. Arwah Penasaran.

Tahun 1962. Dimana aku saat ini masih kelas lima SD, tinggal di kota Malang Desa Mulyorejo. Suatu hari di pagi hari yang berkabut, aku di bangunkan dengan paksa oleh ibuku. Tapi, aku masih enggan untuk meninggalkan tempat tidurku yang nyaman.

   "Kalau ga bangun juga, siap-siap tak pukul dengan rotan ya!!" bentak ibukku. Saat itulah, dengan semangat yang membara yang datang entah darimana, aku langsung melesat ke kamar mandi, sekedar untuk cuci muka.

   Setelah siap dengan seragam ku yang mulai menguning, dan celananya mulai pudar, kau mengulurkan tanganku ke arah ibukku. "Mau apa?" Tanya ibukku.

   "Uang saku lah." Jawabku.

   'Plak' rotan lah yang mendarat di telapak tanganku.

   "Aduh! Apaan sih Mak?" aku menjerit kesakitan.

   "Sekarang kamu minta uang jajan, padahal barusan kamu sulit sekali untuk di bangunkan? Sini, tak kasih lagi." Dia menarik tanganku dan memukulkan rotannya sekali lagi.

   Namaku Aditya Hendrik Suherman, sekolah di SDN Mulyorejo 30. Rumahku berada di seberang sekolah itu. Tapi, karena sering kesiangan aku menjadi salah satu murid yang cukup di benci oleh guru. Ok, baiklah itu memang salahku, tapi juga bukan salahku sepenuhnya. Soalnya, hampir setiap malam ada saja kejadian aneh di belakang rumahku.

   Dibelakang rumahku ada perengan yang di dasarnya ada sungai metro yang cukup besar. Banyak bebatuan sebesar gaban di sana. Dan airnya sangat jernih, sehingga banyak orang yang memanfaatkan sungai itu sebagai tempat untuk mencuci baju dan mandi. Salah satunya adalah keluargaku, walaupun cuma sekedar cuci baju saja.

   Untuk menuju ke bawah sana, ada jalan setapak tepat di sebelah barat rumahku, dan di pasangin batu kali oleh kakekku, sehingga memudahkan siapapun yang ingin turun ke bawah sana.

   Seminggu yang lalu, di bawah sana di temukan sosok mayat tanpa identitas. Lha, mulai saat itulah banyak kejadian aneh yang terjadi di belakang rumahku.

Balik ke cerita.

   Sekolahku sedang heboh, salah satu temanku yang bernama Udin, dia bercerita kalau ada penampakan hantu di belakang rumahnya. Hohoho, ga cuma belakang rumahku saja yang angker. Kita senasib brother.

   "Beneran! Aku tidak bohong!" teriak Udin ke Riyono, dia salah satu teman sekelas ku juga. Dia anak cukup bandel, suka keluyuran, suka tidur di dalam kelas, suka bolos dan suka telat datang.

   "Emangnya kamu lihat sendiri setannya?" Tanya Riyono.

   "Bukan, tapi bapakku." Jawab Udin keras.

   "Halah, palingan kamu cuma di takut-takutin sama bapak mu supaya kamu ga keluyuran." Wajah Riyono penuh cemooh saat mengatakan kalimat barusan. Senyumannya menjengkelkan, seandainya aku adalah Udin, mungkin sudah aku bogem itu muka. Tapi, Udin adalah Udin, bukan aku. Dia cengeng, pengecut, tapi suka cari masalah.

   "Kalo ga percaya ya sudah, jangan dengerin ceritaku!." teriak Udin.

   "Benar nih. Kamu ini, jangan pamali seperti itu. Nanti, kami di datangi setan batu tau rasa kau." Sahut Efi, cewek paling cantik di kelas kami. Dia selalu membela siapapun yang lemah, siapapun yang di bully di kelas. Udin salah satunya, karena dia selalu jadi bulan-bulanan oleh teman-teman yang lain.

   "Emangnya, kamu juga pernah di tampakin setan juga, Fi?" Tanya Riyono. Walaupun pertanyaan seolah penasaran, tapi mimik wajahnya tetap mencemooh. Aku jadi geram sendiri dibuatnya. Saat aku mau membela Efi, Efi menjawab pertanyaan Riyono.

"Pernah, tapi bukan sapi penasaran."

"Ceritakan selengkapnya." Ledek Riyono.

Tapi, Efi tidak terpancing emosi kali ini. Dia hanya tersenyum sedikit lalu menjawab. "Kamu tahu kan pohon beringin kembar yang ada di depan kelurahan. Saat malam hari, sepulang dari menggaji di masjid Al-Barkah, Bapak tidak menjemput ku seperti biasanya. Aku jadi terpaksa harus pulang sendiri. Aku harus melewati pohon beringin kembar itu saat pulang. Nah, saat aku lewat di bawahnya, aku mendengar ada sesuatu yang jatuh ke tanah di dekat salah satu pohon beringin itu. Tau apa yang jatuh tadi?" Efi melihat teman-teman sekelas satu-persatu. Kami semua menggeleng sebagai jawabannya. "Yang jatuh itu adalah kemamang!!" Di akhir kata-katanya, dia berbicara dengan nada tinggi.

Riyono tertawa terbahak bahak mendengar cerita Efi lalu berkata. "Kemamang? Apaan lagi itu! Bwahahaahaha!!"

"Kamu ini ya. Semoga kamu di tampakin setan beneran!!" Teriak Efi. Dan kami mengumpat dia bersama-sama. Tapi, apa mau dikata, dia adalah anak paling bebal sedunia. Dia tidak menghiraukan ucapan kami dan terus mencemooh Efi.

Acara kami harus bubar karena Pak Nur sang wali kelas kami datang dengan wajah angker. "Bisa tenang anak-anak?" Kami berhamburan ke bangku kami masing-masing. "Lalu, serahkan PR kalian kemarin."

Riyono Maju dengan wajah tertunduk. Mampus Lu Yon. Makan tuh. Makanya jangan sok jagoan.

Nex

Siang itu, sepulang dari sekolah, aku mandi di Kali Lanang, dekat rumahnya Riyono dan Udin. Perdebatan mereka masih seputar penampakan di belakang rumahnya Udin. Tapi, menurutku cerita Udin juga tidak masuk akal. Bagaimana tidak, ada seekor sapi yang mati, arwahnya jadi penasaran. Pantas saja kan si Riyono tidak percaya. Tapi, kisahku tidak ecek-ecek begitu. Kisahku lebih wauh gitu.

Saat Udin dan Riyono sedang bertengkar, aku dan teman yang lain mengobrol kan kisah horor versi kami sendiri. "Kami percaya setan Dit?" Tanya Joni, dia teman sekelas ku, sama dengan yang Riyono dan Udin tadi.

"Percaya, lah." Jawabku. "Kamu sendiri?"

"Sama, aku juga percaya. Tapi tidak dengan sapi penasaran yang diceritakan oleh Udin." Jawab Joni.

"Hahaha. Aneh-aneh saja si Udin. Pantaslah si Riyono tidak percaya." Aku terkekeh sendiri dengan omonganku.

"Tapi, dia heboh sekali saat bercerita. Seperti dia pernah melihatnya secara langsung. Kalo boleh tau, kamu ada kisah apa Dit?"

"Yah. Banyaklah, salah satunya penampakan di Kali Metro yang ada di belakang rumahku. Minggu kemarin, kan ada mayat seseorang yang tidak dikenal. Mayatnya ditemukan terjepit di antara bebatuan yang ada di sana. Tiap malam selalu terdengar suara teriakan minta tolong."

"Cuma gitu doank?" Protes Joni.

"Ga lah. Masih banyak lagi. Tapi, teriakan itu hampir setiap malam selalu terdengar. Makanya aku ceritakan pertama kali."

"Hei! Sudah mulai Magrib nih!" teriak Udin. "Pulang yuk, ingat. Disini angker kalo malam."

"Kamu percaya sama gituan ya Din?" Teriak Riyono.

"Kamu ini, semoga kamu di tampakin setan!" Sahut Udin penuh emosi.

"Sudah, jangan hiraukan mereka. Kita bawa obor, aman kok. Lanjutkan ceritamu." Kata Joni.

"Serius? Rumahmu jauh lho. Di Tebo Selatan kan? Dekat rumah Belanda yang angker itu kan?" Jawabku. "Mending besok saja di sekolah, biar bisa aku ceritakan selengkapnya."

"Halah. Bilang saja kamu takut dengan cerita Udin kan?" Ledek Joni. "Tapi, kalo mereka bubar, kita juga bubar ya?"

"Jiyaah. Kamu sendiri juga takut. Dasar kepet."

Nex

Malam harinya, setelah mengerjakan tugas sekolah. Aku sepertinya tertidur di ruang tamu. Eem. Aku ceritakan kisi-kisi rumahku dulu deh. Rumahku Berlantai dua, bukan orang kaya kok, rumah ini juga peninggalan Belanda. Tapi, tidak se bagus rumah Belanda yang ada di Tebo Selatan. Seperti rumah bergaya Belanda pada umumnya yang memiliki atap yang tinggi. Rumahku juga begitu. Ada dua kamar di lantai bawah, dan dua kamar lagi di lantai atas. Dapur ada di bangunan utama di lantai satu. Kamar mandi berada di ruangan terpisah. Aku harus keluar rumah dulu kalau ada hajat atau ritual segala umat.

Setiap pintu kamar memiliki angin-angin di atas kusen pintunya. Dulu, di angin-angin itu ada jendelanya, tapi entah kenapa jendela-jendela itu sudah di lepas. Jadi, bisa melihat plafon kamar dari luar kamar.

Dua kamar yang ada di lantai satu itu berdampingan tepat di sebelah kiri ruang tamu. Karena rumahku menghadap ke arah selatan, jadi kamar-kamar itu berad di sebelah barat.

Balik ke cerita.

Aku tertidur pulas, dan bangun ketika mendengar suara orang mengetuk pintu rumahku. Saat aku bangun, rumahku begitu gelap. Karena jaman ini masih belum ada yang namanya listrik. Kami memakai lampu templek dan lilin. Kalau sudah malam, kami sudah terbiasa untuk memadamkan api penerangan kami.

Ketukan ke tiga lah yang membuatku benar-benar terbangun. "Dih, siapa pula malam-malam begini bertamu?" Aku berjalan menuju pintu depan. "Siapa?" Aku berteriak ke arah luar.

"Ini Bapak le. Bukakan pintu." Ternyata itu adalah bapakku yang bernama Rahmadi Suherman. Dia bekerja sebagai penjaga palang pintu kereta api di kota.

"Oh, ya. Tak kira siapa." Aku membukakan pintu. Dan bapakku masuk ke dalam dengan langkah gontai.

"Ibukmu sudah tidur?" Tanya bapakku.

"Kayaknya sudah. Aku tertidur di sini, dan dia tidak terlihat."

"Ya sudah, aku langsung tidur. Kamu juga, cepat segera tidur. Sudah malam, jangan sampai besok kamu telat ke sekolah. Malu, masa rumah di depan sekolah masih bisa telat."

"Iya Pak. Tak beres-beres bukuku dulu."

Karena gelap, aku menyalakan sebuah lilin yang tadi aku pakai untuk menerangi ku ketika mengerjakan tugas sekolah.

Lagi asyik-asyiknya berberes. Aku merasakan merinding yang datang secara tiba-tiba. Aku tidak tahu kenapa, dan tidak tahu harus bagaimana. Tubuhku tiba-tiba membeku di tempat. Tapi, anehnya, ada suatu dorongan kuat untuk menyuruhku menoleh ke arah angin-angin kamar bapak ibukku. Tapi, aku berusaha untuk menahannya. Karena perasaanku tidak enak, merinding ini benar-benar tidak wajar.

Tapi, semakin ditolak, semakin kuat dorongan untuk menoleh ke arah itu. Lalu, seolah-olah kepalaku ada remot kontrolnya, dan entah siapa pula yang mengontrol nya. Kepalaku menoleh ke arah angin-angin dengan perlahan.

Setiap gerakan, nafasku semakin berat. Dan merinding yang aku rasakan semakin kuat. Hingga wajahku terasa tebal karena merinding ini.

Lalu, ketika aku menatap angin-angin kamar itu dengan sempurna.....

Ada sosok wajah laki-laki yang tak aku kenal sedang tersenyum lebar ke arahku.

"Waaaahhhhh!!!" Aku berteriak sekencang kencangnya.

"Allahu Akbar!!!" Bapakku teriak dari dalam kamarnya. "Ada apa?"

"Set.... Setan!!!!" Aku terjatuh ke lantai. Dan kakiku begitu lemas bagaikan tak bertulang. Bapakku keluar dengan mengenakan celana dalam saja, dan berlari tergopoh-gopoh menghampiriku.

"Apa? Ada apa?" Tanyanya.

"Ada setan! Setan!!! Ngintip lewat angin-angin." Jawabku.

"Mana? Tidak ada." Kata bapakku sambil melihat ke arah angin-angin tadi.

"Ta... Tapi...."

"Kamu kecapean karena kebanyakan belajar. Kamu salah lihat, nak. Sana, cepat tidur, biar bapak yang beresin Buku-buku mu."

"I... Iya..." Dengan langkah lemas lunglai, aku berjalan menuju kamarku. Merinding yang aku rasakan masih ada. Jantungku berdetak kencang, seperti habis berlari ribuan kilometer. Nafasku masih terengah-engah saat membuka pintu kamarku.

Kamarku tidak terlalu besar dan tidak pula terlalu kecil. Ada dipan di tengah-tengahnya, ada lemari di dinding sebelah barat.

Karena Kamarku gelap gulita, dan lilin berada di ruang tamu, hal itu menciptakan sebuah bayang-bayang hitam yang menari-nari di sekeliling kamar.

Aku berjalan menuju kasurku, dan ketika sudah mau naik ke kasur. Di ujung dipan kasurku, ada sosok wajah pria yang tadi. Dia masih tersenyum lebar seperti tadi. Dan, aku tidak ingat apa-apa lagi.

1
Rani_28
Tumben update lebih dari satu bab?
Rani_28
Seru sih. tapi ga ada line cerita seperti di buku pertamanya. Kasih donk, biar lebih seru.
Ady Irawan: akan di usahakan supaya ada villain nya lagi. 🥲🥲🥲
total 1 replies
Emma Shania
ganti judul
Rani_28
awalan 'su' semua ya namanya? sampe mumett
Ady Irawan: 😅😅wkwkwk
total 1 replies
Hamzink
makanya apa ya?
Hamzink
/Hunger//Hunger//Hunger//Hunger//Hunger//Hunger/
Hamzink
/Speechless//Speechless//Speechless/
Hamzink
seru dan lucu. ga nyangka ada novel yang menarik dari penulis pemula. semangat Thor. 💪💪💪
Hamzink
di samperin orgil. kisah masa kecilku ini bang. /Sob//Sob//Sob/
Hamzink
memberi kodok?/Shy/
Hamzink
astaga. menyumpahi ibunya sendiri. 🥲
Hamzink
wah seru.
Hamzink
ketiak. 🙈
Green Force
sumbermanjing iku wes kecamatan. dudu wilayah seng melok kecamatan.
Ady Irawan: wes tak kek i keterangan boss. 😁
total 1 replies
NiaNii
😐😐
Emma Shania
Ceritanya lucu, ga membosankan. author nya beneran terbuka dengan semua kritikan. semangat Thor. semoga sukses dan menjadi novelis profesional.
Eko Wahyulianto
yang kemrin di hapus. pdahal bgus lho. kenapa bang?
Ady Irawan: ya bang, dapat kritikan. ceritanya terlalu membosankan. jadi aku tulis ulang. 🥲🥲🥲
total 1 replies
Green Force
Woh, arek kuontol, di kongkon moco novel e, sek tas di nikmati malah di hapus. taek koen, awas lek mbok hapus mane.
Ady Irawan: wkwwkkw. woles cak. woles..😂😂😂
total 1 replies
Rani_28
oh. jadi maling obornya Riyono di buku pertama itu si Aditiya ini tah? Aditiya ga pernah sekalipun muncul di buku pertama. apa emang sudah di siapkan dari dulu?
Ady Irawan: wwkwkwk. masih ingat alur ceritanya yak? 😁😁😁
total 1 replies
NiaNii
Duh. bisa bisanya. 🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!