Pernikahannya dengan Serka Dilmar Prasetya baru saja seminggu yang lalu digelar. Namun, sikap suaminya justru terasa dingin.
Vanya menduga, semua hanya karena Satgas. Kali ini suaminya harus menjalankan Satgas ke wilayah perbatasan Papua dan Timor Leste, setelah beberapa bulan yang lalu ia baru saja kembali dari Kongo.
"Van, apakah kamu tidak tahu kalau suami kamu rela menerima Satgas kembali hanya demi seorang mantan kekasih?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Ada Apa Dengan Istriku?
Sela merebut Hp di tangan Dilmar. Dilmar berusaha merebut kembali Hp itu dari tangan Sela. Namun, Sela sudah terlanjur memegangnya dengan erat.
Melihat status Vanya seperti itu, mood Dilmar untuk makan malam berdua dengan Sela tiba-tiba buyar. Seperti ada yang aneh dengan status Vanya. Gambar hati yang terbelah menjadi dua menggambarkan perasaan seseorang yang sedang kecewa dan patah hati. Lantas Vanya merasa patah hati oleh siapa? Kenapa dia membuat status galau seperti itu? Apakah karena dirinya yang susah menghubunginya?
Dan saat ini sinyal sangat bagus, Dilmar justru mendapati status Vanya begitu galau. Dilmar sebetulnya ingin menghubungi Vanya, akan tetapi saat ini dirinya sedang bersama Sela.
"Ini."
Sela mengembalikan Hp Dilmar. Wajah Dilmar yang berubah kusut membuat Sela curiga, dan tentunya ia tahu itu semua bisa jadi karena Dilmar kepikiran dengan status Vanya.
"Kenapa sih murung? Apa karena status istri Kakak tadi?" tanya Sela menelisik.
"Tidak."
Dilmar menjawab singkat. Dia berdiri lalu menjauh dari meja yang ditempati Sela.
"Kenapa Kak Dilmar pergi, apakah Kakak akan menghubungi istri Kakak?" Sela bertanya sembari membuntuti Dilmar.
"Nona, pesanan sudah tiba."
Seorang pelayan kafe tiba-tiba muncul, mencegah langkah Sela yang akan mengikuti Dilmar. Terpaksa Sela kembali menuju meja tadi, sembari menunggu Dilmar kembali.
Setelah mendapatkan tempat yang sedikit jauh dari Sela. Dilmar mencoba menghubungi sang mama, ingin menanyakan kabar Vanya.
"Ada apa, kenapa menanyakan Vanya sama mama, kamu telpon langsung ke Hp nya mumpung sinyal di sana bagus." Terdengar suara Bu Sonia meninggi ketika Dilmar menghubungi sang mama hanya untuk menanyakan Vanya.
"Iya, Ma. Dilmar mau hubungi dia, tapi Vanya bikin status galau. Apakah Mama tidak melihat kalau Vanya membuat status?" balas Dilmar.
"Status galau seperti apa? Mama tidak sempat buka satu per satu status WA anak atau mantu mama, mama sibuk Dilmar. Kalau dia bikin status galau, kemungkinan kamu memang yang tidak bisa dihubungi dan jarang menghubungi. Jadi wajar kalau istrimu galau," jelas Bu Sonia sedikit meninggi.
"Iya, Ma. Tapi, keadaan Vanya baik, kan?" tanya Dilmar lagi.
"Kamu sebagai suaminya hubungi langsung, jangan tanya mama. Dia tentu saja sangat merindukan kamu. Sekarang sedang ada sinyal kenapa kamu tidak hubungi saja. Jangan membuat istrimu menunggu. Kemarin kamu melarang dia menghubungi duluan, giliran sekarang sinyal sedang bagus, kamu justru menanyakan kabarnya sama mama. Gimana kamu ini?" protes Bu Sonia terdengar kesal.
Dilmar terpaksa menyudahi telponya bersama sang mama, yang justru puas memarahinya. Kini ia akan menghubungi nomer WA Vanya. Dilmar membuka ruang chat antara Vanya dan dirinya. Tapi saat ini Vanya sedang tidak online. Dilmar justru dikejutkan dengan status WA Vanya yang sudah tidak ada, sepertinya Vanya sudah menghapusnya.
"Kenapa dengan Vanya, kok statusnya dihapus? Aku akan menghubunginya."
Sayang sekali nomer WA Vanya ternyata tidak aktif, sepertinya Vanya sedang mematikan data selulernya. Dilmar semakin dilanda gelisah, tidak biasanya Vanya yang selalu hangat dan ceria berubah drastis dengan menampilkan status galau.
"Kak Dilmar, makanan kita sudah tiba. Kita sebaiknya makan malam dulu." Tiba-tiba Sela sudah berada di belakangnya dan menarik lengan Dilmar. Dilmar terpaksa mengikuti kemauan Sela.
***
Lain Dilmar, lain juga Vanya. Malam itu sebelum Vanya membaringkan tubuhnya, Vanya memeriksa isi WA nya. Ada sedikit harapan ketika statusnya dilihat oleh Dilmar sang suami. Sebuah harapan besar muncul di dalam dada, sehingga mampu menepis semua isu yang disampaikan Sisi siang tadi. Isu CLBK sang suami dengan mantan kekasihnya yang saat ini bertugas di tempat yang sama.
Vanya menunggu kehadiran telpon Dilmar, dengan percaya diri. Dia berharap malam ini Dilmar menghubunginya, mengingat sinyal di sana sedang bagus.
"Hubungi Vanya cepat, dong, Bang. Vanya sudah rindu sama Abang." Senyum Vanya merekah saat hatinya dengan percaya diri menduga bahwa Dilmar akan segera menghubunginya. Perasaan sedih dan kecewa siang tadi atas berita Sisi, mampu dikesampingkan dahulu, karena sebentar lagi Dilmar menghubunginya.
"Ting."
Sebuah pesan WA masuk dan ternyata dari Dilmar, dengan girang Vanya membuka pesan masuk itu. Namun, seketika Vanya tercengang, sebab bukan kalimat sayang atau cinta yang Dilmar kirim, melainkan sebuah foto kebersamaan Dilmar bersama Sela terpampang jelas di sana. Posisi Sela sedang merangkul bahu Dilmar dari belakang.
"Bang Dilmar. Jadi, apa yang dikatakan Mbak Sisi benar adanya?" Mulut Vanya menganga tidak percaya. Hatinya kembali terluka, kini lukanya lebih dalam dari pada berita yang diberikan Sisi tadi pagi di toko.
Vanya menangis seraya membuka status WA yang sudah ia posting, lalu ia hapus semua. Setelah itu, ia mematikan Hp nya dan ia lemparkan Hp itu ke atas ranjang. Vanya menangis sejadi-jadinya dengan wajah ditutupi bantal. Kali ini, Dilmar betul-betul membuat hatinya sangat terluka dan kecewa dalam.
"Bang Dilmar tega. Kenapa abang hancurkan hati Vanya, Bang?" Tangisan Vanya baru reda setelah ia dengan sendirinya tertidur.
Setelah kejadian Dilmar mengirimkan foto bersama Sela, Vanya tidak mengharapkan Dilmar menghubunginya lagi. Vanya pun sebaliknya, dia tidak akan pernah mencoba menghubungi Dilmar lagi. Cukup sudah ia kecewa, dan ternyata kini Dilmar begitu tega menduakan cintanya.
***
"Vanya, sudah beberapa hari ini kamu selalu murung. Apakah kamu belum sama sekali dihubungi Dilmar lagi?" sapa Bu Sonia merasa khawatir melihat Vanya akhir-akhir ini selalu murung.
"I~iya, Ma. Tapi tidak apa-apa, Ma. Di sana, kan Bang Dilmar sedang bertugas, dan untuk menghubungi Vanya tentu saja harus mencari waktu yang tepat. Dan sepertinya kendala sinyal yang menjadi penghalang," alasan Vanya mencoba menutupi galau yang saat ini sedang ia rasakan.
"Baiklah. Yang terpenting, kamu harus tetap mendoakan suami kamu supaya dia tetap sehat dan selamat," ujar Bu Sonia sembari tersenyum penuh harap. Vanya mengangguk.
***
Hari pun berlalu, sebuah foto kembali terkirim dari nomer yang berbeda. Tapi foto itu cukup menjelaskan siapa mereka, Sela dan Dilmar tengah berpegangan tangan. Posisi mereka hanya dari belakang, tapi Vanya tahu, sosok lelaki itu adalah Dilmar.
"Bang Dilmar semakin keterlaluan. Kenapa kini dia tega membagi nomer aku sama perempuan itu? Rupanya Bang Dilmar sengaja ingin membuat aku sakit hati dan merana." Vanya kembali kecewa melihat foto kebersamaan Sela dan Dilmar yang begitu dekat.
"Hampa."
"Kecewa."
"Belajar melupakan."
Vanya membuat tiga status yang diposting sebelum ia beranjak tidur. Lalu dengan cekatan tangannya mengganti foto profil foto pengantin dirinya bersama Dilmar. Lalu ia ganti dengan foto dirinya yang tengah duduk sendiri, melamun memandang ke depan dengan tatapan hampa. Foto itu seakan menggambarkan perasaan hati Vanya yang sebenarnya.
***
Di tempat yang berbeda,
"Vanya membuat status galau lagi? Ada apa ini? Apakah dia merasakan sesuatu tentang aku di sini? Foto profilnya juga diganti. Aku harus hubungi dia mumpung dia sedang on dan sinyal di sini sedang bagus."
Setelah dibuat terkejut dengan status WA Vanya, Dilmar segera menghubungi Vanya. Sayangnya panggilannya justru diabaikan, malah satu kesempatan Vanya justru mereject panggilannya.
"Ya ampun, ada apa dengan istriku? Kenapa panggilanku dia reject?"
nyesel atau marah sama Vanya....
lha gmn tidak ..ms Vanya masih kepikiran takut kalau gigi Dilmar ompong ...😁
𝗅𝖺𝗇𝗃𝗎𝗍 𝗒𝖺 𝗄𝖺