Follow ig : Rahma_ar77
Sean Ronald Javindra, putra ketiga Eriel dan Edna ditugaskan daddynya ke Surabaya. Tas kecil satu satunya yang dia bawa tertinggal di toilet bandara. Untung dia sudah melewati bagian imigrasi.
"Sial," makinya kesal. Dia jadi ngga bisa menghubungi keluarga dan teman temannya, kaena ponselnya berada di dalam tas kecil itu.
Dia dengan sombong sudah menolak semua fasilitas daddynya karena ingin jadi orang biasa sebentar saja.
"Emang lo udah siap nerima hinaan?" cela Quin saat mengantarkannya ke bandara beberapa jam yang lalu.
"Yakin naek pesawat ekonomi?" ejek Theo mencibir.
"Jangan banyak protes ntar," sambung Deva dengan wajah mencelanya.
Sean malah terkekeh, menganggap enteng semua perkataan mereka.
Sekarang dia baru rasakan apesnya. Kaki panjangnya terasa pegal karena terpaksa di tekuk. Duduknya yang ngga bisa bebas karena kursinya berderet untuk tiga orang. Belum lagi tangis bocil yang ngga berhenti di depannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Larangan
Fazza terdiam mendapat laporan Malik.
Ini bahaya, batinnya.
Eriel, yang kebetulan ada di ruangannya juga sama terdiam, tengah berpikir.
Sean belum mengatakan apa apa padanya. Anak itu mungkin lupa. Tapi dia sudah mengatakan kecurigaannya pada Malik.
"Jadi daddy dan om Eriel tau siapa wanita itu?"
"Yah, begitulah. Dia wanita berbahaya dan memiliki suami yang berbahaya juga," jawab Eriel tenang
Jeff sudah mengatakan padanya tentang Eleanor. Yang ngga disangkanya wanita itu mencurigai Malik dan Sean memiliki hubungan dengan mereka.
Mungkin sekarang wanita itu sudah tau kebenarannya.
Malik menatap wajah omnya serius.
"Suaminya mafia judi yang dihutangi omnya pacar Sean."
Eriel menjawab lagi.
"Sean juga belum tau," jelas Fazza saat melihat putranya terkejut.
"Sekarang mungkin kalian berdua sudah diincar juga," lanjur Eriel. Dia dan Fazza, bahkan Jeff maupun Nathan kalo ada di sini, sangat tau watak pendendam mantan teman mereka dulu.
"Mengapa, om? Sorry, dad, om, kalo boleh tau."
Sebenarnya ngga sulit bagi Malik untuk mencari tau, tapi dia merasa ngga enak, mencari data tanpa kulo nuwun pada daddy dan omnya.
Fazza dan Eriel saling pandang
"Cerita masa muda kita dulu. Om pernah mengerjai dia," ucap Eriel transparan.
Malik terdiam. Dia mulai mengerti.
"Dia sangat menyukai daddymu, tapi daddymu selalu menolaknya."
"Dulu dia teman kami waktu kuliah. Termasuk tante Cleo," sambung Fazza.
Malik manggut manggut.
"Jadi desainer itu ternyata putrinya?" Fazza tersenyum miring.
Malik mengangguk.
Fazza dan Eriel tertawa pelan.
"Dunia memang ngga selebar daun kelor. Ketemunya itu itu aja," ucap Fazza.
"Tante Cleo pasti ngga akan menyukai brand ini lagi," sela Eriel dalan kekehannya. Padahal Malik sudah belanja sangat banyak. Jangan tanyakan koleksi brand itu di lemari Cleora, istrinya, dan istri teman temannya.
Banyak banget!
Ngga lama kemudian.
"Malik, kamu boleh menyukai perempuan mana pun. Tapi anaknya Eleanor, jangan, ya," larang Eriel tegas.
Malik tersenyum tipis.
"Ya, om."
"Ommu hanya menduga kalo watak ibunya menurun padanya," tukas Fazza penuh makna.
"Kamu akan gampang mendapat informasi seperti apa tindak tanduk wanita itu. Mamamu atau omamu bakalan bisa pingsan kalo kamu nekad sama dia," ujar Eriel seakan memberi ultimatum.
Fazza tersenyum. Dia tau yang bakal mencak mencak kalo Malik ngga menurut bukan hanya Vanda atau omanya saja. Melainkan seluruh keluarga besar, terutama Cleora dan oma Khanza.
Mana mungkin mereka rela satu satunya cucu kesayangan mereka mendapatkan pendamping yang salah?
Rekam jejak Eleanor sebagai perempuan yang selalu mengumbar has rat pada laki laki kaya, akan mudah dilacak.
Mungkin data data itu belum bocor karena suaminya yang ketua mafia sudah memback upnya.
Fazza tau desainer itu sangat cantik. Istrinya bahkan sempat nyelutuk dulu.
"Mirip mantannya Bara, yang kayak barbie itu, ya, kak."
"Masa?" Fazza ngga terlalu suka mengamati wanita lain hanya memberikan respon sekenanya saja.
"Iya. Tapi yang ini lebih cantik."
Fazza tertawa pelan tanpa mau memperhatikan sosok yang dipuji istrinya itu.
"Kamu lebih dan paling cantik, sayang."
"Apa, sih. Ngomong lain jawabnya lain," kilah Vanda malu. Semburat merah mewarnai kedua belah pipi putih beningnya.
"Vanda pernah bilang juga desainer itu mirip mantan Bara," ucap Fazza setelah mengingat memori singkat dengan istrinya.
'Yang aku heran, kenapa Cleora ngga sadar." Eriel menggelengkan kepalanya.
"Apalagi Moana. Dia juga ngefans banget sama desian anak mantan suaminya itu," sambung Eriel mencela, kemudian tertawa getir.
"Siapa juga bisa menduga begini," balas Fazza cepat. Dia aja ngga kepikiran.
Eriel menghembuskan nafas panjang. Malas banget harus berurusan dengan masalah lama yang dulu sempat membuat dia marah berat.
Malik dalan diamnya mengingat sosok Liliana Aldrin. Setelah bertemu di mall dan menyadari siapa perempuan muda itu, Malik meretas datanya.
Sangat mudah, selama ini keluarga besarnya juga selalu mengagumi desain dan atitudenya. Dia memiliki vibes positif.
Tapi itu dulu.
Nanti bisa saja semua akan berubah saat tau anak siapa dia.
Poor girl.
Tanpa sadar Malik menghela nafas panjang. Diam diam Fazza memperhatikan tingkah putra tunggalnya.
Fazza tau, putranya sudah bertemu dengan desainer itu.
Video tatapan putranya pada desainer itu ngga sulit dibaca Fazza.
Anaknya tertarik!
*
*
*
Pagi ini entah mengapa.Ariella merasa sangat gugup saat akan bertemu supirnya.
Bayang bayang tadi malam dia ke gap sedang mengamati supirnya yang sedang berenang, mengganggu pikirannya.
Apa yang bakal laki laki itu katakan, ya?
DEG DEG DEG
Detak jantungnya pun semakin cepat.
"Kamu kenapa?" tanya kakenya lembut. Kakeknya sudah tampak rapi dengan jasnya. Mereka sedang sarapan bersama.
Ariella menggeleng cepat.
"Kakek mau kemana? Sudah rapi dan tampan."
"Tanpan mana sama supirmu?" decak Luthfi Muhsin kemudian meneguk kopinya.
Tawa Ariella pecah.
"Kakek yang lebih tampan."
Walaupun ucapan itu bermakna bohong, hanya untuk menghiburnya, tapi hati Luthfi Muhsin senang mendengarnya. Segaris senyum terlukis di sana.
"Kakek mau mengunjungi beberapa panti asuhan kita. Berbagi kebahagiaan."
"Kenapa harus pagi ini, padahal kalo sorean dikit, aku bisa ikut, kek," keluh Ariella manja. Pagi menjelang siang, dihabiskannya bertemu banyak klien.
Kakeknya malah tertawa.
"Ada kabar bagus tentang papamu," ucapnya setelah tawanya reda
"Oh ya, kek? Om Fredo bilang apa?" tanya Ariella antusias. Dia beneran ngga sabar menunggu kakeknya menjawab.
"Racun di tubuh papamu sedikit demi sedikit bisa.disterilkan."
"Syukurlah," seru Ariella dengan sepasang matanya yang berkaca kaca.
Harapannya untuk kesembuhan papanya semakin terbuka tinggi.
"Kita harus terus berdo'a untuk kesembuhan papamu, ya, Ariella."
"Ya, kek. Iya." Ariella menghapus air mata yang mengalir di pipinya.
*
*
*
Sean heran saat melirik di kaca spion tengah, bos cantiknya masih sibuk dengan peralatan make upnya.
Biasanya dia sudah rapi dan tampak cetar membahana.
Ngga biasanya, komen batinnya lagi.
Tadi pun Sean sempat heran melihat maskara yang luntur hingga kedua mata indah itu tampak menyeramkan.
Produk gagal? Tebaknya dalam hati.
"Kamu sudah cantik dengan bedak saja." Sean ngga bisa menahan mulutnya untuk mengatakan apa yang ada di dalam isi kepalanya.
"Hemm....."
"Aku serius. Matamu sudah indah, ngga perlu pake aneh aneh kayak zombie."
Hampir saja Ariella melebarkan sapuan kuas eyelinernya.
"Bisa diam, ngga, sih," ketus Ariella dangan ucapan penuh syukur karena kuasnya berada di jalan yang benar.
Sean hanya nyengir mendapat ucapan sengit gadis itu.
Memang dilarang mengganggu perempuan di saat dia lagi makan dan sedang dandan.
Tapi Sean ngga bisa menahan diri untuk mematuhi aturan tak tertulis itu.
"Aku lebih suka melihat wajahmu sehabis renang."
DEG DEG
Ariella berusaha mengacuhkannya. Gara gara senang karena papa akan sembuh, dia kebanjiran air mata.
Tadi saja Ariella sangat malu melihat tawa laki laki itu yang ngga ditahannya ketika dia mendatangi mobilnya dengan make up yang merusak mata.
"Aku juga tampan, kan, waktu berenang tadi malam?" ungkit Sean jahil.
Rasa malu yang sempat terlupakan kini muncul lagi ke permukaan.
Kali ini lipstiknya yang melewati garis bibirnya karena dia mendadak grogi.
"Tuh, kan, malah kayak joker," ledek Sean dengan haha hihi yang semakin keras.
Aaarrghhhh..... rasanya Ariella ingin mencoret wajah menyebalkan itu dengan lipstiknya sekarang.
yuk.... ke novel Malik.....
makan kerupuk 🍥 makan bubur 🥣
Ayuk... meluncur....🏃🏃🏃
pasti seru....🥰🥰🥰😍
kalo aq sih aliran realistis, cinta boleh logika hrs tetap jalan.. ketika aq menikah, 2 klrga jg mau ga mau terikat menjadi klrga, jauh seblm ketemu pasangan klrgalah yg sll ada dgn seluruh support systemnya, ada mantan suami, mantan istri tp tdk ada mantan orgtua dan saudara. klrgalah tempatku pulang.
thx u semua ceritamu lmyn menghibur disela2 deadline pekerjaan.. 👍
typo lgi thour??/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Chuckle//Chuckle//Chuckle//Chuckle//Chuckle/