Sabila. seorang menantu yang acap kali menerima kekerasan dan penghinaan dari keluarga suaminya.
Selalu dihina miskin dan kampungan. mereka tidak tau, selama ini Sabila menutupi jati dirinya.
Hingga Sabila menjadi korban pelecehan karena adik iparnya, bahkan suaminya pun menyalahkannya karena tidak bisa menjaga diri. Hingga keluar kara talak dari mulut Hendra suami sabila.
yuk,, simak lanjutan ceritanya.
dukungan kalian adalah pemacu semangat author dalam berkarya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deanpanca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28.
Suara deru mobil kembali terdengar, ternyata yang datang adalah orang yang sejak tadi ditunggu-tunggu.
Mama Lena keluar dari mobil disusul oleh Edward. Papa Sanjaya sendiri satu mobil dengan Ervan, Mama Mira, dan Sabila.
Kenapa ada Sabila?
*** ***
Sepulang dari rumah Bi Sinta, Sabila dikejutkan dengan kehadiran Ervan dengan Sepasang paruh baya yang dia tebak adalah orangtuanya.
"Assalamualaikum!" Ucap Sabila.
"Wa'alaikumussalam." Jawab kompak penghuni rumah tapi terasa lebih ramai. Sabila terkejut melihat orang yang belum pernah dia lihat, saat mengedarkan pandangan tatapannya bertemu dengan Ervan.
Dari tatapan itu, Sabila seolah meminta jawaban siapa kedua orang ini.
"Hmm, sampai kapan kau akan berdiri disana? Kemari lah berkenalan dengan Mama, papa ku." Ucap Ervan santai.
Dengan pandangan ke bawah Sabila mendekat ke arah mereka. Kini dia berada dekat dengan Mama Mira. Sabila segera mengulurkan tangannya dan disambut oleh Mama Mira.
"Sabila!" Ucapnya.
"Saya Mira. Panggil saja mama Mira." Yang seketika terkejut karena Sabila mencium tangannya. Mata mama Mira berkaca-kaca, segera dia memeluk Sabila.
"Wanita inikah yang sudah dihancurkan masa depannya oleh anakku? Mama janji tidak akan ada lagi kesedihan. Kau akan ku jadikan menantu di rumah kami."
"Tante!" Sabila merasa sesak karena dipeluk terlalu erat.
"Eh, maaf sayang Mama terbawa suasana." Mama Mira melepaskan pelukannya. Papa Sanjaya dan Ervan hanya bisa geleng kepala.
Kembali Sabila mengulurkan tangannya pada papa Ervan. "Sabila, Om!"
"Sanjaya, Panggil Papa jangan Om." Ucapnya sembari menyambut tangan Sabila.
Sabila merasa canggung, dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Ervan yang menyadari segera buka suara.
"Sabila! Aku sudah menceritakan semua kejadian antara kita pada orang tuaku. Aku benar-benar minta maaf." Ucap Ervan.
"Iya, nak! Ini semua diluar kendali kita sebagai manusia biasa. Kami datang juga untuk mengucapkan maaf atas apa yang sudah dilakukan anak kami." Ucap Mama Mira.
Sabila dapat melihat ketulusan pada raut wajah mama Mira. Jujur saja ini bukan sepenuhnya kesalahan Ervan, ini juga kesalahannya yang terjebak dalam permainan Risma.
"Saya sudah memaafkan, Tuan Ervan. Itu adalah kecelakaan."
"Tuan!? Jangan panggil dia tuan, cukup Ervan. Seolah kau ini pekerjanya." Kata Papa Sanjaya Sabila hanya mengangguk.
"Bila! Aku ingin kau ikut kami ke suatu tempat. Ini gaun untuk mu." Ervan menyerahkan paper bag pada Sabila.
"Kemana?"
"Kita akan mengejutkan keluarga mantan suami mu." Ucapan Ervan membuat Sabila menggelengkan kepala.
Jujur saja dia sudah tidak ingin bertemu dengan mereka. Rasa sakit dan kecewa yang mereka ciptakan, belum sepenuhnya hilang.
"Bu Wati dan Riska masih mendekam di penjara. Kita datang kesana karena adikku, Edward akan melamar Risma. Pada malam kejadian naas itu, Risma juga diperkosa oleh Edward." Jelas Ervan.
"Kamu sangat tahu bagaimana situasi disana! Jadi aku ingin kamu ikut serta bersama kami." Pinta Ervan.
*** ***
Kembali di kediaman Bu Wati
Awalnya tidak ada yang menyadari kalau wanita cantik berada disisi Ervan adalah Sabila.
Sabila juga tidak mengindahkan mereka yang ada disana. Dia fokus saja sebagai bagian dari keluarga Sanjaya, seperti permintaan kedua orangtua Ervan.
Hendra mencari kakak iparnya, Burhan. Dia ingin memastikan bahwa lelaki yang ada di rumahnya sekarang adalah pimpinan perusahaan mereka.
"Mas Burhan! Apa yang mas lakukan disini? Diluar keluarga calon Risma sudah menunggu." Katanya.
"Iya tunggu. Kamu gak liat mas lagi ganti baju." Ucapnya ketus.
"Mas. Diluar itu bukannya Pak Ervan, ya! Kok bisa dia datang dengan calon Risma." Kata Hendra.
"Entahlah! Tapi yang pasti kalau dia keluarga dekat dari calon Risma, aku akan mempersulit mereka." Gumam Burhan dalam hati. Toh Ibu mertua dan istrinya sudah mempercayakan semuanya kepada Hendra dan dirinya. Dia akan balas dendam karena Ervan menurunkan jabatannya menjadi OB.
"Apa semua keluarga sudah berkumpul?" Tanya Pak Sanjaya.
"Sudah, Pak!" Jawab Hendra sambil sesekali melirik ke arah wanita yang ada disebelah Bosnya.
"Bahkan banyak orang begini, matanya tidak bisa dikondisikan." Geram Ervan.
"Sebelumnya saya akan memperkenalkan diri saya. Nama saya Sanjaya, Papa dari Edward." Jelasnya.
"Kedatangan kami kemari, karena Putra bungsu saya ingin melamar Ananda Risma. Semoga niat baik kami bisa diterima." Imbuhnya.
"Pak Sanjaya! Edward Sanjaya, Ervan Sanjaya. Benar saja mereka keluarga, Edward adalah adik dari Pak Ervan."
"Kami serahkan semuanya kepada Risma, karena yang akan menjalani adalah dia." Ucap Hendra mewakili keluarga besarnya.
"Iya semua terserah, Risma. Asal jangan sampai calonnya kayak mantan istrimu yang kere itu." Bude cerewet berulah, tidak melihat situasi. Papa Sanjaya membulatkan matanya, tidak pernah ada orang yang berani menghina dirinya maupun keluarganya.
Hendra melihat kemarahan Dimata Pak Sanjaya, bahkan dia juga sempat melirik Ervan. Hendra dapat melihat Ervan mengepal tangannya.
"Sopan sedikit, Bude!" Tegur Hendra.
"Apa yang dikatakan Bude Ani benar, Hen! Kamu mau hidup Risma menderita setelah menikah, kalau calon suaminya gak bisa beri dia nafkah yang cukup." Burhan ikut nimbrung. Padahal tujuannya hanya mempersulit keluarga Ervan.
Hendra menoleh pada kakak iparnya, sejak keluarga Edward datang. Sikap Burhan mulai berubah, dia seperti menyimpan dendam.
"Untung saja Sabila menikah baru 2 bulan, kalau sampai setahun mungkin dia bisa gila. Keluarga toxic!" Gumam Ervan.
"Bagaimana Risma? Apa kau menerima lamaran ku?" Edward kini yang bersuara.
Mama Lena sejak tadi mencubit lengannya, karena ikut geram mendengar ucapan Bude Ani.
Risma menoleh pada Kakak nya, Hendra. Hendra pun membiarkan Risma memilih sesuai dengan hatinya. Akhirnya anggukan kecil membuat Sabila tersenyum.
"Saya terima." Ucap Risma.
"Alhamdulillah!" Keluarga yang ikut bahagia mengucap syukur.
"Pernikahan akan dilaksanakan seminggu lagi. Agar tidak timbul fitnah diantara mereka berdua." Kata Ervan.
"Loh, kok dadakan sih! Seminggu mana cukup buat nyiapin semuanya." Kata Bude Ani.
"Kalian tidak perlu repot-repot menyiapkan apapun. Semuanya kami yang akan mengurusnya." Ucap Mama Lena yang sejak tadi menahan kekesalannya pada wanita cerewet itu.
"Memangnya berapa mahar yang akan kalian berikan?" Burhan menyela.
"Mas Burhan!" Tegur Hendra yang merasa tidak enak dengan keluarga calon suami Risma.
Ervan tersenyum dia sengaja bertanya pada Sabila tentang mahar apa yang diberikan Hendra padanya dulu.
"Bila! Mahar apa yang diberikan lelaki banci itu padamu?" Tanya Ervan seketika Sabila memukul lengan Ervan pelan.
"Emas 1 gram, seperangkat alat sholat, dan Uang dua juta." Sabila mengucapkannya dengan suara yang bisa didengar oleh semua orang di ruangan itu.
"Kau pikir Risma ini, cewek murahan. Bahkan hanya orang bodoh saja yang mau menerima mahar seperti itu."
"Keluarga kami adalah keluarga terhormat. Tidak pernah mempermainkan pernikahan dengan mahar yang tidak seberapa."