Ternyata Anak Sultan
"Heh! Sini kamu, enak sekali duduk santai." Kata Riska.
Sabila menahan sakit, karena cubitan kakak iparnya.
"Sana! Bersihkan dapur ini, jangan taunya cuma makan, duduk, tidur." Kata Riska, sambil mendorong Sabila.
Saat di dalam tadi Sabila juga sedang mengerjakan sesuatu. Dia hanya istirahat sebentar, sebelum melanjutkan pekerjaannya.
"Tapi mbak, kerjaan Bila di dalam belum selesai." Kata Sabila.
"Kamu itu banyak alasan ya." Kata Riska.
" Mbak! Urusan di dapur kan bisa dikerjakan sama bibi. Bila, mau selesaikan kerjaan yang di dalam dulu." Kata Sabila.
Riska menjambak rambut Sabila.
"Auu.." teriak Sabila.
"Diam! Sudah berani melawan kamu ya." Kata Riska.
"Terus kalo ada bibi, kamu mau duduk santai kayak tadi." Bentak Riska, sambil melepas tangannya dari rambut Sabila.
Sabila menggeleng. Air matanya mulai luruh. Tak pernah menyangka bahwa keluarga suaminya begitu kejam. Mereka akan menghukumnya, jika berani mengadu pada suaminya.
"Nangis saja bisanya. Mau cari perhatian sama siapa kamu?" Sentak Riska.
"Ada apa Riska? Suara kamu itu bisa dikecilkan tidak." Kata Bu Wati, mertua Sabila.
"Ini Bu, Sabila! Orang sibuk kerja, dia asik duduk santai, sambil makan enak." Adu Riska.
"Betul itu Bila?" Tanya Bu Wati.
"Tidak Bu. Bila tadi cuma istirahat sebentar." Sabila membela diri.
"Liat ini Bu. Tadi aku liat dia makan ini. Masih ngelak juga." Kata Riska
Riska menunjukkan kue, yang dia sembunyikan sejak tadi dibalik bajunya. Dia mengkambing hitamkan Sabila.
"Astaga Bila..! Kue ini mau disajikan buat tamu-tamu ibu. Kok kamu makan." Sentak Bu Wati.
"Nggak Bu. Bukan Bila yang makan, Bu." Kata Sabila.
"Sudah Bila. Ibu gak suka kamu membantah terus. Tinggal diakui saja susah." Bentak Bu Wati.
Dia memperhatikan penampilan Sabila. Menantunya itu lumayan cantik, tapi sayang miskin. Sabila tidak suka berdandan, berbanding terbalik dengan keluarga suaminya.
"Kamu itu ya! Dasar miskin, gembel. Kamu urus dapur ini, tidak usah ikut keluar. Bikin malu saja." Kata Bu Wati.
Deg...
Sabila terdiam. Apa kata tetangganya kalau dia tidak muncul di acara. Pasti dia akan menjadi bahan gosip.
"Bu! Apa kata orang nanti? Keluarga Bila ada acara, tapi aku gak ikut bantuin di luar." Kata Sabila.
"Keluarga apaan! Gak ya, kami gak mau punya keluarga gembel kayak kamu. Bagusan baju pengemis, daripada baju mu." Kata Riska.
"Dah lah Bu, kita ke depan." Ajak Riska.
Bu Wati kembali menatap tajam Sabila.
"Ingat ya. Ibu belum kasih kamu hukuman, karena memakan kue ibu." Kata Wati.
...****************...
Di luar tamu sudah berdatangan. Hari ini acara lamaran adik ipar Sabila.
"Bu! Sabila mana?" Tanya Hendra, suami Sabila.
"Tadi istri mu asik makan di belakang. Ibu ajak keluar jemput tamu, nda mau." Bohong Bu Wati.
"Aku panggil Bila dulu Bu." Kata Hendra.
Takut kalau sampai kebohongannya terungkap, Riska dan Bu Wati menahan Hendra dengan alasan tamu sudah datang.
"Nanti saja. Kamu tidak liat itu, rombongannya sudah dekat." Tahan Riska.
"Tadi istrimu sudah diajak kemari, tapi kami dibentaknya." Imbuh Riska.
Akhirnya Hendra mengikuti kata-kata Ibu dan Kakaknya. Dia juga merasa kesal, tidak habis pikir dengan tingkah istrinya.
Acara lamaran sudah di mulai. Para tamu mulai menikmati hidangan yang disiapkan.
"Bila! Tolong tambahkan kuah sup di depan. Sudah mau habis soalnya." Kata Riska.
"Tapi Mbak. Kan ada bibi yang bisa bawa ke depan. Aku masih harus beresin dapur." Kata Sabila.
Riska melihat siluet adiknya akan masuk ke dapur. Dia mulai bersandiwara agar Sabila disalahkan.
"Ya sudah Bila, kalau kamu gak bisa bantu. Biar mbak saja yang kerjakan." Kata Riska.
"Ma...," Ucapan Sabila terpotong...
"Kenapa mbak?" Tanya Hendra.
"Ini loh Istrimu. Mbak minta tolong bantu bawain kuah soto ke depan. Dia gak mau." Kata Riska.
"Loh Mbak, bukan gak mau. Bila mau...." Ucapan Sabila kembali terpotong.
"Iya. Mbak sudah tau, kamu mau istirahat. Gak apa, nanti Mbak sama Bibi yang beres-beres." kata Riska.
"Ya Allah. Pintar sekali Mbak Riska bersilat lidah." gumam Sabila.
"Mending antar istri kamu ke kamar, Hen. Mungkin dia capek. Mbak mau ke depan dulu." Kata Riska.
Setelah Mbak Riska tidak terlihat lagi, Hendra segera menegur Sabila.
"Bila! Kita ini di rumah Ibu, jadi tolong jaga sikap kamu. Jangan buat malu aku dan keluarga." Kata Hendra.
"Naiklah ke kamar kalau memang kamu lelah, istirahat. Mas mau ke depan dulu." Imbuhnya.
"Bagaimana caranya agar kamu tahu, sikap busuk keluargamu mas." Kata Sabila dalam hati.
"Aku mau selesaikan kerjaan disini dulu." Jawab Sabila datar.
"Sudahlah Bila. Gak usah sok rajin di depan ku, tapi malas di depan keluargaku." Bentak Hendra.
"Ya Allah Mas. Kamu gak bisa membela istrimu, tapi setidaknya percayalah." Gumam Sabila.
Sabila meninggalkan dapur, dia memilih masuk ke kamarnya. Berdebat dengan suaminya, tak kan membuahkan hasil.
Hendra yang kesal, tidak mengejar Sabila. Dia memilih kembali berkumpul dengan keluarganya.
"Itu Hendra! Bentar ya Maya, Tante panggil dulu." Kata Bu Wati.
"Gak usah Tante, Maya malu. Gak enak nanti diliat orang." Kata Maya.
"Kamu ini. Bertegur sapa kan wajar saja." Kata Bu Wati.
Maya yang di mulutnya menolak, justru di hatinya kegirangan. Sudah Sejak lama dia mendambakan Hendra. Sayang dia berlabuh pada wanita lain.
"Hendra kamu ini dari mana?" Tanya Bu Wati.
"Dari belakang Bu. Habis negur Sabila, dia malas sekali." Kata Hendra kesal.
"Memang dia malas, tapi Ibu gak pernah aja bilang sama kamu. Nanti dibilang ibu kompor." Kata Bu Wati memanasi Hendra.
"Eh sana. Tadi Maya nanyain kamu. Temenin dia ngobrol dulu." Kata Bu Wati.
"Gak enak Bu, diliat orang. Aku kan sudah ada istri." Tolak Hendra.
"Tadi juga Maya bilang gitu. Kan gak enak, tuan rumah biarin tamunya sendiri." Kata Bu Wati.
"Ya sudah, Aku temenin ngobrol dulu." Kata Hendra.
Melihat Hendra dan Maya yang sedang asik mengobrol. Bu Wati pergi mencari Sabila di dapur.
"Kemana anak itu. Dapur berantakan begini, dia pasti asik-asik tidur di kamar." Kata Bu Wati.
Pintu kamar Sabila tidak terkunci. Bu Wati masuk tanpa permisi.
"Astaga Ibu ngagetin Bila saja. Ibu masuk kok nda ketuk pintu dulu." Kata Sabila.
"Rumah saya kok harus pake permisi." Ketus Bu Wati.
Bu Wati mulai mencari-cari alasan untuk memarahi Sabila. "Kamu ini bagaimana Bila, Dapur berantakan malah asik di kamar." Kata Bu Wati.
"Tadi Mas Hendra dan Mbah Riska yang nyuruh aku istirahat Bu." Kata Sabila.
"Halah kamu itu makin banyak saja bicaranya. Cepat sana bawa kue ke depan, banyak yang kosong." Bentak Bu Wati.
"Iya Bu." Sabila mengikuti perintah ibu mertuanya.
Sabila membawa nampan berisi kue ke depan. Tak sengaja matanya melihat Hendra, sedang ngobrol dengan wanita cantik.
Bu Wati yang memang sengaja membuat Sabila melihat momen Hendra bersama Maya, semakin memanasi hati Sabila.
"Kamu liat apa? Dia itu Maya calon masa depan Hendra." Kata Bu Wati.
Hati Sabila terasa sakit, sebenci itukah mertuanya pada dirinya sampai tidak ada rasa malu mengucapkan hal seperti itu. "Maksud Ibu apa? Mas Hendra itu suami ku Bu, kok bisa ibu bicara seperti ini." Kata Sabila, dengan menahan amarahnya.
"Kamu memang istri Hendra, tapi tidak ada masa depan yang menjanjikan. Hendra nikah sama kamu, bukannya kaya tambah melarat." Hina Bu Wati.**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Silviaulia
kesel banget deh sama Bu Wati dan Riska
2024-12-30
2
Taurus girls
setangkai mawar dan 1 vote untukmu thor.
semangat/Smirk/
2024-12-25
1
Taurus girls
sabar bila.
2024-12-25
1