NovelToon NovelToon
Transisi

Transisi

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ida Riani

cerita tentang perubahan para remaja

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ida Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34

"Aku akan menelpon papa lagi, memastikan sudah sampai di mana" ucap rangga hendak menelepon papanya namun diurungkan.

Terdengar pintu depan dibuka lalu terdengar suara salam dari seseorang.

"Assalamualaikum" ucap pak hari mengucap salam dan menutup pintu kembali.

"Waalaikum salam, tumben cepat pulang, tidak sampai larut malam" jawab lian.

"Sebenarnya aku tadi sudah pulang, tapi pergi sebentar, lupa belikan kue buat zidan" ucap pak hari menjelaskan.

"Panjang umur, apa kubilang tadi, mungkin sebentar lagi pulang, eh ternyata memang sudah pulang" ucap Lian.

"Papa biar aku bawakan barangnya" pinta Rangga mengambil tentengan yang dibawa papanya.

"Panggil jihan untuk segera makan malam" perintah Lian pada Rangga.

"Iya ayah" jawab Rangga kemudian berlalu memanggil Jihan dan pergi ke meja makan.

Sementara pak hari, segera menuju kamar mandi yang ada di rumah Lian untuk membersihkan diri sebelum berkumpul dengan yang lainnya di meja makan.

"Apa kamu tahu, ayahnya rangga sudah bekerja keras untuk menghidupi Lian, putrinya dan juga kamu, dan apa yang Lian berikan padamu tidaklah gratis, mereka tidak bertanggung jawab sepenuhnya, untuk biaya sekolahmu, jadi kamu harus berterima kasih, dan menghargai apa yang kamu miliki" ucap bibi Hana panjang lebar.

Apa yang dibicarakan oleh bibinya zidan didengar sepenuhnya oleh Lian, Lian justru merasa sangat kecewa mendengar pernyataan wanita itu, pasalnya selama ini, dirinya ikhlas merawat dan menyekolahkan zidan, seperti anak kandungnya sendiri.

Bukan hanya zidan, Rangga pun demikian, mereka berdua, sudah dianggap sebagai putranya kandungan sendiri.

"Tok, tok, tok" Lian mengetuk pintu kamar zidan.

"zidan keluar, cepat bantu bawakan piring ke meja makan" perintah Lian sambil menahan air matanya lalu mengusapnya dan melangkah pergi dari kamar itu.

"Cepat pergi, bantu ayahmu" perintah bibi Hana pada zidan.

"Iya ayah, aku datang" jawab zidan segera pergi ke dapur untuk membantu ayahnya.

"Kakak, selamat ulang tahun, semoga panjang umur, tetap menjadi kakak yang baik dan selalu membela aku sampai kapanpun" ucap Jihan sesaat setelah semuanya berkumpul di meja makan.

"Terimakasih, ucapannya" jawab zidan terbaru.

"Tidak terasa sudah delapan belas tahun sekarang" ucap pak hari.

"Mari, makan semuanya, nikmati yang ada" ucap zidan antusias.

"Terimakasih aku mau yang ini" ucap jihan segera mengambil makanan yang disukainya begitu juga dengan yang lainnya, meraka bergantian mengambil makanan yang tersedia.

"Bibi Hana, santai saja, keluarga kami memang seperti ini, mereka memang suka berebut, kalau mau ambil makanan, ambil saja, tidak usah sungkan" ucap pak hari.

"Iya" jawab bibi Hana.

"Bebek goreng Lian, memang benar-benar enak, makanlah" pinta pak hari lagi.

"Iya, nanti aku akan ambil sendiri, sebenarnya saya datang ke sini juga sudah membawa makanan sendiri, ini ayam goreng dari kampung, ini sangat enak, kakak Lian biar aku ambilkan untukmu, cobalah" ucap bibi Hana memberikan potongan ayam goreng krispi untuk Lian.

"Iya, terimakasih, biar aku coba" ucap Lian mencoba sedikit makanan tersebut, dengan ekspresi datar.

"Karena hari ini adalah hari ulang tahun zidan, aku ingin menyampaikan beberapa hal tentangnya, dan berkata jujur pada kalian semua, kalau bukan karena kakak Lian, zidan tidak akan ada di sini sanpai hari ini, kalau dia sampai tidak berbakti padamu, aku adalah orang pertama yang akan memberinya hukuman, zidan berdirilah, dan ucapkan terimakasih pada ayahmu" perintah bibi Hana.

"Aku masih makan" ucap zidan memelas.

"Tidak apa, lanjutnya saja makanya, ayo makan yang banyak" pinta Lian sambil menepuk pundak zidan, menyuruhnya untuk melanjutkan makan.

"Eh, cepat berdiri dan ucapkan terima kasih pada ayahmu" ucap bibi Hana sambil menarik paksa zidan agar berdiri dan mengucapkan sesuatu pada Lian.

Dengan terpaksa zidan menurut dan beranjak berdiri untuk mengucapkan terimakasih pada ayah Lian sesuai permintaan bibinya.

"Ayah, terimakasih sudah memberiku kasih sayang dan merawatku, sampai saat ini" ucap zidan sambil menyendok makanan dan menyuapi dirinya sendiri.

"Astaga, tidak dengan sambil makan, ucapkan dengan tulus" ucapnya sambil memukul lengan remaja itu dengan cukup keras, membuat pemuda itu mengaduh kesakitan, kemudian memegangi lengannya.

Semuanya terkejut melihatnya, Lian menghela napas pelan kemudian menyendok nasi dan menyuapi zidan dengan penuh kasih sayang.

"Anak ini, maaf ya, usianya sudah delapan belas tahun tapi, sifatnya masih seperti anak kecil, harus dipukul dulu supaya mengerti" ucap wanita itu panjang lebar.

Dengan sabar, Lian terus menyuapi zidan tanpa menghiraukan apa yang dibicarakan wanita itu.

"Sudah-sudah, jangan berdiri saja, ayo duduk" perintah pak hari pada mereka yang berdiri agar duduk.

Lian menarik tangan zidan agar duduk dan melanjutkan menyuapi zidan.

"Eh, kenapa duduk, kamu belum mengucapkan terimakasih pada ayahmu" ucap bibi Hana spontan menyuruh zidan kembali mengucapkan terimakasih pada Lian.

Zidan beranjak berdiri namun dicegah oleh pak hari.

"Zidan, duduk, duduk saja, tidak perlu mengucapkan apapun pada ayahmu" perintah pak hari membuat zidan kembali duduk.

"Papa tadi aku lihat sudah menyiapkan hadiah berupa amplop pada kakak zidan, mana hadiahnya" ucap jihan.

"Amplop, tau saja kamu, kalau aku sudah menyiapkannya" jawab pak hari sambil tersenyum bahagia.

"Ya, tahulah, Jihan gitu loh!" ucap jihan bersemangat.

"Perasaan papa belum mengatakan pada siapapun, kalau mau memberikan amplop pada zidan" ucap pak hari heran.

"Aku sudah paham, setiap ada yang berulang tahun papa selalu memberikan ini" jawab jihan.

"Hahaha, Lian lihatlah, putrimu sampai hapal, dengan yang satu ini, baiklah kalau begitu ini dia amplopnya!, ada tulisan selamat ulang tahun untuk zidan" Ucap pak hari mengambil amplop putih bertuliskan selamat ulang tahun untuk zidan. dari tas kecil yang selalu dibawanya.

"Zidan ini untukmu, selamat ulang tahun"

"Terimakasih papa hari.....,, hei kenapa kamu merebutnya" jawab zidan menerima amplop tersebut kemudian berteriak pada jihan.

"Aku cuma ingin lihat, kelihatannya tebal sekali, terakhir ulang tahunku papa memberiku lima lembar uang seratus ribuan" ucap Jihan sambil menghitung jumlah lembaran ternyata ada sepuluh lembar uang seratus ribuan.

Pak hari menghela nafas panjang dan mencari alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan gadis itu.

"Baiklah untuk ulang tahunmu berikutnya papa akan memberikan jumlah yang sama, kebutuhan saja, gaji papa bulan ini sudah mulai naik" kilah pak hari.

"Benarkah" ucap Jihan.

"Iya, ditunggu saja nanti" jawabnya.

"Asik, kakak zidan selamat ulang tahun ke delapan belas.

"Kamu sudah bertambah dewasa sekarang" sahut pak hari.

"Selamat ulang" tambah rangga.

"Terimakasih, terimakasih semuanya, ayo lanjutkan makanya" ucap zidan berterimakasih pada semuanya.

"Bibi Hana terdiam dan menunduk, dalam hatinya merasa terharu, melihat keakraban yang terjalin dalam keluarga ini.

Tak lama kemudian acara makan malam berakhir dan pesta kecil untuk ulang tahun zidan sudah selesai. Merasa semua kini berkumpul di ruang tamu.

1
Idar
Selamat Membaca
Idar
Selamat Membaca.
Idar
Selamat Membaca.
Ditunggu komentarnya.
Idar
Selamat Membaca.
Idar
Selamat Membaca
Idar
Selamat Membaca /Good/
Idar
Selamat Membaca
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!