Menyukai seseorang adalah hal yang pribadi. Zea yang berumur 18 jatuh cinta pada Saga, seorang tentara yang tampan.
Terlepas dari perbedaan usia di antara keduanya, Zea adalah gadis yang paling berani dalam mengejar cinta, dia berharap usahanya dibalas.
Namun urusan cinta bukanlah bisa diputuskan personal. Saat Zea menyadari dia tidak dapat meluluhkan hati Saga, dia sudah bersiap untuk mengakhiri perasaan yang tak terbalaskan ini, namun Saga baru menyadari dirinya sudah lama jatuh cinta pada Zea.
Apakah sekarang terlambat untuk mengatakan "iya" ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MANUVER CINTA~PART 15
Zea masih menarik-narik ujung dress yang membalut badannya. Menurut pengamatannya yang jeli dress yang ia pakai kok mendadak mirip rok spg.
Ia menarik-narik kencang, untung saja bahannya tak serapuh kertas krep jadi tak langsung sobek saat ia menariknya. Jika tidak, mungkin para jangkrik dan semut disana akan dangdutan karena bisa melihat panorama seindah surga.
Dressnya tak bisa lebih panjang dari daster atau justru mungkin harusnya ia meminjam dress tante kunti saja biar ngga bikin risih, karena jujurly...dress yang kini ia pakai membuat dirinya mendadak mirip personel girlband dari negri ginseng, sexy-sexy pengen ngintip.
Gadis cantik yang kerjanya jualan tutut karena bibirnya manyun itu berdiri di depan carport rumah yang berada di kawasan komplek militer menatap bangunan depan rumah yang boleh dibilang besar meski tak sebesar rumah dinas papa, "senyum, nduk! Kaya orang susah buang air aja, ngga bisa senyum!" geram mama Rieke turun dari mobil.
Zico terkekeh melihat adiknya yang di dandani sedemikian rupa sehingga mirip boneka barbie, tawanya itu tawa meledek. Padahal biasanya Zea lebih mirip boneka san tet. Digeret kesana kemari kaya koper saat papa dan mama ada acara undangan makan dari rekanan papa atau teman arisan mama, Zico akui...adiknya laku di pasar selaku garam di pasaran. Banyak kaum adam yang tertarik termasuk anak-anak dari rekan orangtuanya.
"Smile !!! Senyum anak tuyulnya mana?" bisiknya menggoda. Zea mendaratkan pukulan telaknya di pundak Zico, "nih! Senyum anak gorilla!" gertak Zea membuat Zico tertawa renyah dan membenarkan jas yang tertiup angin malam di markas besar.
Brewok-brewok tipisnya ikut menari-nari seolah menggoda sang adik, "senyum...di dalem ada cowok ganteng loh!"
"Bo do amat. Mau anak butoo ijo juga ngga peduli!" desis Zea cukup kesal, cukup malas, dan cukup bikin pengen ngunyah orang karena mama Rieke dan papa Rewarangga selalu memaksanya ikut acara yang ujungnya mengenalkan ia pada anak rekanan mereka.
Kenapa dunia bisa sekecil ini, tempat yang ia datangi adalah tempat yang sama dengan tempatnya kabur waktu upacara HUT negri kemarin, tempat yang sama dengan tempatnya menyatakan suka pada lelaki yaitu Saga. Apakah itu tandanya ia berjodoh dengan pesawat-pesawat loreng negri itu?! Yang boneng aja!
Gelapnya malam tak dapat menyembunyikan aura awur-awuran dari Zea ataupun aura tegas dari tempat ini. Seolah malam tau, siapa pemiliknya....adalah orang berpengaruh di negri ini.
Ajudan rumah masih setia berdiri layaknya tugu penghormatan di dekat gerbang berseragamkan lengkap dengan senjata di pinggang.
"Pak Rangga!" Suara berat nan tegas di usia senja menyambut, menyapa Zea sekeluarga.
"Gimana, sehat nih komandan kita?!" jawab papih Rangga. Sejumlah orang mengekori yang Zea tebak adalah keluarga komandan batalyon di kesatuan markas besar militer ini.
Ia melemparkan tawanya, "badan masih bugar, tapi otak sudah mulai koslet. Sudah lama kita engga strike--strike mania!"
Zea berjalan di belakang badan mama Rieke, bersama Zico yang ikut bertegur sapa dengan danyon Surya Praja.
"Wah! Ini calon politisi atau mentri kaya papih Rangga?! Jagoan papa!" ia menepuk-nepuk keras lengan Zico.
"Yang keras aja om, kalo bisa sampai bonyok!" sahut Zea berceloteh membuat mereka yang ada disana meledakan tawanya.
Ia menggoyangkan telunjuknya di depan Zea, "ini...ini pasti Zea Arumi! Si cantik yang udah mekar jadi kembangnya papih Rangga! Sehat nak?"
"Mekar jadi kembang om, kembang raflesia!" sahut Zico membuat mata Zea mengilat kaya kena cahaya, lalu seketika menginjak kaki Zico, grekk!
"Aduh!" aduhnya. Mama Rieke dan papa Rewarangga hanya bisa tersenyum getir, "maaf ya bang! Biasalah kalo udah ketemu begini, kaya anj ing sama kucing!"
Istri dari om Surya tertawa, "ngga apa-apa, Ankara sama Luna juga gitu...ya kan An?" Zea sampai lupa jika sejak tadi ada seorang lelaki lagi yang tengah menatapnya lekat penuh arti.
Lelaki yang dulu pernah ia lihat dan hindari saat Sagara menghukumnya.
"Kamu..." ternyata sejak tadi Ankara memperhatikan Zea yang salah tingkah lalu ia tersenyum.
"Kenapa Anka?" tanya papa Rangga, "kenal sama Zea? Atau pernah ketemu?" Zea menggeleng cepat memberikan kode agar Ankara tak mengatakan yang sebenarnya.
"Muka adik saya emang pasaran, pasti pernah liat di iklan sedot we se kan?!" tanya Zico.
"Zico!" gertak mama.
Zea sudah ingin kembali meraih Zico namun mama menjadi penghalangnya, "udah! Kalo kalian berantem terus, mama kirim ke kutub pake kardus mie!"
"Kebagusan mi, kalo mas Zico pake kardus mie instan, kirim aja mas Zico pake kantong kresek!" sahut Zea.
Tak butuh waktu lama sampai suasana mencair karena kelakuan Zico dan Zea, mereka akhirnya digiring masuk ke dalam.
"Saya betul kan, kamu itu yang waktu lalu bersama junior saya? Dan yang pernah saya lihat waktu di Kementrian bersama om Rangga dan Zico," Ankara menyamakan langkahnya dengan Zea, sengaja menunggu gadis itu melangkah masuk ke dalam.
Zea melirik ke samping ke arah Ankara tanpa menjawabnya, ia memilih kembali memperhatikan ke arah depannya lalu menyusul mama Rieke. Rupanya di dalam masih ada seorang gadis yang baru saja turun dari lantai 2, gadis yang mungkin lebih tua dari Zea sekitar 2 atau 3 tahun.
"Nah! Ini dia baru turun."
"Eh, ini yang cantik-cantik manis, Luna?" mama Rieke menyapa anak dari danyon Surya dan ibu Rinjani.
"Malam tante," ia menyalami mama Rieke dan papa Rangga.
"Bilang aja item tan, ngga usah manis segala..." cibir Ankara.
"Abang ih!" desisnya pada Anka.
"Kamu yang namanya Zea? Ze, aku Luna...aku denger kamu mau berangkat ke negri Three lion?"
Zea masih membeo di tempatnya, ia terpaksa menghentikan langkahnya di dekat ruang tamu saat Luna bertanya, memperhatikan dan memberikannya first impression.
"Wah hebat dong! Kompetisi atau olimpiade?" tanya tante Rinjani.
"Kompetisi dance jeng..." jawab mama Rieke.
"Bukan tante, dagang kacang..." seloroh Zico.
"Iihhh! Bisa ngga sih orang ini di tembak aja om?!" tukas Zea sewot. Ankara tertawa renyah penuh lirikan terpana pada gadis di sampingnya, seraya memasukan tangan ke saku celana, ia memandang Zea dengan sorot terpesona.
"Anka kalo gitu yang jago nembak..." jawab om Surya.
"Kalo gitu langsung aja kita ke ruang tengah lah! Atau mau makan?!" tanya om Surya pada papa Rangga dan mama Rieke.
"Ih, pah! Nanti dulu nunggu seorang lagi!" pungkas Luna.
Baru saja mereka akan bertanya namun seseorang terdengar mengucapkan salam dari arah pintu luar.
"Assalamu'alaikum...ijin masuk ndan."
"Letda Teuku Bumi Sagara Ananta, hadir!"
Mereka sontak menoleh termasuk Zea. Tatapan keduanya bertemu, kedua alis Saga menyiratkan keterkejutannya melihat Zea namun tak membuatnya sampai tersentak dan berseru.
"Ck. Saga....masuk! Ngga usah seformal itu lah di luar waktu dinas!"
"Ini?" tanya papa pada seseorang yang kini teebalut kemeja rapi. Zea masih melolong di tempatnya, tanpa sadar seorang gadis lain sudah tersenyum simpul melihat kedatangan Sagara.
"Ini Sagara, letnan dua berprestasi di kesatuan. Masih muda sudah bisa masuk ke dalam detasemen unit penerbang jet tempur...dan ikut dalam berbagai misi khusus...putra dari----"
"Pangdam di timur dan berlian dari timur. Keponakan salah satu letnan kolonel detasemen Raden Joko." Zea meneruskan ucapan om Surya membuat mereka terkejut mendengarnya.
"Kamu kenal?" tanya mama Rieke. Lirikan mata Saga tak percaya menatap Zea.
"Zea pernah ketemu sama Saga, tante. Kemarin Saga sempat jadi instruktur acara bela negara..." jawab Anka.
"Bang Saga, abang sepupunya Cle mam..." timpal Zea.
"Oh, Clemira!" mama Rieke menepuk bahu Saga tanpa permisi, "kirain siapa!"
Saga mengangguk dalam pada mama Rieke, "iya bu."
"Bang, masuk! Kenapa disitu terus?!" Luna melewati Zea begitu saja dan menyambut Saga, Sagara hanya melangkah kaku namun pun tak menolak ketika Luna menarik tangannya untuk masuk. Dapat Zea lihat itu.....
Ia mele nguh kasar untuk itu.
.
.
.
.
.
.