Hasna Sandika Rayadinata mahasiswa 22 tahun tingkat akhir yang tengah berjuang menyelesaikan skripsinya harus dihadapkan dengan dosen pembimbing yang terkenal sulit dihadapi. Radian Nareen Dwilaga seorang dosen muda 29 tahun yang tampan namun terkenal killer lah yang menjadi pembimbing skripsi dari Hasna.
" Jangan harap kamu bisa menyelesaikan skripsi mu tepat waktu jika kau tidak melakukan dengan baik."
" Aku akan membuat mu jatuh hati padaku agar skripsi ku segera selesai."
Keinginan Hasna untuk segera menyelesaikan skripsi tepat waktu membuatnya menyusun rencana untuk mengambil hati sang dosen killer. Bukan tanpa alasan ia ingin segera lulus, semua itu karena dia ingin segera pergi dari rumah yang bukan lagi surga baginya dan lebih terasa seperti neraka.
Akankan Hasna berhasil menggambil hati sang dosen killer?
Atau malah Hansa yang terpaut hatinya terlebih dulu oleh sang dosen?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MHDK 30. Tapi Bukan Aku
Radi memarkirkan mobilnya dan berlari masuk ke dalam kafe milik Dipta. Hatinya sudah dipenuhi banyak rasa yang menyesakkan dan otaknya dipenuhi pikiran pikiran buruk. Namun sebisa mungkin Radi tetap ber positif thingking. Ia yakin Dipta bukanlah pria yang bisa melakukan perbuatan yang nekat. Langkah kaki nya semakin melambat saat ia mendengar suara seorang pria.
Suara tersebut ia yakini adalah suara Dipta. Ya, Dipta tengah mengutarakan niat hatinya. Ingin sekali Radi langsung masuk ke dalam namun ia memilih untuk menghentikan langkah nya. Radi ingin tahu seperti apa rekasi Hasna terhadap pengakuan Dipta.
" Maaf Mas aku tidak bisa menerima Mas Dipta."
Radi tersenyum lebar saat Hasna menolak pengakuan cinta Dipta. Namun tampaknya Dipta masih berusaha untuk mendapatkan Hasna.
" Kenpa Has?"
" Karena Hasna adalah calon istriku, jadi dia tidak bisa menerima cinta dari pria lain selain aku calon suaminya."
Radi berjalan mendekat menghampiri Hasna dan Dipta. Keduanya sama sama terkejut melihat Radi ada di sana.
" A-apa maksudmu, calon istri apa. Sejak kapan kalian berhubungan. Dan bagaimana bisa Hasna menjadi calon istrimu."
Dipta sungguh bingung dengan apa yang diucapkan Radi. Selama ini ia sangat tahu bahwa Hasna tidak sedang menjalin hubungan dengan siapapun. Hasna memang mudah akrab dengan siapapun, tapi ini ... Sungguh Dipta dibuat bingung.
Radi tersenyum simpul, ia mendekat ke arah Hasna dan meraih pinggang kecil gadis itu lalu mendekatkan tubuhnya. Tanpa berkata apapun Radi langsung mencium pipi Hasna. Ia ingin menunjukkan pada Dipta bahwa dia lah pemilik gadis itu.
Hasna memelototkan matanya melihat kelakuan Radi. Dibelakang punggung Radi, Hasna melayangkan cubitan kecil di pinggang pria jangkung itu. Radi sempat meringis sejenak namun kemudian ia kembali tersenyum kecil.
" Coba Has jelaskan padaku apa benar semua ucapan Radi ini."
" Benar Mas Dipta. Saya tidak bisa menerima cinta Mas Dipta karena saya akan menikah dengan Kak Radi."
" Tapi bagaimana bisa, kalian bahkan baru saja saling mengenal."
" Maaf Mas, itu adalah rahasia kami berdua. Sekali lagi mohon maaf jika Mas Dipta kecewa. Oh iya mas, mungkin ini waktu yang tepat juga. Sepertinya saya tidak lagi bisa bekerja di kafe Mas Dipta karena setelah menikah saya adalah milik suami saya. Terimakasih untuk semua kebaikan dari mas Dipta kepada saya selama ini."
Hasna melepaskan belitan tangan Radi dari pinggangnya lalu mengembalikan buket mawar itu ke tangan Dipta.
" Mas berikan mawar ini untuk wanita yang benar benar kau cintai dan mencintaimu. Dan pastinya bukan aku, maaf."
Hasna meraih tangan Radi dan menariknya keluar dari kafe. Tapi sebelumnya ia menepuk bahu sang teman.
Keduanya pun meninggalkan pria malang itu sendirian. Dipta terduduk di lantai. Matanya nanar menatap wanita yang selama ini dicintainya itu pergi bergandengan tangan dengan pria lain yang dia kenal sebagai temannya.
Tes ... Air mata Dipta tak kuasa terbendung. Ada rasa yang begitu sakit dihatinya. Itu bagaikan di sayat benda tajam.
" Apakah seperti ini rasanya. Apakah ini rasa nya di tolak oleh seseorang yang dicintai. Apakah aku sedang mendapat karma ku."
Dipta tergugu, ia mengusap wajahnya dengan kasar.
Sedangkan di dalam mobil, Radi menghela nafas kelegaan. Di tatapnya lagi gadis disampingnya itu. Ia memindai setiap jengkal wajah gadis itu dengan seksama.
Cantik, tidak heran Dipta menyimpan perasananya begitu lama kepada mu, gumam Radi lirih.
" Kenapa ngelihatin begitu, muka ku ada yang aneh ya?"
Bukannya menjawab, Radi terus mengikis jarak hingga wajahnya dan wajah Hasna begitu dekat. Hasna bahkan bisa merasakan hembusan nafas Radi yang beraroma mint itu pada indra penciumannya.
Ya Allah, ni dosen mau ngapain gue. Eh salah calon laki, batin Hasna.
Haaah ... Radi menghembuskan nafasnya kasar. Ia pun kembali duduk tegap di kursi kemudinya.
" Pakai seetbelt mu, sekarang ikut aku ke kampus. Aku harus segera sampai karena ada rapat penting."
Hasna mengangguk patuh, dia pun segera melakukan perintah Radi.
🍀🍀🍀
Sampai di kampus, Radi yang datang bersama Hasna mendapat tatapan tajam dari Aryo.
" Kak, kok baru datang sih. Kakak kan MC nya."
" Maaf yah, kalau Radi nggak telat datang calon menantu ayah bakalan gagal jadi menantu sesungguhnya."
" Maksud kamu?"
" Nanti Radi jelasin, Has kamu tunggu di ruangan ku ya."
Hasna mengangguk, dia pun segera melenggang pergi menuju ruangan sang dosen.
" Huft ... Pagi yang melelahkan. Kenapa juga Mas Diipta tiba tiba nembak begitu kan aneh jadinya."
Hasna mendaratkan bokong nya di sofa yang berada di pojok ruangan. Ia pun menyalakan pendingin udara dan sejenak bermain ponsel. Lambat laun gadis itu pun terlelap dengan ponsel berada di atas dada nya.
Di ruang rapat Radi selaku pembawa acara melakukan tugasnya dengan sangat baik. Meskipun sedikit terlambat namun rapat yang melibatkan seluruh pengajar dan tenaga kependidikan di Universitas Nusantara selama 3 jam itu pun berjalan dengan lancar.
Hah .... Radi menghembuskan nafasnya lega saat semuanya berakhir. Aryo menyentuh bahu Rafi dan memberi kode untuk datang ke ruangan nya.
Cekleeek ... Brak ....
" Tadi apa maksud kamu kak?"
" Huft ... Tadi pagi Hasna ditelpon oleh bos tempat nya bekerja. Oh iya Hasna sebelumnya kerja di kafe yah. Nah bos nya meminta Hasna ke kafe ternyata mau nembak Hasna."
" Oh begitu, terus diterima nggak sama Hasna?"
Radi berdecak kesal dengan ucapan sang ayah.
" Hahahaha jangan kesal begitu. Pertanyaan ayah kan nggak salah."
" Ya nggak lah, langsung ditolak mentah mentah itu si Dipta sama Hasna."
Aryo terkekeh geli melibat wajah kesal sang putra. Aryo bisa merasakan getar kecemburuan di ucapan Radi.
" Ya Allaah yah, ini udah jam makan siang. Hasna kan di ruangan Radi. Radi nyamperin Hasna dulu."
Pria 29 tahun itu langsung berlari meninggalkan ayah nya yang menggelengkan kepala melihat tingkah sang putra.
Ceklek ... Radi membuka pintu ruangannya dengan hati hati. Ia tersenyum simpul lalu berdecak pelan.
" Tck ... Dasar gadis sembrono. Bisa bisa nya dia tertidur di sembarang tempat.
Radi mendekat Hasna, ia pun berjongkok di samping gadis yang tengah tertidur.
" Kalau tidur gini kamu seperti kucing yang sangat manis. Tapi kalau bangun kamu seperti singa betina yang siap menerkam mangsanya. Tapi tetep cantik dan pastinya menggemaskan."
Radi menyingkirkan surai rambut yang mengenai wajah Hasna. Tangannya menyentuh wajah Hasna yang lembut. Pandangan Radi pun berpusat pada bibir ranum gadis itu.
Glek ... Radi menelan saliva nya dengan kasar. Ia hendak menyentuh bibir Hasna namun suara seorang wanita membuatnya begitu terkejut sehingga dia pun langsung berdiri tegap.
" Pak Radi ....!!"
TBC