NovelToon NovelToon
XAVIER BLOOD (I Was Trash)

XAVIER BLOOD (I Was Trash)

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Aliansi Pernikahan
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Eka Magisna

--Balas dendam terbaik adalah dengan menjadi pemenang sejati--

Setelah dicampakkan ayahnya dan diputus status sebagai Tuan Muda saat usia delapan tahun karena kutukan, Xavier bangkit sebagai sisi yang berbeda setelah dewasa. Mengusung nama besar Blood dengan menjadi panglima perang sejati dan pebisnis andal di kekaisaran.

Namun ... pada akhir dia tetaplah sampah!

---Ekslusif di NOVELTOON---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Magisna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ɛpɪsoʊd 13

Kerumunan orang di jalanan sudah mulai tercerai. Suasana lepas kondusif.

“Tuan Muda!” Proka berseru. Menyongsong kedatangan Xavier dengan wajah cemas terlampau batas. “Tuan Muda kemana saja?! Saya mencari berkeliling sampai putus asa!”

“Aku dari gedung kesenian!” jawab Xavier sedapat pikir.

Proka mengerut kening. “Gedung kesenian?” Pandangannya lalu jatuh pada sosok di belakang Xavier. Mata pemuda ini langsung melebar. “Tuan Muda, dia---”

“Tak perlu banyak bertanya! Ayo pergi dari sini!”

Secara impulsif Xavier menggamit pergelangan tangan wanita penopeng yang mengaku bernama Aegle, lalu membawanya masuk ke dalam mobil.

“Apa kau ingin aku menggantikan kemudi lalu meninggalkanmu?!"

Proka terperanjat dari bengongnya.

“Ti-tidak, Tuan Muda!” tampiknya rusuh, lalu berlanting masuk mengisi bagian kemudi.

Mobil melaju meninggalkan tempat.

Sepanjang perjalanan tak ada pembicaraan selain pertanyaan-pertanyaan kecil Aegle tentang kemana mereka akan menuju atau berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam perjalanan.

Dan jawaban Xavier, “Cukup diam dan biarkan mobil ini melaju dengan tenang, Nona!”

“Cuihh! Arogan sekali!” Wanita itu mengumpati lalu memaling wajah ke arah jalanan, tidak bertanya lagi.

Dari depan, Proka hanya diam dengan pikiran penuh, tidak berani sedikit pun menoleh ke belakang. Satu hal jelas yang dia petik; Tuan mudanya telah menemukan wanita yang dicari-cari.

Dua hari pencarian di Kerajaan Ardas hingga menyisir berbagai pelosok, hanya nihil. Tapi kemacetan jalanan yang menjengkelkan justru memberikan peluang besar.

“Dewa selalu memakai cara yang tak diduga,” cicit hatinya. Lumayan merasa konyol.

Ada dua arah jalan yang kini menjadi opsi dalam sejurus pandangan Proka.

“Kita akan kemana, Tuan Muda? Rumah kerja Anda ... atau Mansion Willow?”

Xavier menjawab tanpa berpikir, “Willow.”

Cukup mengejutkan, tapi Proka tak mengomentari secara langsung selain cicitan di dalam hati, “Aku kira Tuan akan memilih rumah kerja. Untung saja istrinya begitu. Kalau wanita sehat dan normal, suami mana pun yang membawa pulang seorang wanita lain ke rumah, pasti akan celaka.”

Dia tidak bermaksud merendahkan Ashiana, hanya berpikir sesuai fakta.

Sesingkat jawaban Xavier, melejitkan mobil kembali di tangan Proka membelah jalanan Cecilia.

Sampai dalam beberapa menit waktu di Mansion Willow.

Seorang penjaga membukakan gerbang.

Xavier turun setelah mobilnya resmi terparkir. Aegle mengikuti tepat di belakangnya.

Kepala pelayan menyambut hormat saat Xavier resmi melewati pintu utama. “Selamat malam, Tuan Muda.” Seraya membungkuk tipis.

“Hmm,” tanggap singkat Xavier. “Istriku sudah tidur?” tanyanya lantas, seraya melepas long coat-nya lalu menyerahkan ke tangan kepala pelayan itu.

“Sudah, Tuan Muda. Lampu kamarnya sudah mati.”

“Bagus. Tolong siapkan makanan dan minuman untuk tamuku.”

Kepala pelayan melirik melalui ekor matanya, lalu mengangguk. “Baik, Tuan Muda.”

Selang beberapa waktu ....

“Ini ruangannya.”

Sebuah kamar di ujung lorong. Ada satu ranjang yang berukuran medium di tengah-tengah, meja tinggi di samping ranjang, satu lemari kecil di pojok ruang, dan sepasang kursi dengan satu meja di sisi sejajar pintu.

Mata Aegle menyapu ruang. “Kamar siapa ini?”

“Semua yang ada di mansion ini milikku, termasuk semua kamar dan para manusia yang menghuninya.”

Aegle mengangguk dengan ekspresi setengah mencibir. “Aku bisa lihat itu.”

Xavier berdiri di samping ranjang.

“Nona Aegle, apa kau siap?”

“Tentu saja!”

“Kau yakin akan tahan dengan aroma tubuhku? Tanpa pakaian baunya akan sangat menyengat.”

“Tidak masalah. Aku bahkan sudah mencium bau yang paling busuk melebihi itu. Bau tubuhmu hanya ilusi dari kutukan, jadi tidak benar-benar dalam keadaan busuk. Buka pakaian atasmu dan duduklah di kursi itu. Aku akan mulai mengatur mana-ku.” Dia beranjak lebih dulu ke satu pasangan kursi yang ditunjuknya untuk Xavier, duduk di sana lalu bersiap.

“Ya," tanggap Xavier, kemudian melakukan apa yang dikatakan Aegle.

Mula dari bagian luar--sehelai jas, berlanjut melucuti kemeja dengan jenis pinned collar, kemudian menaruh semua busana itu di atas bantal. Berikutnya lilitan kasa yang membaluti bagian akhir. Selepas itu pria ini beranjak, melangkah mendekati kursi di hadapan Aegle lalu duduk dengan posisi lurus sejajar wanita itu, setelah menyingkirkan meja lebih dulu dari hadapan.

Posisi keduanya jadi tanpa penghalang.

“Aku siap, Nona Aegle.”

Aegle yang baru saja usai memurnikan mana sembari pejam langsung terperangah saat membuka mata, kemudian menelan ludah tanpa disadari dirinya sendiri. Mata terbingkai topengnya sampai lupa berkedip melihat pemandangan di depan mata.

Bentuk tubuh yang lebih indah dari pemandangan danau Clauriet.

Sayangnya ... warna ungu bercampur hitam memenuhi tubuh itu seperti bayangan asap, dalam pandangan Aegle.

Bau amis darah busuk menguar dalam ruangan dan tiba-tiba saja menjadi panas. Tapi Aegle sama sekali tidak terganggu dengan situasi itu.

“Nona Aegle!”

Teguran Xavier langsung menyadarkan si penopeng.

“Apa kau mulai menyesal telah menyanggupinya?”

Aegle menggeleng cepat dan menampik, “Tidak." Lalu termenung sembari menatap bagian dada Xavier yang warnanya paling pekat dibanding bagian tubuh yang lain. “Aku hanya terkejut. Ini pertama kali aku melihat kutukan sekelam itu.”

“Aku paham," kata Xavier. “Jadi, bagaimana kau akan memulai pengobatannya?”

Dari balik topeng, wajah Aegle langsung serius, didukung kalimat tak kalah serius juga, “Posisikan tegak badanmu, taruh dua tanganmu di sisi tubuh. Bersikap tenanglah.”

Xavier mengikuti instruksi itu tanpa menyela.

Kini terlihat bagian kiri tangan Aegle tergerak naik, lalu perlahan menempelkan telapaknya ke bagian dada lelaki itu.

DEG!

Jantungnya tiba-tiba terpental.

“Antara kenyal dan kekar, kedua hal itu menyatu di telapak tanganku. Dewa ... jangan kacaukan pekerjaanku sekarang!”

Pada akhir dia sendiri lah yang tidak tenang.

Segera Aegle menepis isi pikirnya yang tiba-tiba berubah seperti seorang c4bul. Menggeleng dengan wajah meringis.

Sampai suara Xavier mengejutkannya, “Nona Aegel, kau baik-baik saja?"

Dia mengira getaran dari tangan Aegle dan pejam lekat dari mata wanita itu sudah memasuki proses pengobatan yang dilakukan.

Padahal bukan!

“Te-tentu! Aku masih baik-baik saja! Sebaiknya Anda diam, jangan bertanya apa pun yang bisa merusak konsentrasiku!”

Xavier tertegun sesaat, lalu .... “Ah, iya, baiklah. Maafkan aku.”

Aegle mendesah, kembali meringiskan wajah karena merasa bodoh.

“Fokuslah, fokus. Aku harus fokus untuk penyembuhannya. Kau akan dapatkan uang yang banyak.” Dia mendoktrin diri sendiri.

Keseriusan harus bisa diraih.

Uang pengembali kewarasan.

Sebias cahaya biru terang menguar dari seluruh bagian tangan Aegle, paling terang berkumpul di telapak tangan yang menempel di dada Xavier.

Kepala Xavier merunduk, menatap cahaya di dadanya dengan kelopak lebar. Tapi bukan itu, dia mulai merasakan sesuatu yang aneh menerjang bagian yang sedang diobati Aegle.

Sampai di menit kedua, kepala Xavier naik mendongak, rasa sakit perlahan menjadi nyata, kembali dia memejamkan mata disertai ringisan wajah.

Dan di sejumlah waktu yang sama juga, dari seluruh tubuh Aegle, wanita ini merasakan keringat bercucur deras. Keningnya mengerut tebal diiring bola mata bergulir dari balik katup yang tertutup.

Muncul perasaan gelisah, lelah, dan ....

SLASSSH!

Semua cahaya yang berpendar langsung melebur hilang seiring tindakan Aegle menarik telapak tangannya.

“Cukup! Sampai sini saja dulu. Aku tidak sanggup lagi!”

PATS!

Wajah Xavier yang meringis dalam dongaknya perlahan dia turunkan. Langsung di dapati Aegle yang terengah-engah di hadapannya.

“Kau baik-baik saja?”

Aegle menjawab dengan anggukan, “Ya, meskipun tidak terlalu."

Xavier tertegun dengan jawaban itu lalu merunduk kembali, melihat ke bagian dadanya yang baru saja mendapat tindakan tangan seorang ahli sihir wanita bernama Aegle. Dan .... “Kutukanku!”

Mata dan mulutnya sama melebar.

Warna pekat di area dada, telah menghilang. Tapi tidak dengan bagian lain.

“Kau berhasil menghilangkannya, Nona Aegle. Tapi ....” Tangan Xavier menyentuh dadanya sendiri. “Hanya area yang kau sentuh saja. Apakah itu artinya ... hanya bagian yang kau sentuh dengan mana-mu, itu yang akan sembuh?!”

“Sepertinya begitu.” Aegle juga tak tahu, tapi melihat hasilnya, tentu saja iya, pasti begitu.

“Jadi pengobatan ini akan sangat panjang ...,” gumam Xavier, lalu melirik Aegle dengan perasaan cemas. “Apa kau akan baik-baik saja? Aku bisa tahu kau kehilangan begitu banyak mana-mu”

Aegle balik menatapnya dengan makna yang sulit. “Kau peka sekali," katanya lalu menegakkan tubuh bersandar lepas pada kursi dengan senyuman tipis. “Mana-ku memang sangat terkuras dan aku sungguh kelelahan. Tapi kau tenang saja. Semua akan kembali pulih setelah aku bersemedi beberapa waktu di tempat dengan sumber berlimpah.”

Itu berita baik, tapi tetap tak lepas kecemasan di wajah Xavier. “Kau bisa mengatakan tidak jika ini memberatkanmu.” Dia memberi kesempatan mundur.

Tapi Aegle .... “Aku bukan tipe orang yang bekerja separuh-separuh. Jadi kau tenang saja. Melihat diriku bisa menyembuhkanmu, aku bangga dan tiba-tiba sangat bersemangat."

Xavier diam, bingung harus menimpal apa.

Aegle berdiri menumpu telapak tangan pada pegangan kursi karena tubuh yang masih lemah. “Jangan secemas itu. Aku akan baik-baik saja. Siapkan saja bayaran yang setimpal. Harus kau tahu, aku tidak menerima bayaran cicilan.”

Itu agak sedikit menggelitik, Xavier terkekeh kecil. “Jangan khawatir. Semua akan melebihi ekspektasimu. Tentukan saja waktu tetap kedatanganmu kemari untuk semua pengobatan. Agara kita bisa menyamakan kesenggangan tanpa berdebat.”

“Baiklah.”

1
Machan
komplotan penjahatnya itu
Machan
wew ah, sang pemberani ini
Oe Din
M*A*N*T*A*P*.....!!!!
ⱮαLєƒι¢єηт: Hehe!
Makasih, Kak.
Sehat terus ya ....😇
total 1 replies
Machan
tadinya dikira mo dijadiin anu'an ya, taunya hanya pelayan
Wan Trado
hmm typo dikit, yg penting bisa dipahami 😁🤝
ⱮαLєƒι¢єηт: Kalo penulis kejelipet jari pas lagi ngetik, kgk sadar jadi typo, berarti belon espreso... 🤣
total 1 replies
Oe Din
Tidak dari Luhde maupun Proka yang "setiap" padanya ( setia )
ⱮαLєƒι¢єηт: sudah revisi, kak. makasih koreksinya./Smile/
total 1 replies
Oe Din
Grim Hills, dari tanah mati...
Di tangan Xavier, berubah menjadi tanah mematikan ( untuk musuh2nya )...
Wan Trado
Hati-hati xavier jangan buat ashiana menjadi pelarian setelah apa yg mulai berkobar dari aegle..
Wan Trado: huahahaha diperjelas pulakk... 🤣🤣 ntar ada yg berimajinasi lagi.. 😆
ⱮαLєƒι¢єηт: Itu mah lato-lato dongks...🤣
total 4 replies
Oe Din
"Eagle" mulai beraksi ( Aegle )
Oe Din
Aegle khawatir jika sering melihat dada bidang Xavier, dia ngiler ...
/Drool//Drool//Drool/
ⱮαLєƒι¢єηт: Harusnya jangan kuatir ya, Kak. mending bawa baskom buat nampung ileran🤣
total 1 replies
Wan Trado
jangan bilang dadanya aegle yg terlihat.. 😆
ⱮαLєƒι¢єηт: bukan maen ....🤣
total 1 replies
Wan Trado
ehh diceritain pula bokong dan dadanya.. hihihi.. bikin kita berimajinasi lebih lanjut ajee.. 🤣🤣🤣
Wan Trado: si imin memang bisa ajee.. semua terjaga dalam kenangan kok min..
😆🤣
ⱮαLєƒι¢єηт: Jaga hati, jaga otak, jaga imun dan iman.
Tapi bebaskan imin! 🤣
total 2 replies
Wan Trado
keren 👍
Wan Trado
negosiator handal juga si Xavier yaa.. 😆
Wan Trado: wuihh jadi malu... 😊😊 tapi makasih jugalah pujiannya 😆😆
ⱮαLєƒι¢єηт: Anda juga komentator andal./Hey/
total 2 replies
Wan Trado
pastikan grim hills menjadi kota yg makmur, sehingga membuka mata kaisar pelit tsb yaa😁
Wan Trado: huahaha.. kalo lagi nga naek motor, kita yg bisa boncengan ama dia yaa.. 🤣🤣🤣
ⱮαLєƒι¢єηт: Iya, sampe kalo naek motor, tumpah kiri dan kanan.🏋️
total 4 replies
Oe Din
mencari "kesemalatan" diri ( keselamatan )
ⱮαLєƒι¢єηт: Otw revisi, Kak.
Terima kasih😄
total 1 replies
Machan
planga-plongo kek orang be9o
Machan: asal jan ampe bunyi aja/Chuckle/
ⱮαLєƒι¢єηт: Planga plongo sambi ngeden🤣
total 2 replies
Machan
dalam hati keknya dia takut
Was pray
setelah xavier bebas dari kutukan minta tlng juga sama wanita penopeng utk menyembuhkan ashiana ..
ⱮαLєƒι¢єηт: Wah, nanti disampaikan ya, Kak😁
total 1 replies
Wan Trado
pelitnya single up... 😆
Wan Trado: pake jurus jari tunggalnya shao lim laaa 😆 biar ga kejelimpet lagi tuh jari 🤣
ⱮαLєƒι¢єηт: Wkwkwk!
Aku belon lolos2 beguru sama Om Krejiap. idenya masih selip, jarinya banyak kejelimpet.🥲
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!