Senja Anindita gadis cantik yang baru saja lulus SMA diharuskan menikah dengan Abyansyah sang kakak tiri yang merupakan seorang Dokter ahli Bedah berusia 33 tahun, bukan perbedaan usia dan status duda anak 1 yang membuat Senja ragu menjalani pernikahan ini, namun rasa benci Abyansyah yang selalu menganggapnya sebagai anak dari perusak rumah tangga kedua orang tuanya.
Bagaimana Aby dan Senja menjalani kehidupan pernikahan ini??
C
e
k
i
d
o
t
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deodoran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
"Permisi kak mau tanya Ruangan Dokter Abyansyah yang mana ya" tanya Senja kepada salah seorang perawat yang ia temui di lantai 12 yang sangat luas itu.
"ikuti koridor terus belok kiri, dua ruangan dari ujung sebelah kiri nanti mbak bisa lihat didepan pintu ada papan nama Dokter Abyansah"
"Makasih Kak"
Senja mengikuti petunjuk yang diberikan sang perawat dan tak menyadari ada seorang wanita berjas putih yang mengikuti langkahnya dan memandangnya penuh tanya.
Laras menggeleng pelan melihat rantangan yang dibawa Senja, wanita itu terlalu cantik untuk dikatakan sebaga kurir, baju yang dikenakannya juga terbilang cukup mahal, yah Laras paling tahu membedakan pakaian mahal dan Murah.
Sayangnya Senja tak pernah tahu jika semua pakaian yang ia kenakan selama tinggal dinkediaman Baruna dan Rini adalah pakaian berkualitas dengan harga yang cukup mahal.
"Kau siapa?" Laras akhirnya bertanya saat melihat Senja hendak memutar kenop pintu.
"Oh....saya..." Senja menoleh namun kalimatnya terhenti saat mengamati Dokter cantik dengan Name tag Larasati itu.
Senja tak tahu wajah mantan istri Aby namun ia bisa memastikan Larasati dengan Jas putih dihadapannya pastilah mantan istri suaminya sekaligus wanita yang kemungkinan masih menjalani hubungan Romantis dengan pria yang menikahinya sebulan lalu itu.
"Saya hanya ingin mengantarkan makanan ini keruangan Dokter Aby" Senja mencoba tersenyum meski rasanya segumpal daging dengan nama hati didalam tubuhnya terasa berdenyut nyeri.
"Oh...ya sudah biar saya saja, kamu dari restoran mana?" Ketus Laras seraya menarik jinjingan Senja.
"Dari......"
"Dokter Laras!!" Panggil Aby saat melihat mantan istri sekaligus kekasihnya itu berdiri didepan ruangannya. Namun Aby sungguh dibuat tercengang dengan Sosok yang terlihat berada dibalik tubuh Laras.
'Senja' gumamnya dalam hati.
"Oh Dokter Abyansyah, lihat pesanan makan siang anda sudah diantarkan oleh kurir" Laras antusias sembari mengangkat jinjingan ditangannya. Ketika dirumah sakit mereka memang sudah biasa bersikap formal.
Laras merasa tebakannya kali ini salah, nyatanya gadis muda cantik dihadapannya adalah seorang Kurir.
"Saya permisi dulu Bu Dokter pak Dokter" Senja tersenyum getir lalu pamit undur diri, melewati tubuh Aby yang menegang dan terdiam.
.
.
Aby tak bisa fokus dengan makanan yang baru saja dihidangkan Laras.
"Mas....ayo dimakan kayaknya ini sehat dan enak, aku baru tahu ada restoran yang pakai wadah mahal seperti ini pasti resto mewah ya mas" oceh Laras sambil mengamati wadah mahal dengan warna selaras dihadapannya.
'Seperti makanan rumahan' gumam Laras didalam hati.
"Kurirnya juga cantik banget" puji Laras lagi.
"Maaf Laras aku harus keluar" Aby menepis tangan Laras yang mencoba menghalangi langkahnya.
"Mas tapi makanannya"
"Aku akan memakannya nanti, Laras sebaiknya kamu keluar dari sini, tidak enak jika ada yang melihat kita" ungkap Aby, ini kali pertama ia bersikap sedatar ini sejak memutuskan untuk menerima Laras lagi.
"Mas, apa ada masalah dengan salah satu pasienmu?" Laras mengapit lengan Aby dengan mesra.
"Laras lepas, orang akan melihat kita"
"Mas pintunya sudah aku kunci"
"Maaf aku harus pergi!" Aby kembali melepaskan dengan kasar apitan Laras.
"MAS!!!"Sentak Laras.
"Dia Senja, wanita yang mengantarkan makanan itu Senja, Istri yang baru aku nikahi, aku akan menjelaskan sesuatu setelah itu aku akan secepatnya kembali" terang Aby dengan suara sedikit frustasi lalu mengusap wajahnya gusar.
Laras seakan tak bisa berkedip dan bernafas mengetahui kenyataan jika wanita cantik nan muda itu ternyata istri kekasihnya.
Ia tak pernah membayangkan jika Senja yang ia ketahui sebagai adik tiri suaminya itu nyatanya sangat cantik, bahkan melebihi dirinya ditambah lagi Senja menang satu poin lagi, yakni usianya yang muda.
Laras sibuk dengan isi kepalanya sehingga tak lagi menghalangi kepergian Aby.
.
.
.
Setelah mengantri obat di Apotek Nata berbalik dan kebetulan melihat Senja yang nampak mengusap air matanya, ia melangkah cepat meninggalkan Area rumah sakit.
Sebenarnya Senja bingung mengapa ia harus menangis, bukankah sejak Awal Aby memang tidak menginginkan pernikahan ini? jadi tidak heran jika ia hanya dianggap sebagai pelayan atau baby sitter Kaila.
Senja hanya kesal mengingat ciuman pertamanya, ia berfikir Aby mulai sedikit membuka hatinya namun ternyata ia salah.
Tak ada perasaan lebih dari sekedar memanfaatkan toh ia juga sudah mendapatkan bayaran.
Senja berusaha menguatkan hatinya, namun sialnya buliran bening itu seakan enggan terhenti sampai seseorang menyapa dirinya yang tengah duduk di trotoar sembari menunggu taxi lewat.
"Adik Cantik" Sapa Nata dengan wajah tertutup helm full face.
Mata Senja seketika memicing tajam melihat pria yang nampak gagah tengah menunggangi motor sportnya.
"Senja Anindita" Nata tersenyum Ramah sesaat setelah melepas helm full face nya.
"Kak Nata!" Seru Senja, ia buru buru menghapus air matanya. Senja takjub dengan wajah baru Nata yang lebih bersih dan tampan dengan rambut pendeknya.
"Adik cantik jadi jelek kalau menangis"
Senja hanya tersenyum, mereka terlibat obrolan singkat mengenai kepentingan masing masing sehingga bertemu disini, Nata mengatakan jika ia hanya kebetulan lewat, sementara Senja yang tak pandai berbohong berkata jujur jika baru saja membawakan bekal untuk suaminya yang bekerja sebagai seorang Dokter di Rumah sakit ini.
Nata bisa melihat kilatan kecewa yang teramat dalam dari manik hitam Senja, entah apa yang sudah terjadi kepada gadis itu dan Suaminya namun Nata tak berniat mengulik lebih dalam layaknya wanita tukang gosip.
"Naiklah akan ku antar pulang" tawar Nata.
"Terima kasih kak, tapi aku naik taksi saja" Meski polos namun Senja masih ada rasa antisipasi terhadap Nata, bagaimanapun hubungan mereka tidak terlalu dekat untuk berboncengan.
"Kamu takut kalau aku ternyata orang jahat?" Nata bisa melihat rasa itu dari wajah Senja.
"Maaf kak, Aku juga orang baru diJakarta jadi masih sedikit waspada" Senja merasa bersalah karena Nata tahu apa yang sedang difikirkannya.
Nata tersenyum lebar lalu mendesah pasrah.
"Ya sudah, kalau begitu aku duluan Adik cantik, semoga kita masih bisa bertemu lagi untuk yang ke empat kalinya" Nata tak mungkin memaksa Senja, sebenarnya ia ingin menghibur gadis itu hanya saja niat baiknya ditolak, Nata tak menyalahkan Senja karena jika di telisik dari penampilannya ia memang tidak mencerminkan seorang pria yang baik. Dan toh pada kenyataannya memang seperti itu.
Nata menstater motornta namun saat hendak memasukkan persenelan ia merasa jaket kulitnya ditarik dari belakang.
"Kak Aku ikut" Ucap Senja seraya menunduk, saat nata mengatakan semoga ada pertemuan lagi, Senja merasa tidak rela jika pertemuan ke empat mereka tidak akan terjadi lagi seperti kebetulan kebetulan hari ini dan sebelumnya.
"Ayo naik kalau begitu!!"